sex education
Kami kehilangan keperjakaan dan keperawanan kami bersama-sama. Hal itu terjadi ketika usiaku baru menginjak 11 tahun, pada akhir sekolahku di kelas 5. Memang tidak terlalu mengejutkan kalau dipelajari karena pasanganku adalah tetanggaku Kathy, yang usianya setahun diatasku, dan duduk dikelas 6.

Kita berdua satu sekolah di pinggir kota Chicago dan kami sudah bersahabat sejak tiga tahun sebelumnya. Sampai kemudian aku menganggapnya lebih dari sahabatku lainnya. Kathy agak tomboy, dia biasa bermain mainan yang biasanya dikerjakan anak laki-laki. Sampai kemudian tubuhnya berkembang seperti selayaknya seorang gadis, dan akupun mulai kikuk kalau sedang bersamanya, tanpa kuketahui dengan jelas apa sebabnya.

Ibu Kathy telah cerai dan harus bekerja siang hari pada suatu rumah makan. Keadaan ini semakin menyenangkan buat kami, karena kami berdua biasa ditinggalkan sendirian berjam-jam pada siang hari. Biasanya kami hanya sebatas duduk bersama sambil berbincang-bincang seperti anak-anak lain pada umumnya. Tapi sore ini terjadi keadaan yang berbeda.

Hari itu kami baru mendapatkan pelajaran pendidikan-sex di sekolah. Pada jaman itu, setahun sekali anak laki-laki dan perempuan dipisahkan untuk mendapatkan ‘pendidikan seks’. Sebenarnya pelajaran itu berupa pelajaran biologi dengan sedikit tambahan informasi tentang masalah sex. Informasi tersebut cukup rinci dengan dilengkapi pula dengan buku saku dengan judul ‘Apa yang harus diketahui anak laki-laki’ atau ‘Apa yang harus diketahui anak perempuan’.

Disana tidak dijelaskan secara gamblang tentang aktivitas sex. Secara alami anak laki-laki selalu ingin tahu apa yang telah diajarkan kepada teman-teman perempuannya, demikian pula sebaliknya anak-anak perempuan ingin tahu apa yang telah diajarkan ke teman-teman laki-lakinya. Demikian pula yang kami perbincangkan hari itu.

Kami berdua berada di dalam kamar Kathy, di atas tempat tidurnya yang berukuran besar, terbuat dari kayu jati yang nyaman. Kami duduk berhadapan, Kathy membaca buku sakuku sedang aku membaca buku sakunya.

“Kathy, kamu mendapatkan bahan banyak banyak dari yang kuperoleh. Contohnya lihat ini, ada proses haid dan Kotex!”
“Tapi mereka tidak benar-benar menceritakan secara jelas. Aku pikir kita telah memiliki gambar atau semacam anu.”

Aku benar-benar sangat mengharapkan, karena aku belum pernah melihat tubuh perempuan yang telanjang dan seperti apa bentuk anunya dibawah sana. Kathy memakai T-Shirt dan celana pendek, aku bisa melihat betuk lengkungan bukit dadanya yang kecil, dan samar-samar aku juga bisa melihat garis celah-celah diantara pahanya yang tertutup oleh celana ketatnya.

“Aku tidak mengetahui mengapa mereka menyebutnya pendidikan-seks. Padahal disini tidak menerangkan bagaimana cara melakukannya.”
“Siapa bilang? Mari kutunjukan kepadamu,” kata Kathy sambil membungkukkan punggung dan meletakkan buku dihadapanku.

Kucium keharuman shampo rambutnya yang membuatku terangsang. Aku pun merasakan ketegangan anuku didalam celanaku. Tapi aku mengharapkan semoga dia tidak menyadari apa yang sedang kurasakan.

“Lihat! Disini dikatakan penis laki-laki akan tegang kaku dan keras. Sehingga bisa dimasukkan ke vagina perempuan, yang lembut dan mudah mengembang. Ketika dia ejakulasi, cairan sperma yang berisi jutaan sel masuk ke vagina perempuan dan membuahi telur.”
“Itu sudah ceritakan banyak kepadaku,” katanya dengan menyindir,”Seperti dimana letak liang vagina itu? Bagaimana cara penis memasukinya?”

Sebenarnya aku agak malu mendengar secara fulgar kata-kata itu di depan seorang gadis, sehingga wajahku menjadi merah padam dan penisku semakin menonjol keluar celanaku. Kathy membuka lagi lembar lainnya dan menunjukkannya kepadaku suatu baris gambar.

“Disini tempatnya,” katanya sambil menunjuk kesuatu gambar.
“Sudah jelas apa yang kumaksudkan? Tidakkah sudah cukup jelas yang kamu cari?” kata Kathy.

Tiba-tiba sebuah ide masuk keotakku dan aku harus memutuskan untuk mengambil resiko.

“Dimana milikmu?”

Aku hampir tidak percaya bahwa aku benar-benar berani mengucapkannya. Aku tahu aku telah melakukan sesuatu yang bodoh, yang bisa diceritakan Kathy kepada teman-temanku disekolah.
Kathy melirikku dengan ekor matanya beberapa saat. Dia kibaskan rambutnya kebelakang dan menyisihkan rambut yang menutupi wajahnya. Kemudian merebahkan punggungnya dan tangannya digerakkan ketempat diantara kedua pahanya. Aku hampir tidak berani memandang ke arah bagian tersebut. Kemudian disusupkannya disuatu tempat di celananya.

“Disini tempatnya.”

Waktu terus berjalan dengan cepat dan aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Aku Cuma tertawa dan berkata, “Itu bukan sangat dekat seperti apa yang dikatakan di buku!”

Kathy juga tertawa, dan aku bisa merasakan ‘anuku’ semakin membesar. Kami berdua melanjutkan membuka lembar lainnya sambil memperbincangkan lebih lanjut. Aku jadi grogi ketika Kathy kemudian berkata,”Jadi bagaimana penis bisa muat kalau dimasukkan kesana? Seperti yang dikatakan buku ini. Apa betul?”

Ya ampun! Dia sedang memperbincangkan ‘anuku’! Aku menelan ludah beberapa kali sambil berkata,

“Kecuali, ketika penis sudah keras dan tegang.”

Aku merasa jantungku berdebar semakin keras. Aku hampir tidak percaya apa yang sedang terjadi! Itu tidak seperti yang sering aku impikan. Aku belum mulai onani, dan proses ke arah sana terus berlangsung dengan cepat.

“Aku masih tidak paham bagaimana caranya penis bisa masuk kesana. Si perempuan mestinya tidur di atas meja atau apa saja sedang laki-laki dalam posisi berdiri.”
“Aku sempat menyaksikan ‘Wild Kingdom’ semalam dan melihat dua singa melakukan itu. Cukup menarik.”
“Bagaimana cara mereka melakukan itu?” Tanya Kathy penasaran.
“Singa betina duduk sana dan singa jantan duduk dibelakangnya. Kukira ia menaruh penisnya dari belakang.”
“Mana bisa?” kata Kathy dengan nada meremehkan yang membuatku marah. Kami memang selalu bersaing dan saling mencintai.
“Benar, Aku melihatnya dengan jelas.”
“Tidak masuk akal, lihat” kata Kathy sambil tubuhnya memberangkang dengan perut menyentuh kasur.
“Dengan posisi seperti ini bagaimana bisa masuk?”
“Singa betina bukan berbaring seperti itu. Kakinya ada dibawahnya,” kataku sambil memperagakan posisi singa betina setengah berjongkok dengan tangan bertumpu pada kasur.
“Sama saja tetap tidak bisa. Lihat?” Kathy memposisikan kakinya dan sikutnya berada dibawah dadanya. Pantatnya diangkat, sehingga bulatan pinggulnya nampak jelas dibungkus celananya yang ketat.
“Vaginaku tepat disini.” Tangannya digerakkan diantara kedua pangkal pahanya dan kulihat cembungan ditempat tersebut.
“Jika penis ditusukkan kesini, tidak akan bisa menjangkaunya.”

Aku yakin bahwa aku yang benar, dan aku harus membuktikannya.
“Kenapa tidak, coba lihat,” kataku sambil memposisikan tubuhku dibelakang Kathy seperti singa jantan, dan penisku kutempelkan dibulatan pantatnya.
“Hey, apa yang kau lakukan??” tanya Kathy dengan wajah merah padam.
“Membuktikan bahwa aku benar. Begini.” kataku sambil mendorong dan menggesekan tonjolan penisku pada bulatan pantatnya. Kurasakan sensasi kehangatan menyentuh bagian tonjolan penisku.
“Penis akan ditusukkan dari sini, begini.” Kuletakkan jari telunjukku mengacung diposisi penisku, kemudian kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung telunjukku menusuk kepangkal pahanya.

“Ya, tapi tetap saja tidak bisa,” kata Kathy tidak puas.
“Hey, aku tahu! Tunggu, jangan bergerak. Pindahkan posisi kakimu diantara kakiku, nah sekarang gerakkan maju.”

Dengan berlandaskan lutut aku berdiri diantara kedua paha Kathy, kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung jari telunjukku menyentuh cembungan dipangkal paha Kathy.
“Ohh,” desah Kathy. Pinggulnya terjungkit ketika ujung jariku menusuk tepat di vaginanya.
“Begitu sudah tepat di vaginanya, singa jantan kemudian menindih tubuh singa betina, sambil menusukkan penisnya kedepan.”

Kurebahkan tubuhku dipunggung Kathy sambil menggerakkan pinggulku maju mundur. Jariku kutusuk-tusukkan ke vagina Kathy. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulakukan, kenyataannya jari telunjukku sedang menusuk dan menggosok bagian paling rahasia Kathy! Penisku jadi semakin tegang dan kalau diteruskan lagi sepertinya aku bisa orgasme. Aku tak tahu apa yang Kathy rasakan, yang pasti tubuhnya ikut menggeliat-geliat setiap kali kusentuh vaginanya. Akhirnya Kathy sadar akan keadaan kami, tubuhnya kemudian dibalikkan dan menjauh.

“OK, aku tahu yang kau maksudkan. Kau mungkin benar. Tapi kupikir manusia tidak melakukan dengan cara seperti itu.”

Aku terduduk dengan wajah merah padam, sejenak kutenangkan diriku agar Kathy tidak tahu apa yang sedang bergolak pada diriku.”Aku tidak mengatakan begitu, aku hanya mengatakan bahwa dengan cara seperti itu bisa dilakukan. Disamping itu apa ada cara lain untuk melakukan itu.

“Aku pernah melihat sesuatu di TV dengan Mamaku, tapi dia segera merubah channel sebelum aku sempat melihatnya dengan jelas.” kata Kathy
“Apa itu?”
“Mereka berada dibawah selimut sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Tetapi perempuannya jelas sedang berbaring terlentang, seperti ini,” kata Kathy sambil berguling terlentang, dengan kedua pahanya direnggangkan.
“Dan ada seorang laki-laki menindihnya dari atas.”
“Tidak, dia tidak akan bisa berbuat sesuatu!” kataku penasaran.
“Kenapa tidak? Mari kita coba!”

Aku benar-benar khawatir. Aku tidak ingin melukai Kathy. Tapi aku ingat katika bermain bola, kathy pernah ditindih beberapa anak laki-laki yang ternyata tidak apa-apa. Tapi ada sesuatu yang membuatku berdebar-debar, dengan posisi itu aku akan bisa bergesekan lebih banyak dengan gundukan kecil di pangkal paha Kathy. Daerah itu terasa hangat dan telah menghipnotisku sehingga sempat bembuatku hampir orgasme.

“Sekarang berbaringlah di atasku,” kata Kathy.

Aku merebahkan diri menindih tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Kurasakan sepasang bukit di dadanya menusuk dadaku! Desah nafasnya menyapu wajahku dan kucium keharuman rambutnya, demikian juga kehangatan yang terpancar dari pangkal pahanya. Aku benar-benar terangsang berat, apalagi ketika kedua tangannya merangkul leherku sehingga tubuh kami berhimpitan.

“Kamu menyukai posisiku seperti ini?” bisikku dengan suara bergetar.
“Yeah. Sepertinya nyaman,” bisik Kathy. Mata kami saling pandang, 1001 perasaan bercampur aduk. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sampai Kathy berbisik,
“Kamu pernah mencium seorang gadis?”
“T.. Tidak pernah,” jantungku berdebar keras, aku tidak pernah sedekat ini dengan Kathy. Wajahnya yang manis sekali tampak merah padam, tapi malah kelihatan semakin cantik. Tubuhnya yang harum, padat tapi lembut sekali.
“Aku juga,” kata Kathy, kemudia kita tertawa bersama.
“Maksudku aku tidak pernah mencium seorang laki-laki, tapi..”

Tiba-tiba Kathy menarik wajahku dan.. Bibirku bersentuhan dengan bibirnya.. Kami berciuman sambil menutup mata, bibir kami saling bergesekan, saling menghisap dan lidah kami saling menyentuh dan membelai.. Wow, sesuatu yang sangat luar biasa!! Getaran sentuhan bibir kami sampai terasa kesekujur tubuh kami, terasa niimaat sekali, sulit kami gambarkan dengan kata-kata. Ciuman itu terhenti karena kami kehabisan napas.

“Ohh, luar biasa, manis sekali,” desahku.
Tapi tiba-tiba aku terkejut ketika Kathy malah tetawa genit.
“Mnn.. Mmmhmm.” tawanya yang genit lagi.
“Apa yang sangat lucu?” tanyaku penuh tanda tanya.
“Aku dapat merasakan kamu.” kata Kathy sambil tersenyum manis.
“Tapi? Aku dapat merasakan kamu juga.” kataku masih bingung.
“Tidak, maksudku aku dapat merasakan anumu.. Um.. Penismu. Aku merasakan benar-benar sangat keras.”

Aduh! Aku benar-benar telah melupakan! Aku benar-benar bodoh luar biasa, dan Kathy bisa ceritakan teman-temanku! Aku bisa sangat malu, tapi hal itu terjadi tanpa dapat kukendalikan.

“Oh.. Aku.. Minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja, itu terjadi dengan sendirinya, tanpa dapat kucegah.” kataku terbata-bata, sambil bergerak mengangkat pinggulku.
“Hey, Aku tidak keberatan koq.” kata Kathy, sambil melipat kakinya memeluk pinggulku, sehingga aku tidak bisa bangun, dan kurasakan tonjolan penisku semakin merapat erat dengan cembungan vaginanya.
“Aku.. Aku tidak tahu. Itu kadang-kadang terjadi dengan sendirinya.” kataku mencoba untuk menerangkan keadaanku.
“Benar? Bagus sekali.” kata Kathy sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga aku semakin terangsang.
“Seberapa besarnya?” bisik Kathy.
“Apanya?!” tanyaku agak panik.

Kathy tertawa genit, dia senang melihat kebingunganku.

“Seberapa besarnya mm penismu? Aku merasakan cukup besar. Aku hanya tidak bisa memahami apakah anunya seorang gadis bisa dimasuki yang sebesar itu?
“Aku tidak tahu, aku juga tidak pernah memikirkan seberapa besarnya.”
“Coba kulihat,” kata Kathy.

Hatiku semakin berdebar-debar, Kathy ingin melihat penisku! Apakah aku harus telanjang bulat di depan seorang gadis? Tidak!

“Ayolah, biarkan aku melihatnya, please?”

Tunggu dulu. Ini adalah kesempatanku untuk melihat seorang gadis telanjang. Ini benar-benar sesuatu yang luar biasa! Tapi aku tidak yakin Kathy membolehkan aku melihatnya. Tapi ternyata Kathy mau! Kathy juga benar-benar ingin melihatku telanjang. Hanya untuk melihat, tanpa berbuat apa-apa lagi!

“OK, kamu dulu.” kataku.
“Tidak, kita sama-sama.” katanya.

Ini memang adil. Aku segera membuka bajuku, demikian pula Kathy. Detak jantungku terasa semakin cepat. Aku pernah melihat Kathy dalam pakaian renang, tapi ini benar-benar luar biasa. Sambil melepas bajuku, mataku tidak pernah lepas dari bra-nya yang berwarna putih, dan juga kulit tubuhnya yang kuning mulus. Aku benar-benar tidak pernah membayangkan begitu luar biasa, apalagi ketika Kathy membuka kaitan bra-nya dan melepaskannya.. Jantungku seakan berhenti bertetak..

Akhirnya aku benar-benar melihat buah dada seorang gadis!! Bulat, putih bagai cream, puting kecil berwarna pink yang mencuat indah sekali. “Mmm.” Guman Kathy menyadarkanku. Kathy tersenyum-senyum malu melihatku terbengong-bengong melihat kemulusan buah dadanya.

Aku segera melepaskan sabukku, Kathy menyusupkan jarinya memegang elastik celana pendeknya dan berhenti menungguku. Aku segera melepaskan kancing celana dan terus melepas celana jeanku. Penisku yang tegang langsung tampak mencuat dari dalam celana dalamku. Tiba-tiba mukaku merah padam, ternyata Kathy belum melepas celana pendeknya.

“Hey! Ayoi! Kamu kan janji bersama-sama!”
“Oh, maaf. Aku lupa,” kata Kathy sambil sorot matanya tidak lepas dari tonjolan penisku di celana dalamku.

Kathy kemudian berbaring sambil melepas celena pendeknya melewati pinggulnya yang bulat indah. Tubuh kami berdua sekarang tinggal dibalut oleh celana dalam. Aku benar-benar kagum dengan kemulusan kulit tubuhnya bagaikan kulit bayi, kuning kemerahan dan halus sekali.

“Siap,” kata Kathy.
“OK,” kataku mantap.

Aku benar-benar sudah tidak sabar lagi melihat tubuh seorang gadis yang telanjang bulat di depanku. Dan.. Hal itu benar-benar menjadi kenyataan ketika Kathy pelahan-lahan melepas celana dalamnya, bersamaan dengan kuturunkan celana dalamku melewati kakiku.

Dan kemudian kami berdua sama-sama terbengong-bengong melihat tubuh telanjang di depannya. Kulit tubuh Kathy benar-benar mulus, lekukan tubuhnya benar-benar mempesona. Ketika sudut mataku melihat ke Kathy, kulihat wajahnya merah padam dan sorot matanya menjelajahi seluruh tubuhnya. Sepertinya wajahnya jadi semakin cantik dan oohh.. Sepasang bukit dadanya benar-benar mengagumkan dan menggetarkan hatiku, tapi.. Bagian bawahnya.. Kulihat rambut kecil-kecil halus berwarna pirang menutupi cembungan dipangkal pahanya. Tapi tidak ada lagi yang bisa kulihat, sepertinya semuanya tersembunyi dibalik rambut halus itu.

“Wow,” seru Kathy.
“Berbaringlah terlentang, aku ingin bisa melihatnya dengan jelas.”

Aku tidak bisa menolaknya, aku terlentang sambil memperhatikan Kathy. Dia bergeser mendekati diriku. Sepasang bukit dadanya ikut bergoyang, pemandangan yang menakjubkan sekali. Aku tidak memperhatikan tangannya sampai ketika jari-jarinya mengelus batang penisku dengan lembut.”Oh besar sekali, keras, tapi kulitnya lembut sekali.” kata Kathy sambil tangannya menjelajahi seluruh bagian penisku, meremas dan mengusap-usapnya dengan lembut.

“Ouchh!” erangku. Sepertinga tubuhku melambung tinggi..
“Benar-benar luar biasa,” desis Kathy benar-benar terpesona menyaksikan penisku yang tegang kukuh dan keras. Kurasakan jari-jari Kathy mengocok-kocok batang penisku naik turun dengan penuh gairah. Aku tidak pernah melihat penisku menjadi sebesar itu, sepertinya penisku telah mengembang secara maximum. Mataku tertutup rapat-rapat.. Mulutku mendesah-desah tanpa dapat kukendalikan lagi,

“Ooohh.. Aaahh..” aku benar-benar tidak pernah merasakan senikmat ini.
“Kau senang aku beginikan?” bisik Kathy dengan suara genit.

Gerakan tangannya naik-turun semakin cepat sampai pinggulku terangkat-angkat menahan nikmat dan geli luar biasa. Akhirnya aku tak dapat menahan lagi, dengan diiringi teriakkan nyaringku, spermaku meledak dan menyembur kuat keudara beberapa kali. Inilah untuk pertama kalinya aku mengalami orgasme. Kathy juga berteriak tertahan dan meloncat menjauhiku, gadis ini benar-benar terkejut melihat spermaku yang begitu dasyat menyembur keudara dan sebagian jatuh menimpa tangan, paha dan dadanya.

Beberapa saat aku terkulai lemas. Sepertinya aku sempat tak sadar beberapa detik. Begitu pula Kathy, gadis ini terbengong-bengong melihat kejadian yang benar-benar tak pernah terbayangkan olehnya.

“Apa.. Apa yang terjadi??” kata Kathy terbata-bata.
“A.. A.. Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya.” kataku tergagap-gagap.

Setelah berpikir beberapa saat Kathy berkata pelan.

“Aku tahu. Kau mengalami orgasme.” katanya sambil mengusap-usap cairan kental spermaku yang berhamburan kemana-mana.
“Ini adalah sperma. Tapi aku benar-benar tidak menduga proses keluarnya begitu luar biasa.”
“Yeah, memang sangat luar biasa. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sulit kugambarkan.” kataku.
Kathy tertawa genit.
“Itu karena aku! Aku yang membuatmu sampai orgasme! Tadinya aku khawatir, kau mengerang-erang seperti kesakitan.”
“Yeah. Benar-benar luar biasa. Jari-jari tanganmu juga luar biasa” kataku sambil melihat tubuh moleknya yang telanjang bulat. Dan akupun tak ingin membuang tempo lagi.

“Hey. Sekarang gantian aku!! Cepat kamu berbaring” kataku.
“Tapi.. Tapi kau pelan-pelan ya??” kata Kathy.”Aku takut.”
“OK, jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu.”

Ya Tuhan, inilah hari bersejarahku sebagai seorang laki-laki. Dihadapanku berbaring terlentang sesosok tubuh gadis yang luar biasa cantiknya telanjang bulat. Mataku benar-benar termanjakan dengan pemandangan yang benar-benar menakjubkan.

Pelahan-lahan kuusap cairan spermaku yang menempel di bukit kecil di dada Kathy. Tanganku sampai gemetaran meraba kulit kenyal dan halus di sepasang bukit indah itu. Puttingnya yang kecil jadi mengeras ketika tanganku mengelus-elusnya. Apalagi ketika puting itu kepegang dan kupilin-pilin lembut, Kathy mengerang lembut. Hatiku sampai berdesir mendengar erangan aneh itu. Sepertinya mengandung kekuatan magis yang membangkitkan kembali gairahku.

Kuturunkan tanganku menelusuri perutnya kebawah sampai daerah pangkal pahanya. Kuusap-usap rambut halus pirang disana. Rambut yang panjangnya sekitar 1/4 inci itu sangat lembut. Aku tidak menduga didaerah itu bisa tumbuh rambut. Ujung jariku kususupkan ke celah-celah yang membelah vertikal gundukan kecil di pangkal pahanya. Daerah itu ternyata basah oleh cairan lendir.

“Buka lagi pahamu, aku tidak bisa melihat apa-apa disini.”

Ketika Kathy membuka lagi pahanya, tampaklah celah-celah yang berwarna pink yang mengkilat basah oleh cairan lendir.

“Wow!!”

Benar-benar pemandangan yang luar biasa, aku tidak pernah membayangkan seperti itu bentuk vagina seorang gadis. Kudekatkan wajahku agar bisa melihat lebih jelas daerah misterius yang sudah lama ingin kulihat. Kucium aroma khas yang segar dan juga cukup harum. Kukita Kathy sangat rajin membersihkan daerah itu. Tapi kembali aku tak bisa melihat apa-apa selain celah vertikal yang tertutup. Dengan hati-hati kususupkan jari-jariku kebibir vertikal yang cukup tebal itu, kurasakan kebasahan dan kehangatan didaerah itu.

Pinggul Kathy terjungkit-jungkit setiap kali kugosok celah-celah itu, bibirnya setiap kali juga mengeluarkan desahan-desahan aneh yang merangsang pendengaran, apalagi ketika ujung jariku menyentuh tonjolan clitorisnya. Sepertinya daerah tersebut sangat sensitif seperti juga sulit penisku, dan Kathy juga merasakan nikmat yang tak kalah bebatnya seperti ketika Kathy mengusap penisku. Aku jadi semakin bersemangat menggerakkan jariku menyusuri celah-celah itu.

Akhirnya mataku melihat lubang kecil berwarna merah muda dibawah tonjolan clitorisnya. Dari lubang itulah cairan bening itu keluar. Lubang itu cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Aku yakin itulah yang disebut vagina yang tadi ditunjuk oleh Kathy, dan di buku dikatakan bahwa penis dimasukkan ke lubang itu. Tapi koq begitu kecil? Kumasukkan ujung jariku ke lubang itu, terasa hangat dan ketika kugerak-gerakkan tiba-tiba aku sangat terkejut, sepertinga ujung jariku terhisap oleh lubang itu. Aku jadi penasaran sekali, ketika akan kumasukkan lagi tiba-tiba Kathy membentakku.

“Hey! Apa yang kamu lakukan?!” katanya sambil melompat ketika ujung jariku kumasukkan lebih dalam.
“I just want to see what it feels like.”, I said, still pushing. Now, it was past the first knuckle.
“Aku hanya ingin tahu lubang apa itu.”, kataku sambil terus mau memasukkan ujung jariku lagi.
“Cut it out!” she was squirming. I kept pushing. She moaned and said again, but more softly,
“Keluarkan cepar keluarkan.” kata Kathy panik.

Ujung jariku seperti menabrak suatu dinding dan ketika kudorong lagi.

“Auw.. aduh stop!!” Jerit Kathy kesakitan. Dengan gugup kutarik ujung jariku keluar lubang kecil dan sempit itu.
“Itukan lubang dimana penis dimasukkan bukan??” kataku mencari kepastian.
“Mungkin.”

I started pushing my finger into her again,”Does it feel like a penis?”

Aku memulai mendorong lagi jariku ke dalam lubang itu,
“Apakah seperti dimasukkan penis?” tanyaku lagi. Pinggul Kathy kembali menggeliat-geliat.
“Aduuhh stop, stop please!” Rintih Kathy.

Aku ingat ketika singa jantan memasukkan penisnya kevagina singa betina. Tapi Kathy sepertinya merasa kesakitan dan keenakan sekaligus. Kini jariku kugerakkan keluar masuk. Lubang itu begitu sempit dan ketat menjepit ujung jariku. Cairan lendir semakin banyak keluar. Kulihat Kathy tidak lagi kesakitan, cuman mulutnya tak henti-hentinya mendesis keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat begitu menggairahkan.. Sampai tiba-tiba tubuhnya menggigil dan mengejang,

“Aaahh.. Ooohh,” jeritnya nyaring sambil menarik tanganku dari liang itu.
“Apa yang terjadi??” tanyaku keheranan.
“Entah, ahh.” Desah Kathy dengan nafas tersegal-segal.
“Mungkin aku orgasme,” bisik Kathy sambil tersenyum manis sekali.
“Ohh, kupikir memang benar penis harus dimasukkan ke lubang itu,” kataku, “Tapi aku tidak yakin lubang itu terlalu kecil untuk ukuran penis.”
“Kenapa tidak?” kata Kathy sambil melihat penisku yang mulai membesar dan menegang lagi.
“Penis terlalu besar. Ujung jariku saja sudah sulit masuk, apalagi penis yang ukurannya jauh lebih besar dan panjang.”

Kathy meraih kembali penisku.

“Yeah aku tahu maksudmu.”

Dia memperhatikan penisku dengan seksama sambil mengusap-usapnya. Sepertinya dia sangat sangat tertarik dan menyukai penisku itu, seperti barang antik yang sangat berharga.

“Jika tidak cukup, paling tidak kita bisa mencobanya untuk meyakinkan samapi sejauh mana.” kata Kathy sambil melirik ke arahku, senyuman genis tersungging dibibirnya.
“Apa kau pikir cukup aman?” tanyaku ragu-ragu. Tentunya aku sangat senang melakukannya, tapi aku khawatir Kathy akan kesakitan.
Kathy kembali berbaring terlentang dan pahanya dibuka lebar.
“Yakin. Bila tidak muat dimasukkan ke dalam milikku, maka kita akan mencari cara lainnya. Apapun juga kamu bisa ejakulasi, dan itu tidak akan menbuatku hamil karena tidak masuk ke dalam.”

Aku segera menempatkan pinggulku diantara kedua pahanya. Terasa hangat, basah dan lembut. Kugerak-gerakkan ujung penisku untuk menemukan lubang itu, begitu menyentuh lubangnya, kutekan sedikit, kemudian kugerakkan pinggulku sambil terus menekan. Sepasang bukit dadanya mengeras, putingnya menusuk dadaku. Kedua tangannya merangkul leherku. Kami kembali berciuman. Tubuh kamu saling menekan dan menggesek.

Kathy ketawa genit sambil berbisik, “Aku sangat senang kamu ada disini, dalam posisi seperti ini,” katanya sambil memelukku dengan mesra sekali.

Kami terus saling menggesek dan menekan, tangan kami juga saling mengelus dan meremas-remas. Nafas kami semakin cepat dan tubuh kami juga semakin panas, peluh kami mulai membasahi tubuh kami. Ini benar-benar luar biasa. Gesekan-gesekan itu demikian nikmatnya. Tapi usaha penisku untuk masuk ke lubang itu selalu gagal.

“Masih belum bisa masuk?” Bisik kathy.
“Coba kutekan agak keras lagi,” kuangkat sedikit pinggulku, kemudian kutekan keras, tapi ternyata malah meleset kesamping.
“Uhh..” desis Kathy.
“Coba kubantu,” bisik Kathy sambil tangannya meraih batang penisku, kemudian ditempatkan tepat di gerbang liang vaginanya.
“Tekan!!” kata Kathy.
“Yeah,” kataku sambil menekan pinggulku cukup kuat.

Kuangkat sedikit lagi, kembali kutekan lebih keras sambil tangan Kathy mengarahkan penisku. Kurasakan liang itu semakin mengembang dan tiba-tiba sebagian ujung penisku berhasil melesak ke dalam.

“Stop!” teriak Kathy.
“Ohh..” keluhku, sambil menghentikan gerakanku.

Kepala penisku yang bulat sudah berhasil masuk keliang vagina Kathy. Begitu ketatnya liang itu seperti mengunci ujung penisku.

“Ujung penisku sudah berhasil masuk,” bisikku.
“Ya, aku tahu. Aku dapat merasakannya.” kata Kathy.

Pelahan kutarik sedikit penisku pelan-pelan, kemudian kutekan lagi dengan tekanan lebih kuat. Begitu kulakukan berulang-ulang sampai ujung penisku tiba-tiba menabrak kuat dinding penghalang disana.

“Ahh, stop, kita sebaiknya berhenti, ohh jangan!” kata Kathy terbata-bata.

Meskipun mulutnya mengatakan jangan, tapi kurasakan pelukan Kathy malah semakin erat, dan pinggulnya pun bergerak mengimbangi tusukannku.

“Kita sebaiknya berhenti.. Kita, ohh stop!” rintih Kathy.
“Yeah.” kataku, tapi penisku tidak mau berhenti. Tekanan pinggulku makin lama makin kuat sehingga akhirnya..
“Aaahh.. ADUH!! Ohh.. Aaahh,” jeritan Kathy melengking kuat ketika penisku berhasil menembus benteng penghalang itu. Batang penisku tenggelam seluruhnya ke dalam liang yang sudah tidak perawan lagi, sampai bola testicle-ku menekan pangkal pahanya. Jeritan Kathy dan cengkeraman kukunya mencengkeram kuat di pundakku dan pahanya memeluk kuat kuat pinggulku membuatku benar-benar terkejut.

“Aduh! stop, stop!” jerit Kathy.

Kurasakan jepitan liang vagina Kathy yang begitu kuat dan ketat sekali, kurasakan juga denyutan-denyutan dinding liang itu seperti menyedot penisku, dan kurasakan kehangatan disana.

“Kathy. Penisku sudah masuk semua.” kataku sambil terengah-engah.
“I can tell. It hurt. A lot.”
“Aku bilang stop! Sakit sekali tahu!” bentak Kathy. Kulihat wajahnya merah padam dan air matanya mengalir membasahi pipinya.
“Maafkan aku Kathy. Aku tidak bisa mengendalikan diriku.”
“OK. Bisa kamu tarik keluar sekarang?”
“OK..” Aku cabut penisku pelan-pelan, Kathy merintih, kutekan lagi pelan-pelan dan kembali kutarik lagi sedikit. Kurasakan sesasi gesekan antara penisku dan dinding liang vagina Kathy begitu luar biasa nikmatnya. Tubuhku sampai menggigil menahan geli dan nikmat yang teramat sangat.

“Kathy, sebaiknya jangan dilepas,” bisikku.
“Ya, aku tahu..” desah Kathy sambil menggerakkan pinggulnya keriri-kanan mengikuti gerakan pinggulku. Tangan Kathy kembali memelukku erat-erat. Seperti juga aku, sepertinya Kathy juga merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Dia ingin menghentikannya, tapi kenikmatan itu sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan tiba-tiba kembali tubuh Kathy mengejang sambil mengerang cukup keras, ketika Kathy mencapai orgasmenya yang kedua kali. Kathy sepertinya mengatakan sesuatu kepadaku, tapi tidak jelas, akhirnya ia menggigit pundakku.

Diding liang vaginanya berdenyut-denyut kuat, membuat penisku tersedot-sedot dan sepertinya aku juga tidak kuat lagi menahan diri. Kutekan penisku dalam-dalam dan..

“Aaahh..” spermaku menyembur kuat berkali-kali didasar liang vagina Kathy.

Entah berapa lama kami terkulai sambil berpelukan, penisku masih tertanam diliang vagina Kathy..

Ketika kami sadar, segera kutarik penisku yang sudah mengecil itu. Kulihat cairan spermaku bersama cairan vagina Kathy berhamburan dimana-mana. Dan cairan itu berwarna merah.. Memang benar-benar darah Kathy yang bercampur cairan sperma.

“Ya ampun, Kathy, aku benar-benar melukaimu, maafkan aku Kathy,” seruku panik.
“Ohh tidak!” jerit Kathy sambil melihat ke vaginanya.
“Kamu ejakulasi di dalam lubang vaginaku!! Kau masukkan spermamu di dalam! Aduh, kamu bisa membuatku hamil!!”

Cepat-cepat kuperiksa vagina Kathy. Tidak kelihatan ada luka disana, tapi darah keluar dari liang vaginanya. Aku yakin, pasti bagian dalam liang vagina itu ada yang luka.

Akhirnya kami memutuskan untuk tidak menceritakan kepada orang lain kalau Kathy sembuh nanti. Kami cuman bisa menunggu untuk melihat apakan Kathy hamil atau tidak. Kami segera berpakaian dan aku segera lari pulang kerumah. Sampai beberapa minggu kami berdua dihinggapi perasaan takut. Dan Kathy pun sepertinya takut untuk menemuiku. Dia selalu menghindar kalau melihatku.

Kami memang tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada orang lain, dan kami juga tidak pernah melakukan hubungan sex lagi, tapi kami masih berteman sampai beberapa tahun, sampai akhirnya aku pindah ke Denver. Tapi aku tidak pernah melupakan hari bersejarah yang sangat menakjubkan itu!!
READ MORE - Sex EduCation
Mbak Tiyah yg Cantik
Awalnya aku pikir bersetubuh dengan wanita adalah hal yang biasa-biasa saja, atau kenikmatannya sama saja dengan waktu kita beronani dikamar mandi saat kita lagi butuh kepuasan, itu pendapatku waktu itu. Kebiasaanku beronani atau kata orang ” nyoli ” dimulai waktu usiaku masih 15 tahun ketika aku duduk dikelas tiga S M P. Telah menjadi kebiasaanku sepulang sekolah aku harus pergi kesawah untuk mencari sekarung rumput makanan dua ekor kambingku saat masih dikampung, kini aku tinggal di Jakarta bersama budeku. Memang kedua orang tuaku adalah peternak yang kurang sukses.

Karena terbentur utang yang tak kunjung lunas akhirnya hewan perliharaanya tersisa dua ekor lagi. Teman setiaku adalah wawan, rumahnya persis didepan rumahku hanya dibatasi sebuah jalan kecil yang menghubungkan kesebuah danau diantara rumah kami berdua. Waktu itu hari menjelang sore, aku bergegas berganti pakaian sehabis makan sore sepulang sekolah lalu ku ambil sabit yang terselip didinding dapur rumahku yang terbuat dari anyaman bambu, serta tak lupa kutarik karung yang tergeletak dibawah meja makan, kemudian kutaruh keduanya diatas sadel belakang sepeda kesayanganku sambil makan pisang aku bergegas kerumah wawan untuk meminjam asahan menajamkan sabitku supaya mudah menebas rumput, setelah sampai didepan pintu aku masuki rumahnya lalu kupanggil dia ” wan..” iya..jawab wawan dari kamar. ” pinjam asahnya dong wan “, sembari trus berjalan ” dibelakang ko, di kamar mandi, ambil aja, saya lagi ganti pakaian” jawab wawan dari kamar. ” cepatan wan..udah sore nih..” Pintaku ke wawan.

Aku lalu kedapur karena memang kamar mandinya ada diluar, dibelakang rumah. Kamar mandi dikampungku umumnya hanya terbuat dari terpal yang dililitkan diempat tiang yang terpancang ditanah, itupun hanya sepatas pinggul, pendek. Pabila kita mau mandi ya harus duduk supaya nggak kelihatan. Pintu kamar mandinya pun hanya di tutupi dengan handuk, sebagai simbol menandakan kalo didalam kamar mandi ada yang sedang mandi. Kubuka pintu dapur yang menuju keluar – kekamar mandi, memang kamar mandinya di keliling pohon pisang dan rambutan jadi kurang begitu jelas kalo terlihat dari pintu dapur rumah wawan. Setelah beberapa langkah mendekati kamar mandi byur..suara orang sedang mandi betapa kagetnya ketika kulihat kearah kamar mandi, aku pikir tak ada orang dikamar mandi karena tak ada handuk yang terjuntai dipintunya. Sungguh pemandangan yang spektakuler waktu itu, betapa tidak Mbak tiyah kakaknya wawan yang masih kelas 3 SMU Negeri 1 di kampungku itu sedang asik mandi tanpa sehelang benangpun yang menutupi indah tubuhnya. Dibawah kuncuran air yang tertampung dalam kotak segi empat terbuat dari semen yang digantung diatas kamar mandi ia asik membersihkan pantat dan pinggangnya yang ramping, karena ia membelakangiku ia tak tahu kehadiranku aku tertengun kuperhatikan dari ujung kakinya lalu naik kepahanya mulus, putih gempal ditumbuhi bulu lembut diatas lututnya, aku tak tahan pandanganku trus naik kearah pantat luar biasa padat dan berisi ujung pantatnya yang menyembul bergoyang ? goyang ketika Mbak tiyah mengoyangkan kepalanya yang sedang ia keramasi.

Dia membalikkan badannya, semetara aku telah bersembunyi dilebatnya pohon pisang kulihat payudaranya membusung keatas indah dan sekal berjuntai kesana kemari seperti balon yang terisi air, diujung payudara sebelah bawah ada daging kecil warna coklat muda yang agak menonjol dan astaga..!! pandanganku turun kebawah perutnya, ramping sekali dan pusarnya indah serta bersih ..apa itu.. disela-sela kedua panggkal pahanya ada tonjolan daging yang belah ditengahnya ditumbuhi bulu ? bulu halus hampir sampai lubang pusarnya. Aku tetap diam dibalik pohon pisang sembari mataku tak lepas dari pandangan kearah kamar mandi. Aku nikmati pemandangan itu sampai Mbak tiyah selesai mandi, baru aku mengambil asahan kemudian mengajak wawan pergi kesawah untuk mencari rumput.

Malam harinya pikiranku nggak bisa tenang, selalu terbayang dengan busungan kedua payudara dan bulu-bulu halus diselangkangan Mbak tiyah, sambil terbaring dikamar yang telah kukunci kucoba untuk memejamkan mata tetap saja terbayang, akhirnya pikiranku tak bisa tenang perlahan kumasukan jari-jari tangan kananku dibalik sarung, trus kebawah diantara kedua panggkal pahaku lalu tanganku kususupkan kebalik celana dalam merk Sony yang sedang kukenakan, kupegangi bulu-bulu dipangkal kemaluanku, walau baru tumbuh sedikit namun terasa kasar kutarik-kutarik perlahan-lahan bulu yang tumbuh disekitar pangkal penis, penisku menegang beberapa urat terasa menyembul dipinggir batang kemaluanku, kutarik tanganku kemudian kuludahi permukaan tanganku lalu kumasukan kembali kebalik sarung sementara celana dalamku telah kulepas tapi masih tersangkut dimata kakiku.

Ku urut pelan-pelan sembari kuremas-remas penisku, makin lama terasa nikmat sekali. Namun baru beberapa urutan genggaman tanganku pada penis terasa mulai seret dan panas karena ludahku mengering. Disamping ranjangku diatas meja belajar ada sebotol handbody lotion yang selalu kupakai sehabis mandi, ku ambil dan kutuangkan dipermukaan tanganku, ku oleskan diseluruh batang kemaluanku setelah itu ku genggam seraya kemudian posisi tubuh kuberbalik dan sekarang aku tengkurap sembari menggenggam batang kemaluanyang makin membesar kupejamkan kedua mataku seolah ? olah aku sedang menindih Mbak tiyah, kutekan perlahan-lahan pantatku sangat teratur naik turun, tanganku kubiarkan saja menempel dikasur sembari tetap menggenggam batang penisku.

Napasku mulai tersengal gerakanku semakin cepat ku kuremas ? remas batang kemaluanku kubayangkan kalau kemaluanku terjepit diantara selangkangan Mbak tiyah yang berbulu halus itu makin lama kurasakan makin “nikmat oughh.. Mbak tiyah.. enaakk..” desahku ada sesuatu yang terasa makin memuncak makin dekat kelubang penisku dan akhirnya “oughh..croott.. crott.. enakk Mbak tiyahh..”segumpal cairan warna kuning-kecoklatan agak kental keluar mengalir dari ujung penisku, aku terkulai lemas, kubalikkan tubuhku sekarang aku terlentang keringat mengucur disekitar dada dan wajahku, pelan ?pelan ku urut batang kemaluanku ke arah atas ku peras sisa ? sisa buih kenikmatan yang masih tersisa, mungkin aku lelah karena kegiatan itu ku ulangi sampai tiga kali malam itu sampai-sampai handbody lotionku habis..akhirnya ku tertidur pulas..

Tepatnya malam tanggal 17 Agustustus 1995 wawan datang kerumahku, lalu mengajakku main kerumahnya tujuannya untuk menyelesaikan pe-er bahasa inggris dari Bu guruku, memang pelajaran yang paling kusuka disekolah adalah bahasa inggris. Sesampai dirumahnya kulihat diruang tamu Mbak tiyah sedang tidur terlentang sambil menonton TV, ” kok sendiri mbak, Bapak sama Ibu pada kemana?? tanya ku kepadanya sembari kulirik buah dadanya menonjol dibalik t-shirt warna ungu yang sangat ketat melekat ditubuhnya serta memperlihatkan lubang pusarnya. ” lagi ke rumah saudara ko, ada yang nikahan di Jakarta ” ujarnya ” ada pe-er malem ini ko?”, tanya dia” iya mbak, pe-er bahasa inggris, Mbak mau bantuin??, ku pancing dia. ” nggak ah, filmnya bagus entar aja ko, coba aja dulu entar kalo nggak bisa Mbak bantuin deh ” jawab Mbak tiyah, ” iya deh mbak, saya permisi dulu kekamar wawan nggak enak sama wawan udah nungguin” kataku, padahal aku masih ingin mengobrol bersamanya. Dikamar aku sibuk menyelesaikan pe ?er dimeja belajar wawan sementara wawan malahan baca majalah diatas ranjang yang terbuat dari papan tapi diatasnya ada kasur busanya, pe-er kali ini membuat kepalaku benar-benar pusing, akhirnya setelah pukul 11 malam baru pe-er itu dapatku selesaikan, karena asiknya membuka dan menutup kamus sampai-sampai aku lupa pada wawan, kutengok kearah ranjang kulihat ia telah terlelap tidur. Kututup kamus dan kurapikan meja belajar wawan.

Kuselimuti dia, ahh lebih baik aku kedapur cari makanan pikirku karena rumah wawan sudah seperti rumahku sendiri, ketika ku melintas ruang tamu kulihat Mbak tiyah masih tidur terlentang didepan TV, hanya saja kini ia telah berganti pakain memakai baju tidur longgar bercorak bunga-bunga. ” Mbak belum tidur “, tanyaku ” belum ko, habis filmnya bagus, udah beres pe-ernya?” Mbak tiyah balik bertanya seraya ku duduk disampingnya tetapi aku menghadap ke TV sementara ia masih tidur-tiduran. ” mana wawan? “, tanya Mbak tiyah ” udah tidur dari tadi mbak, mungkin capek?” jawabku. ” ko kata wawan kamu pintar ngurut kepala ya?”, sembari Mbak tiyah menekan kepalanya seolah ? olah sedang pusing, atau memang pusing beneran aku tak tahu waktu itu. ” tolong pijitan kepala Mbak ko ” pintanya ” bisa sih sedikit mbak, kenapa?, kepala Mbak sakit, yang sebelah mana yang sakit Mbak ” sembari mulai kupegang kepalanya tepat diatas jidatnya, kutekan perlahan-perlahan.

Tapi pandanganku tetap ke arah TV, tapi sumpah enggak tahu pikiranku mulai porno, sementara dibalik celana hawaiku, penisku nggak bisa diajak kompromi makin menegang. Aku tetap memijat disekitar kening Mbak tiyah, kulirik ia ternyata matanya tertutup mungkin menikmati pijitan tanganku. ” enak ko, kamu pintar mijatnya” kata Mbak tiyah. Aku hanya tersenyum. ” udah ko, pijitin pinggang Mbak iya” tanpa menunggu persetujuan dari ku kemudian ia membalikan tubuhnya. ” sebelah sini ko ” Mbak tiyah memegang pinggangnya menjelaskan letak yang harus ku pijat. Ku pegang pigangnya, ku urut dari mulai dari atas kebawah sambil ku tekan perlahan-lahan permukaan pigangnya tapi hanya sebatas pinggulnya tak lebih dari itu, aku takut dibilang kurang ajar. Tapi beberapa kali tanganku tersangkut baju tidurnya. ” susah ya ko, kamu ngurutnya, sebentar ko biar bajunya Mbak angkat keatas ” Mbak tiyah pegang ujung bajunya yang menutupi punggungnya hingga pinggulnya kemudian ia tarik hingga sebatas tali branya, tapi Mbak tiyah masih dalam posisi tengkurap. Ia letakkan tangan yang sebelah kiri diatas punggungnya.

Aku benar-benar terpesona melihat permukaan kulit pinggul Mbak tiyah yang kamarin lusa hanya mampu kupandangi dari jauh kini ada di depan mataku, dapat ku sentuh dan kuraba. ” cepatan ko ” suara Mbak tiyah mengagetkanku. ” iya Mbak ” aku tergagap, kucoba tetap bersikap wajar ku tekan sebisa mungkin pikiran pornoku setelah sekian menit aku dan Mbak tiyah hanya diam sementara aku hanya mengurut dan Mbak tiyah sesekali mengeluh menahan tekanan tanganku, kucoba membuka pembicaraan ” kulit Mbak putih ya ” pujiku tetapi aku tetap mengurut dibagian pinggang Mbak tiyah pelan-pelan. Pijatanku kuarahkan kebagian bawah pertama kuberanikan memijat gundukan daging pantatnya, rasanya padat dan kenyal lalu kupegang dengan kedua tanganku kuremas-remas, aku hampir nggak bisa menguasai diri sepertinya Mbak tiyaHPun menikmati pijatan-pijatanku, desahan nafas Mbak tiyah makin jelas kudengar iramanya seperti orang sehabis lari pagi.

Tiba-tiba Mbak tiyah berbalik kini ia terlentang. Aku kaget setengah mati, mati aku..pikirku aku pasti akan dicaci oleh Mbak tiyah atas ulahku yang kurang ajar. Tapi aneh Mbak tiyah justru tersenyum melihatku. Mbak tiyah bangun dari tidurnya, kulihat matanya sayu, dan bibirnya setengah terbuka dan basah sangat mengoda. ” sini tanganmu ko ” Mbak tiyah meraih kedua tanganku, aku diam saja aku bagai terhipnotis hanya desah napasku makin tak teratur. Diletakkannya kedua tanganku diatas payudaranya, ia bimbing kedua tanganku untuk meremas kedua payudara dibalik bajunya. Aku tak tahan ku angkat ujung bajunya lalu aku berdiri dan kutarik keatas melewati kepalanya hingga akhirnya bajunya terlepas dari tubuhnya, aku duduk lagi dihadapannya kupeluk dia, kupegang tali pengait BH warna ungu dipunggungnya, kutarik secara paksa, “aduhh, pelan-pelan ko sakit” ketika tali BH itu terlepas secara paksa.

Kini payudara itu menyembul keluar, membusung indah ku pegang perlahan-lahan lalu kuremas-remas, “aughh..geli..enak..ko, auhghh pelan-pelan ko..” Mbak tiyah memegang lenganku semakin kecang pegangannya, mata Mbak tiyah kadang terbuka kadang tertutup. Ku pegang bagian bawah payudaranya kuangkat lalu kuarahkan mulutku kebagian puting payudara Mbak tiyah sebelah kiri, kumasukan kemulutku lalu ku gigit pelan-pelan, ” auhghh..enakk..ko..geli..ko, terus teruss enakk koo “, Mbak tiyah memeluk kepalaku, ia tarik rambutku sementara tangan kanannya membuka kancing celanaku lalu trus kebawah hingga masuk kebalik celana dalamku dan..auhh..ia pegang batang kemaluanku yang dari tadi telah menegang. Ia tarik kebawah celana hawaiku hingga terlepas, akupun tak tinggal diam ku pegang celana tidur Mbak tiyah kutarik hingga terpelorot sampai bawah.

Ku baringkan Mbak tiyah diatas tilam warna ungu kemudian kepalanya kuangkat lalu kuselipkan bantal dibawah kepalanya. Tubuhku merosot kesebelah bawah sementara kini posisiku diatas Mbak tiyah sedangkan kedua pahanya mengapit pinggangku, tubuhku makin kebawah. Kusentuh bagian vital Mbak tiyah trus kubelai rambut ? rambut halus disekitar lubang kewanitaanya kucium perlahan lalu kugigit bagian daging yang menyembul keluar sebesar biji sirsak berwarna merah, Mbak tiyah merintih..uaghh..kamu pintar koo.. sementara kedua pahanya mengapit kepalaku menahan geli bercampur nikmat, kurasakan kini liang yang ada dipangkal Mbak tiyah itu makin lama makin mengeluarkan cairan yang memenuhi lubang kemaluanya.

Posisiku kini berubah perlahan aku duduk didepan selangkangan Mbak tiyah ku pegang kedua pahanya Mbak tiyah kutaruh diatas lututku, kini didepanku terlihat jelas belahan liang kemaluan Mbak tiyah makin membelah hingga didalamnyapun terlihat jelas olehku karena terpaan sinar lampu diruang tengah itu, perlahan-lahan kumasukan jari tengahku kedalam lubang kemaluan Mbak tiyah baru kira ? kira satu cm ku putar ? putar jari tengah ku didalam kemaluan Mbak tiyah tepat diatas daging yang menonjol didalam liang itu.” Aughh..truss..ko..enak sekali..koo”,
Mbak tiyah merintih-rintih semetara kedua tangannya berputar kesana kemari meraih apa yang bisa ia pegang, ku lihat Mbak tiyah bagai cacing kepanasan menggeliat kesana ? kemari. Ia berusaha meraih batang kemaluanku. ” Jokoo masukin punyamu ko” suara Mbak tiyah terdengar parau akibat tekanan birahi yang kian memuncak. Ku genggam batang penisku yang sudah mengencang dari tadi lalu tanganku yang sebelah kiri merenggangkan paha Mbak tiyah, terlihat jelas liang kemaluan Mbak tiyah makin menganga, batang kamaluanku makin dekat dengan lubang selangkangan Mbak tiyah lalu kuarahkan tepat ditengah dan bluuss..” aauu..sakit koo jangan kuat ?kuat nekannya,” teriak Mbak tiyah.
” enaakk mbak, aughh punya Mbak tiyah enakk.. aku tak menghiraukan lagi teriakan Mbak tiyah. Awalnya lubang kemaluan Mbak tiyah terasa serat tapi lama ? kelamaan ada cairan yang mengalir hangat mengalir keluar dari rahim Mbak tiyah, hingga kini batang penisku dapat lancar keluar masuk kedalam lubang kenikmatan itu.
Cepat..koo..tekan yang kuat punya Mbak mau keluar.. rintihan Mbak tiyah makin menjadi-jadi..sementara dekapannya dipunggungku makin kecang auhghh cepatt koo yang kuat nusukk nya..” rintih Mbak tiyah..”. “aughh..mbak punya saya mau keluaarr ..enaakk..enaakk..mbakk,..saya ..sayang..mbak..auhghh..mbak kerluarr..enakk..enakk..mbak.. ”kugigit payudara Mbak tiyah, lalu ku sedot-sedot puting Mbak tiyah..ada sesuatu yang kian memuncak mendekati..” enaakk koo truss koo Mbak sayang joko juga..” dan akhirnya crott..crott..air maniku tumpah diatas perut Mbak tiyah..aku terkulai lemas ku kecup lembut bibir Mbak tiyah..mbak tiyah hanya diam dan tersenyum..puas walau disela matanya kulihat ada air mata.

Kulirik jam dinding ternyata tengah malam telah terlewati, ku kenakan kembali celanaku, sementara Mbak tiyah habis membenahi pakaian dan rambutnya yang acak-acakan lalu menuju makar mandi. Ku langkahkan kaki menuju kamar dan aku tidur disamping sahabat karibku wawan.

Sebulan setelah kejadian itu Mbak tiyah lulus sekolah kemudian atas saran kedua orang tuanya ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. Salam sayang ku buat Mbak tiyah yang cantik jika sempat baca cerita ini semoga engkau tetap sayang padaku “melati”mu.
READ MORE - Mbak Tiyah yg Cantik
Pengalaman di Mess
Cerita ini terjadi sekitar satu setengah tahun yang lalu. Nama saya Anton (bukan nama sebenarnya) dan bekerja di sebuah perusahaan nasional di Jakarta. Saya mengepalai bagian penjualan, dan otomatis saya sering pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan, apalagi bila ada peluncuran produk baru. Sekitar satu setengah tahun yang lalu, saya ditugaskan ke Manado. Di sana kebetulan perusahaan kami mempunyai mess yang biasa digunakan oleh tamu-tamu yang datang dari kota lain. Mess-nya sendiri cukup besar, dan di halaman belakang ada kolam renangnya.

Selama di Manado saya ditemani oleh Lulu (nama samaran) yang juga mengepalai bagian penjualan di sana. Sebagai gambaran, Lulu tingginya sekitar 165 cm, berat sekitar 54-55 kg dan kulitnya putih mulus. Umurnya sekitar 28 tahun, dan menurut saya orangnya sangat menarik (baik dari segi fisik maupun personality). Beberapa hari di sana, kami pergi mengunjungi beberapa distributor di Manado, dan Lulu juga sempat mengajak saya jalan-jalan seperti ke danau Tondano ditemani beberapa rekan kantor lainnya.

Hubungan saya dengan Lulu menjadi cukup dekat, karena kami banyak menghabiskan waktu berdua walaupun sebagian besar adalah urusan kantor. Lulu sangat baik pada saya, dan dari tingkah lakunya saya dapat merasakan kalau Lulu suka pada saya. Pertama-tama saya pikir kalau mungkin itu hanya perasaan saya saja. Walaupun dalam hati saya juga suka dengan dia, saya tidak berani untuk mengatakan atau memberi tanda-tanda kepada dia. Toh, saya baru beberapa hari kenal dengan dia dan memang untuk urusan wanita saya tergolong pemalu. Bagaimana kalau dia ternyata tidak ada perasaan apa-apa ke saya? Wah, bisa hancur hubungan baik yang telah saya bina dengan dia beberapa hari itu.

Suatu sore setelah pulang kerja, Lulu seperti biasa mengantar saya pulang ke mess. Saya menanyakan apakah dia mau mampir dulu sebelum pulang. Lulu setuju dan masuk ke dalam mess bersama saya. Kami ngobrol-ngobrol sebentar, dan saya ajak Lulu ke halaman belakang untuk duduk di kursi panjang dekat kolam renang. Kolam renangnya sangat menggoda, dan saya tanya Lulu apakah dia mau menemani saya berenang. Dia bilang kalau sebenarnya dia mau, tapi tidak bawa baju renang dan baju ganti sama sekali. Saya menawarkan untuk memakai celana pendek dan kaos saya.

“Nanti sekalian mandi di sini saja sebelum kita pergi makan malam..” kata saya.
Lulu setuju dan saya ke kamar untuk mengambil kaos dan celana pendek untuk dipinjamkan ke Lulu. Saya sendiri juga berganti pakaian dan mengenakan celana pendek saya yang lain.

Setelah berganti pakaian, kami pun berenang bersama. Karena baju kaos yang saya pinjamkan berwarna putih dan bahannya cukup tipis, buah dada Lulu yang ukurannya di atas rata-rata tercetak cukup jelas walaupun dia masih memakai bra. Kami berenang sekitar 20 menit, dan setelah selesai saya pinjamkan Lulu handuk untuk mandi di kamar saya yang kebetulan lebih bersih dari kamar mandi yang ada di ruang depan. Saya sendiri mandi di ruang depan.

Begitu selesai mandi, saya ke kamar saya untuk melihat apakah Lulu sudah selesai atau belum. Ternyata Lulu masih di kamar mandi, dan beberapa menit kemudian keluar dengan hanya memakai handuk yang dililitkan di badannya. Handuk yang saya pinjamkan tidak terlalu besar, sehingga hanya mampu menutupi sebagian buah dada dan sedikit pahanya. Belahan dadanya terlihat jelas dan mungkin sedikit lebih turun lagi putingnya akan terlihat. Dengan rambut yang masih basah, Lulu terlihat sangat seksi.

Lulu berdiri di depan pintu kamar mandi dan bilang kalau dia harus mengeringkan bra dan CD-nya yang masih basah. Waktu Lulu mengangkat kedua tangannya untuk menyibakkan rambutnya, handuknya terangkat dan kemaluannya terlihat. Saya tidak tahu apakah Lulu sadar atau tidak kalau handuknya terlalu pendek dan tidak dapat menutupi kemaluannya. Rambut kemaluan Lulu lumayan lebat.

Lulu kemudian duduk di ranjang saya dan menanyakan apakah dia boleh menunggu sebentar di kamar saya sampai pakaian dalamnya kering. Tentu saja saya membolehkan, dan setelah mengobrol beberapa saat, Lulu menyandarkan badannya ke sandaran ranjang dan menjulurkan kakinya ke depan. Kakinya yang panjang terlihat mulus. Melihat itu semua, kemaluan saya mulai menegang.

Saya tanya dia, “Sambil nunggu celana kamu kering, mau aku pijitin nggak..?”
“Mau dong, asal enak yah pijitannya..”
Saya minta dia membalikkan badannya, dan saya mulai memijati kakinya. Beberapa saat kemudian saya mulai memberanikan diri untuk naik dan memijat pahanya. Lulu sangat menikmati pijatan saya dan sepertinya dia juga sudah mulai terangsang. Hal ini terbukti dengan dibukanya kedua kakinya, sehingga kemaluannya terlihat dari belakang, walaupun tubuhnya masih dibalut handuk.

Saya pun mulai memijat pahanya bagian dalam, dan terus naik sampai ke selangkangannya. Lulu diam saja, dan saya memberanikan untuk mengelus kemaluannya dari belakang. Juga tidak ada reaksi selain desah nafas Lulu tanda bahwa dia sudah terangsang dan menikmati apa yang saya lakukan.
“Lulu, buka yah handuknya biar lebih mudah..” kata saya.
Tanpa diminta lagi, Lulu membalikkan badannya dan melepaskan handuknya, sehingga tubuhnya sekarang telanjang bulat di depan saya. Buah dada Lulu ternyata lumayan besar dan sangat indah. Ukurannya mungkin 36C dan putingnya berwarna kemerahan.

“Ton, buka dong celana pendek kamu..!” pintanya.
Saya berdiri dan melepaskan celana yang saya kenakan. Kemaluan saya sudah sangat menegang dan saya pun naik ke ranjang dan tiduran di sebelah Lulu.
“Kamu diam saja di ranjang, biar aku yang buat kamu senang..,” katanya.
Saya pun tidur telentang, dan Lulu naik ke badan saya dan mulai menciumi saya dengan penuh nafsu.

Beberapa menit kemudian ciumannya dilepaskan, dan dia mulai menjilati badan saya dari leher, dada dan turun ke selangkangan saya. Lulu belum menjilati kemaluan saya dan hanya menjilati selangkangan dan paha saya sebelah dalam. Saya sangat terangsang dan meminta Lulu untuk memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Lulu mulai menjilati kemaluan saya, dan sesaat kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Ternyata Lulu sudah sangat ahli. Pasti dia sudah sering melakukannya dengan bekas pacarnya, pikir saya. Memang sebelum itu Lulu pernah berpacaran dengan beberapa pria. Saya sendiri saat itu masih perjaka. Saya memang juga pernah berpacaran waktu kuliah, tetapi pacaran kami hanya sebatas heavy petting saja, dan kami belum pernah benar-benar melakukan hubungan seks.

Saya minta Lulu untuk membuat posisi 69, sehingga selangkangannya sekarang persis di depan hadapan wajah saya. Sambil Lulu terus mengulum dan menjilati kemaluan saya, saya sendiri juga mulai menjilati kemaluannya. Ternyata kemaluannya berbau harum karena dia baru saja selesai mandi. Rambut kemaluannya juga lebat, sehingga saya perlu menyibakkannya terlebih dahulu sebelum dapat menjilati klitorisnya. Kami saling melakukan oral seks selama beberapa menit, dan setelah itu saya minta Lulu untuk tiduran. Dia merebahkan badannya di ranjang, dan saya mulai menjilati buah dada dan putingnya.

Lulu sudah sangat terangsang, “Hmm.. hmm.. terus Ton.. terus..!”
Saya terus menjilati tubuhnya sampai ke kemaluannya. Rambut kemaluannya saya sibakkan dan saya jilati bibir kemaluan dan klitorisnya. Cairan kemaluannya terasa di lidah saya. Tubuh Lulu menggelinjang hebat dan pantatnya diangkat seolah-olah ingin saya menjilatinya lebih dalam lagi. Tangannya menekan kepala saya sampai hampir seluruh wajah saya terbenam di kemaluannya. Saya semakin bersemangat memainkan ujung lidah saya yang menyapu kemaluan Lulu, dan kadang-kadang saya gigit perlahan klitorisnya.

Lulu benar-benar menikmati apa yang saya lakukan, dan semakin membuka pahanya lebar-lebar. Dia terus menekan kepala saya dan menaik-turunkan pinggulnya.
“Ah.. ah.. ah.. I’m coming, I’m coming..!” teriaknya.
Saya terus menjilati klitorisnya dengan lebih cepat, dan sesaat kemudian dia berteriak, “Ahh.. Ahh.. Ahh..” tanda kalau dia sudah orgasme.

Kemaluannya sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya.
Lulu melenguh sebentar dan berkata, “Ton, masukin dong, saya mau nih..!”
Saya bilang kalau saya belum pernah melakukan ini, dan takut kalau dia hamil.
“Jangan takut, saya baru saja selesai mens kok, jadi pasti nggak bakalan hamil..”

“Kamu di atas yah..!” kata saya.
“Ya udah, tiduran sana..!”
Saya tiduran dan Lulu duduk di atas saya dan mulai memasukkan kemaluan saya ke vaginanya dengan perlahan. Wah, nikmat sekali.. ternyata begitu rasanya berhubungan seks yang sesungguhnya. Lulu mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kedua tangannya diangkat ke atas. Saya memegang kedua buah dadanya sambil Lulu terus bergoyang, makin lama makin cepat.

Beberapa saat kemudian saya sudah tidak tahan lagi dan ejakulasi sambil memeluk tubuh Lulu erat-erat. Belum pernah saya merasakan kenikmatan seperti itu. Kami pun berciuman dan kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat. Di kamar mandi saya menyabuni tubuh Lulu dari atas ke bawah, dan hal yang sama juga dia lakukan ke saya. Khusus untuk kemaluannya, saya memberikan perhatian khusus dan dengan lembut menyabuni klitorisnya dan memasukkan jari saya untuk membersihkan vaginanya yang basah oleh air mani saya. Kelihatan kalau Lulu sangat menikmati itu, dan kakinya pun dibuka lebar-lebar.

Selesai mandi, kami kembali ke kamar dan membicarakan apa yang baru kami lakukan. Terus terang saya tidak pernah berpikir untuk melakukan hubungan seks dengan Lulu secepat itu, karena kami belum lama kenal dan semuanya juga terjadi dengan tiba-tiba. Lulu bilang kalau sebenarnya dia suka dengan saya dari awal, dan memang sudah mengharapkan untuk dapat melakukan ini dengan saya.

Setelah kejadian itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks di mess sepulang dari kantor. Karena di mess tidak ada pembantu (pembantu hanya datang di pagi hari untuk membersihkan rumah atau mencuci baju), kami bebas melakukannya di luar kamar baik di ruang tamu, halaman belakang dan juga kolam renang. Benar-benar beberapa hari yang tidak dapat saya lupakan. Sayang hubungan kami tidak berlanjut setelah saya kembali ke Jakarta karena jarak yang memisahkan kami.

Sebenarnya saya pernah minta Lulu untuk pindah kerja ke Jakarta, tapi dia tidak mau dengan alasan orang tuanya tidak mengijinkan, karena dia anak satu-satunya. Juga mungkin bagi Lulu saya hanyalah salah satu pria yang lewat dalam hidupnya
READ MORE - Pengalaman di Mess
Mona NamaNya
Cerita ini bermula dari waktu saya masih berumur kurang lebih 10 sampai 13 tahun. Persisnya saya sudah lupa. Waktu itu saya mempunyai teman bernama Alex. Alex tinggal dengan keluarganya tidak jauh dari tempat saya tinggal. Alex mempunyai seorang kakak perempuan bernama Mona. Umurnya 4-5 tahun lebih tua dari kami, jadi waktu itu saya dan Alex masih SD kelas 5, sedangkan dia sudah SMA.

Mona ini orangnya seksi sekali. Bukan berarti dia sering pakai baju seksi atau bicara yang nyerempet-nyerempet hal begituan, tapi tidak tahu kenapa kalau saya sedang berada dalam satu ruangan dengan dia, selalu pikiran saya membayangkan hal-hal yang erotik tentang dia yang saya tidak pernah terpikirkan sama wanita lain. Tubuhnya sebetulnya biasa-biasa saja, tidak terlalu tinggi, tapi proporsional. Dan kalau orang sekarang bilang, body-nya bahenol dan tetap jelas lekuk-lekuk tubuhnya tampak bila dia berpakaian. Rambutnya panjang sebahu dengan payudara yang sedikit lebih besar dari rata-rata, dan mengacung ke atas.

Suatu ketika saya sedang main ke rumah Alex, Ayah Mona sedang membetulkan mobilnya di kebun depan rumah Mona. Kami semua berada di situ melihat ke dalam mesin mobil tersebut. Saya berdiri persis kebetulan di sebelah Mona. Dia berada di sebelah kanan saya. Pada waktu itu Mona memakai baju jenis baju tidur, berbentuk celana pendek dan baju atasan. Warnanya biru muda sekali sampai hampir putih dengan gambar hiasan bunga-bunga kecil yang juga berwarna biru muda. Lengan bajunya lengan buntung, dan pas di pinggir lengan bajunya di hiasi renda-renda berwarna putih manis. Bajunya karena itu pakaian tidur jadi bentuknya longgar dan lepas di bagian pinggangnya. Bagian bawahnya berupa celana pendek longgar juga, sewarna dengan bagian atasnya dengan bahan yang sama.

Semua melihat ke dalam mesin mobil sehingga tidak ada yang melihat ke arah saya. Pada saat itu lah saya melirik ke arah Mona dan melihat payudara Mona dari celah bawah ketiaknya. Perlu diingat bahwa tinggi badan saya pada umur itu persis sepayudara Mona. Dia tidak menggunakan BH waktu itu. Puting susunya yang coklat dan mengacung kelihatan dengan jelas dari celah itu karena potongan lengan bajunya yang kendor. Hampir seluruh payudara Mona yang sebelah kiri dapat kelihatan seluruhnya. Tentu saja dia tidak sadar akan hal itu.

Suatu ketika ada juga saat dimana kami sedang bersama-sama melihat TV di ruang tamu. Saya duduk di sofa untuk satu orang yang menghadap langsung ke TV. Dan Mona duduk di sofa panjang di bagian sebelah kiri dari TV di depan kiri saya. Saya dapat langsung melihat TV, tapi untuk orang yang duduk di sofa panjang itu harus memutar badannya ke kiri untuk melihat TV, karena sofa panjang tersebut menghadap ke arah lain. Mona akhirnya memutuskan untuk berbaring telungkup sambil melihat TV karena dalam posisi tersebut lebih mudah. Dia memakai baju tidur berupa kain sejenis sutera putih yang bahannya sangat lemas, sehingga selalu mengikuti lekuk tubuhnya. Baju tidur ini begitu pendek sehingga hanya cukup untuk menutupi pantat Mona. Bagian atasnya begitu kendor sehingga setiap kali tali bahunya selalu jatuh ke lengan Mona dan dia harus berulang-ulang membetulkannya. Dalam posisi telungkup begitu baju tidurnya pun tersingkap sedikit ke atas dan menampakkan vagina Mona dari belakang. Kebetulan saya duduk di bagian yang lebih ke belakang dari pada Mona, jadi saya dapat melihat langsung dengan bebasnya. Semakin dia bergerak, semakin bajunya tersingkap ke atas pinggulnya. Mona pada saat itu tidak memakai pakaian dalam sama sekali, karena kebetulan rumah sedang sepi dan sebetulnya itu waktu tidur siang. Kadang-kadang pahanya merenggang dan vaginanya lebih jelas kelihatan lagi. Mona agaknya tidak perduli kalau saat itu saya sedang berada di situ juga. Sesekali dia bangun untuk ke dapur mengambil minum, dan sekali ini tali bajunya turun lagi ke lengannya dan menampakkan sebagian payudara kiri Mona. Kali ini dia tidak membetulkannya dan berjalan terus ke arah dapur. Karena banyak bergerak dan membungkuk untuk mengambil sesuatu di dapur, akhirnya payudara kirinya betul-betul tumpah keluar dan betul-betul kelihatan seluruhnya. Sambil berjalan balik dari dapur, Mona tidak kelihatan perduli dan membiarkan payudara kirinya tetap tergantung bebas. Sesekali dia betulkan, tapi karena memang baju tidurnya yang belahan dadanya terlalu rendah, akhirnya turun lagi dan turun lagi.

Dan setiap kali payudaranya selalu meledak keluar dari balik bajunya, kalau tidak yang sebelah kanan yang sebelah kiri. Mona tetap kelihatan seperti tidak terjadi apa-apa, walaupun satu payudara terbuka bebas seperti itu. Mona kembali berbaring telungkup di sofa panjang melihat ke arah TV. Sekarang payudara kanannya yang tergantung bebas tanpa penutup. Setelah beberapa lama dan menggeser-geser posisinya di atas sofa, sekarang baju tidurnya sudah tidak rapi dan terangkat sampai ke pinggulnya lagi. Karena posisi pahanya yang sekarang tertutup, saya hanya dapat melihat sebagian bawah pantat Mona yang mulus dan sexy. Mona menggeser posisinya lagi, dan sekarang tali baju yang sebelah kiri turun.

Sekarang kedua payudaranya bebas menggantung di tempatnya tanpa penutup. Dari posisi saya tentunya hanya dapat melihat yang bagian kanannya karena saya duduk di bagian kanan. Mona balik lagi ke dapur untuk yang kesekian kalinya mengambil minum dan tetap membiarkan payudaranya terbuka dengan bebas. Dan balik lagi telungkup melihat TV. Saya mencoba mengajaknya mengobrol dalam posisi itu. Tentu saja tidak mungkin karena dia menghadap ke arah TV.

Pertama-tama dia ketahuan sedang malas diajak ngobrol dan hanya terlihat ingin melihat TV. Karena saya tetap bertanya-tanya ini itu ke dia, akhirnya dia pun mulai menanggapi saya. Suatu ketika karena dia harus menghadap saya tetapi malas duduk, akhirnya dia membalikkan diri ke arah kanan untuk menghadap ke saya. Pada saat itu lah vaginanya terlihat dengan sempurna terpajang menghadap saya. Perlu diketahui, payudara Mona masih tetap tergantung bebas dan padat tanpa penutup karena dia tidak repot-repot lagi membetulkan letak tali bajunya. Baju tidur Mona terangkat lagi sampai ke pinggul. Dan dia tetap ngobrol seperti seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Cukup lama juga kami ngobrol dengan posisi dia seperti itu. Kadang-kadang malah kakinya mengangkang menampakkan vaginanya. Dan dia tetap bersikap seakan-akan tidak ada apa-apa dan tetap berbicara biasa. Akhirnya saya tidak kuat lagi. Suatu saat, pada saat dia mengambil makanan dari atas meja dan posisinya membelakangi saya, vagina Mona mengintip dari celah pahanya dari belakang tepat 1-2 meter di depan wajah saya. Saya buka retslueting saya yang dari tadi sudah berisi penis yang sudah keras tidak kepalang tanggung, dan mengeluarkannya dari celana dalam saya. Dari belakang saya menghampiri Mona perlahan.

Pada saat ini dia masih belum tahu dan masih tetap memilih-milih makanan, sampai terasa ada tangan yang memegang kedua payudaranya dari belakang dan merasakan ada benda panjang, besar dan hangat menyentuh-nyentuh di sela-sela paha dan belahan pantatnya. Mona terkejut. Saya tetap meremas dan memainkan kedua payudara Mona dengan kedua tangan saya dan mulai perlahan-lahan menyelipkan penis saya ke dalam vaginanya.

Vagina Mona selalu basah dari pertama karena dia dapat menjaga situasi dirinya sehingga tetap basah walaupun pada saat-saat dia tidak nafsu untuk bermain sex. Penis saya masuk ke dalam Vagina Mona dari belakang. Mona melenguh tanpa dapat berbuat apa-apa karena semuanya berlangsung begitu cepat. Tangannya bertumpu ke atas meja makan. Mungkin dia bertanya-tanya juga dalam hati, ini anak SD tapi nafsunya sudah seperti orang dewasa.

Saya mulai membuat gerakan maju mundur sambil tangan saya masih meremas-remas payudaranya. Mona terdorong-dorong ke meja makan di depannya, payudaranya bergoyang-goyang seirama dengan dorongan penis saya ke dalam vaginanya. Kaki Mona dalam posisi berdiri mengangkang membelakangi saya. Akhirnya saya klimaks. Sperma demi sperma menyemprot dengan kuatnya ke dalam vagina Mona, sebagian meleleh keluar dari dalam vagina ke bagian paha dalam Mona yang masih berdiri mengangkang membelakangi saya.

Setelah semprotan terakhir di dalam vagina Mona, kami masih berdiri lemas tanpa merubah posisi. Kepala saya lunglai ke depan, kepala Mona juga, napas kami terengah-engah, dan keringat banjir membasahi tubuh kami. Akhirnya saya menarik penis saya keluar dari vagina Mona, dan kembali memasukkannya ke dalam celana dalam dan menarik kembali retslueting ke atas. Mona masih terengah-engah dalam posisi yang belum berubah bertumpu dengan kedua tangan ke atas meja makan. Vagina dan belahan pantatnya masih terpajang bebas bergerak seirama dengan desah napasnya. Saya kembali duduk di depan TV, dan Mona kembali ke sofa panjang tempat tadi dia berbaring, tapi sekarang dia tidak telungkup, melainkan duduk tanpa membetulkan letak dan posisi bajunya atau membersihkan bekas-bekas sperma dan keringat yang ada di sekujur tubuhnya.

Mona duduk bersandar rileks dan vaginanya terlihat terpajang dengan jelas karena posisi duduknya yang terbuka lumayan lebar. Matanya setengah terpejam tergolek di atas sandaran sofa. Tangannya lunglai di samping badannya. Napasnya masih terengah-engah. Dia melirik sedikit ke arah saya dan tersenyum. Saya pun tersenyum nakal padanya bagaikan normalnya anak umur 13 tahun. Dan dia berdiri berjalan masuk menuju ke kamar tidurnya. Mona ini kalau lagi merasa sendirian di rumah memang betul-betul cuek. Pada saat lain dimana saya sedang main ke rumah Alex tapi Alexnya belum pulang sekolah, Mona kerap kali memakai baju semaunya dan sangat minim tanpa repot-repot pakai pakaian dalam. Kadang-kadang hanya memakai T-shirt sebatas pantat yang kebesaran dan longgar tanpa pakai apa-apa lagi, dan sudah kebiasaan Mona kalau duduk posisinya tidak rapi, sehingga pinggul dan selangkangannya seringkali merenggang dan menampakkan vaginanya yang segar dan basah.

Kadang-kadang dia hanya memakai gaun tidur putih ‘backless’ tipisnya yang mini dengan belahan dada rendah sebatas puting, sehingga puting susunya seringkali nampak mengintip keluar. Atau mondar-mandir hanya memakai kimono handuk hijau mudanya sebatas paha. Dan kalau pakai kimono begitu dibiarkannya tali pinggangnya tidak diikat hingga bagian depannya tubuhnya terbuka. Jalan ke dapur atau duduk nonton TV di sofa tanpa membenarkan letak kimononya, atau makan siang setengah telanjang. Dan Mona sudah biasa begitu jika merasa tidak ada orang di rumah. Vaginanya selalu bebas tanpa penutup. Ada kalanya dimana dia baru pulang sekolah dan masih berbaju SMA putih abu-abu. Semasuknya di rumah yang pertama dilepas adalah celana dalam dan BH-nya dulu. Dan itu dilakukannya dengan ekspresi seperti dia sedang melepas sepatu dan kaos kakinya, yaitu di ruang tamu, dan di depan mata saya. Pernah celana dalam dan BH-nya dilempar ke arah wajah saya sambil dia tertawa bercanda, atau biasanya dilemparkan saja semaunya di lantai. Terus biasanya dia kemudian makan siang sambil nonton TV dengan baju OSIS SMA-nya ditambah payudaranya yang montok padat berisi dan terkocok-kocok jika Mona bergerak dengan puting susunya yang tercetak jelas. Biasanya penis saya perlahan-lahan mengeras. Kalau lagi tidak tahan, tanpa basa basi saya buka retslueting celana, keluarkan penis, angkat rok SMA-nya sampai ke pinggang, tidak perduli dia sedang melakukan apa dan memasukkan penis saya tanpa minta ijin dia dulu. Biasanya sih dia kaget, tapi tidak berkata apa-apa sambil mulai menikmati gerakan penis saya mengaduk-ngaduk vaginanya. Setelah sperma saya tumpah di dalam, dia pun kembali meneruskan apapun aktivitasnya yang sempat terhenti oleh sodokan penis saya. Malah seringkali sepertinya aktivitas Mona tidak terganggu dengan adanya gesekan penis tegang dalam vaginanya. Karena pernah suatu waktu dia masak di dapur dengan telanjang bulat karena mungkin pikirnya tidak ada orang di rumah. Selagi dia masih menghadap ke arah kompor, pelan-pelan dari belakang saya menghampiri dengan penis teracung. Perlahan-lahan saya selipkan penis berat saya yang sudah keras di antara celah selangkangannya dari belakang. Dia kaget dan menengok sebentar, dengan suaranya yang khas dan nada cuek biasanya dia hanya bilang, “Eh kamu..!” Kemudian secara refleks dia melebarkan posisi antara kedua kakinya, sedikit menunggingkan pantatnya dan membiarkan saya bermain dengan payudaranya dan melanjutkan memasukkan penis saya dari belakang dan menyantapnya sampai selesai.

Memang karena badan saya yang masih setinggi bahunya, setiap kali saya harus naik ke kursi agar dapat memasukkan penis saya ke dalam vagina Mona. Dan itu saya lakukan ‘anytime-anywhere’ di rumahnya selama hanya ada Mona sendiri di rumah. Sepertinya Mona begitu merangsang karena pakaiannya dan cara dia menempatkan posisi tubuhnya yang seakan-akan selalu menyediakan vaginanya yang segar, bersih, sehat, basah dan berlendir itu 24 jam buat limpahan sperma dari penis saya yang bersih, besar, berat dan panjang (walaupun waktu itu saya masih di bawah umur) ini di dalamnya. Mungkin ini yang membedakan dia dengan remaja-remaja perempuan lainnya.
READ MORE - Mona NamaNya
Supir Yang Beruntung
Kadang aku bingung memahami kehidupan ini. Dulu waktu di desa sebagai bujang ngejar-ngejar wanita desa aja banyak yang menolak. Eh giliran sekarang jadi sopir pribadi malah dapat rejeki nomplok. Bisa numpaki dan ngeloni nyonya majikanku yang cuantiik buanget biar usianya sudah 35. Badan masih bagus, singset, kulit kuning mulus. Hidung mancung dan di bibirnya suka muncul bintik-bintik kayak keringat. Syeddapp. Dulu sebelum numpaki nyonya aku sering curi-curi pandang

Demi melihat hidung dan bibirnya itu. Dia tahu, tapi cuek. Pura-pura kali ya. Wanitakan suka ditatap penuh nafsu oleh laki-laki. Meskipun oleh sopirnya kayak aku ini. Memang sih suka menampakkan tampang tidak suka kayaknya sebal gitu lho, duluu kala, tapi aku nggak percaya kalau dia sama sekali nggak senang dan tersanjung. Naluri wanitakan sama. Mau babu, mau model iklan, kalau ada laki-laki yang memperhatikan berarti dirinya masih dinilai cantik. Wanita kalau nggak ada yang memperhatikan padahal sudah dandan habis-habisan bisa bete seharian deh. Merana. Mikirin dirinya yang sudah tidak menarik lagi (meskipun hanya sopir tapi saya pernah belajar psikologi wanita, dari buku yang kubaca di tukang loak ketika sambil menunggu tuan belanja waktu itu. He… he…

Nyonyaku katanya eks primadona kampus. Tapi namanya manusia, biar mantan primadona atau mantan pramuniaga kalau sudah digigit kesepian yang amat sangat sekali dan sudah tak tertahankan ya harus mencari solusinya. Boleh jadi orang disekitarnya bisa digoda pula. Ingat kasus nyonya muda Pondok Indah yang beradu syahwat sama pembantunya yang sudah tua? Awalnya suka membentak-bentak memarahi sang bapak pembantu rumah tangga itu eh lama-lama malah suka dan ketagihan dihentak-hentak oleh si bapak itu dalam gairah asmara yang ganjil.

Itulah dunia erotis, susah dicerna tetapi sebenarnya mudah diterima dengan suatu sudut pandang yang polos. Jadi teorinya sederhana saja sesungguhnya, bahwa yang namanya syahwat itu adalah suatu naluri dasar. Naluri yang dibawa manusia sejak lahir ke dunia ini. Dia belum mengenal adat, tata krama, hukum, dsb. Benar-benar murni. Setelah mulai menjadi dewasa maka manusia menjadi milik lingkungannya. Harus peduli sama lingkungan sonya. Padahalkan awalnya nafsu itu nggak ada kaitannya dengan ideologi, so, ekonomi, politik, budaya dan hankam segala deh (inget pelajaran SMP).

Nah lebih-lebih bila nafsunya itu ternyata memberi pengalaman kenikmatan yang tiada tara yang tidak didapatkan dari pasangan resminya. Wah tambah ketagihan deh. Lha yang awalnya diperkosa aja ada yang akhirnya bisa menikmati, apalagi bagi yang didasari sama-sama butuh. Para pelaku yang sudah pengalaman merasakan nikmatnya bersenggama pasti pusing deh kalau lama nggak digauli lawan jenisnya.

Emang sumpah nggak kepikir di benakku kalau aku orang yang jelek dan kampungan ini ternyata kebagian juga mendapat anugerah dalam bentuk wanita cantik. Yaitu bisa menikmati seluruh lekuk tubuh dan khususnya memiaw sang eks primadona yang wangi itu. Hehehe. Enak gila. Sudah gratis eh malah dihadiahin lagi. Nggak usah maksa. Nggak usah merayu. Nggak usah mikirin kasih makan. Nggak usah rebutan segala. Kebayang dulu ketika beliau masih mahasiswi, wah pasti seru ajang kompetisinya. Kayak AFI kali. Yang ngrebutin pastilah ada anak orang kaya, yang ganteng, yang bonafid, yang playboy, yang aktivis, yang jagoan olah raga, dan seterusnya. Tereliminasi semua bleh. Rugi mereka. Mending jadi sopir kayak aku ini nggak usah modal kuliah segala. Hihihi.

Sebenarnya aku kadang suka melamun (melamun adalah satu-satunya harta kekayaanku) mencari pemahaman mengenai keadaan ini. Siapa yang salah ya? Tuanku yang terlalu sibuk cari duit demi menyenangkan hati nyonya, atau nyonya yang nggak punya kesibukan (emang dari dulu dilarang tuan kerja karena bisnis tuan masih berjalan dengan baik bahkan cenderung meningkat pesat).

Sempet juga aku juga merasa kasihan sama tuanku kalau dia hanya mikirin bisnisnya melulu. Cari duit banyak-banyak maunya demi kebahagiaan istri eh malah istri jarang dinikmati alias banyak dianggurin aja. Tahu deh kalau di luar suka jajan atau nyimpen WIL. Tetapi kalau sampai nyimpen WIL segala apa ya maksimal pemakaiannya. Paling dipakainya pas lagi refreshing, itupun kalau sempet. Bisnismen itu pasti lebih banyak sibuk ke bisnisnya ketimbang ngurusin lain-lainnya. Gitu kali. Tapi yang penting prinsipku: urusan atas adalah kewajiban tuanku (mulut yang dikasih makan), urusan bawah (vegy yang dikasih semprotan) adalah jatahku.

Adilkan? Menurut kaca mataku sih orang-orang sibuk kayak tuanku itu mending memperistri babu. Kalau capek pasti dengan suka rela mau mijitin. Nggak banyak protes. Siap mendengar keluh kesah setiap saat tanpa berani menyela. Menurutku lhoo. Nah yang cantik-cantik kayak nyonya dan mudah kesepian itu jodohnya ya laki-laki yang punya banyak waktu luang untuk memperhatikan dan siap sedia setiap saat kalau dibutuhkan. Misalnya sopir kayak aku ini. Huahahaha. Tapi masuk akalkan? Gimana nggak masuk akal.

Orang seelite tuan pasti sudah biasa ketemu wanita kelas tinggi yang cantik-cantik. Karena sudah biasa maka ya jadi biasa. Lha orang kayak aku ini kan selalu melotot dan melongo melihat wanita-wanita sekelas nyonya. Pasti bawaannya kagum dan kagum melulu. Melamun sepanjang hari gimana bisa ngent*t dengan wanita-wanita kelas ini. Sama halnya dengan nyonya, bergaul sama laki-laki berkelas pasti sudah biasalah. Yang jarang adalah bergaul dengan laki-laki kasar.

Pasti menimbulkan khayalan erotis untuk bersenggama dengan para lelaki kasar, yang berotot, ngomong sembarangan, berpeluh kalau bekerja, hidupnya cuma untuk hari ini, dan bla-bla. Pastilah menimbulkan empati campur sensasi begitu. Hahaha.

Nah gara-gara sering diminta melayani nyonyaku yang hobi kesepian itu aku dimanjain dengan hadiah-hadiah mahal. Kadang-kadang sih. Misal dibeliin baju, sepatu, minyak wangi dan sebagainya yang bermerk. Sekarang aku kenal baju merk Arrow, kata orang sih harganya ratusan ribu. Tapi aku nggak berani pakai kalau lagi ada tuan, nanti ditanya kok bisa beli baju mahal. Masak mau nggak makan setengah bulan demi beli baju semahal itu. Kan bisa ketahuan, kasihan nyonya. Aku sih paling dipecat. Lha kalau nyonya dicerai? Apa ya mau ikut aku jadi istri keduaku. Pasti enggak mau. Memang lucu juga ya. Urusan perut sama bawah perut bisa demikian jauhnya. Tapi nggak apa-apa. Mendingan begini.

Jauh lebih menguntungkan bagiku. Dikasih tapi nggak dituntut. Kayak bintang sinetron yang dituduh memperkosa seorang cewek, disebarluaskan di media massa. Coba kalau yang memperkosa cuma tukang ojek, preman, kuli, atau sopir nggak bakalan diberita-beritain besar-besaran sama korban. Nggak usah dituntut kawin cukup laporin polisi aja (atau malah dipetieskan aja kasusnya). Lha, apa malah nggak enak. Kalau mau dipenjara ya nggak masalah. Nggak punya apa-apa ini kecuali kolor. Dibiarkan bebas ya lebih asyik bisa cari yang lebih ranum lagi. Enak juga sebenarnya yah kaum ‘nothing to lose’ alias kaum yang cuma bermodal nafas ini. Hehe.

Tiba-tiba lamunanku dibubarkan secara sepihak oleh nyonya.

“Rusmiin.. Hayo sore-sore gini sudah bejo (bengong jorok) ya. Kebeneran, sini masuk kamar, Dear”

Tugas sampingan sudah memanggil-manggil. Syeddaapp. Kebetulan kami dua hari ini lagi nginep di villa keluarga di daerah puncak. Tuan seperti biasa lagi urusan ke luar kota. Anak-anak nyonya pada mau ujian jadi mereka harus belajar di rumah. Ibunya beralasan mau menengok villa-nya dan kebun buah-buahannya. Berdua saja kami ini. Makanya nyonya berani teriak-teriak semaunya ketika mau ngajak ML. Kulihat nyonya sudah pakai daster tipis putih dan sedang duduk di pinggir ranjang. Kaki kanan diangkat di bibir ranjang sementara yang kiri menyentuh lantai. Waduh seksi sekali Yayangku ini.

“Wah sudah nggak sabaran yah Yang?”

“Iya tahu, mau cepetan dirudal ama penismu yang nggak kira-kira gedenya itu. Ayyoo cepetan sinnii. Jangan sok maless gitu aah..”

Aku emang kadang suka menggodanya dengan berlagak malas melayaninya. Kalau udah gitu kemanjaan nyonya suka muncul.

“Iya deh, mau apa dulu nih Say?”

“Jilatin seluruh tubuhku tanpa tersisa. Ini perintah..!”

Lalu dasternya telah merosot ke bawah secara kilat. Seperti biasa kalau sudah siap tempur nyonyaku nggak pakai CD dan Bra. Sudah polos total. Dia tengkurap. Aku mendekat. Kumulai jilatan dari ujung jari kaki.

“Ehm”

Belum apa-apa. Pelan-pelan sekali kujilat dan kuhisap jari-jarinya satu per satu. Telapak kakinya. Betisnya yang berbulu agak jarang dan panjang-panjang. Bikin naik darah.

“Emh..” Mulai ada reaksi. Pindah ke kaki satunya.

“Emh..” Lagi ketika tiba di betis.

Kuteruskan ke arah paha belakang. Permainan semacam ini memang perlu kesabaran tersendiri. Di samping itu juga membantuku untuk tidak cepat naik selain membantunya untuk mulai warming up duluan. Oh ya perlu kuberitahu, sejak aku didayagunakan begini jadi rajin minum jamu kuat kalau enggak wah bisa remuklah aku. Kuat banget dan tahan lama sih nyonya mainnya.

“Ahh.. Hemhh..”

Begitu bunyi mulutnya ketika lidahku mulai mengusap pangkal pantatnya (Mau enggak ya tuan disuruh begini ama nyonya? Mungkin inilah kelebihanku mau apa aja. Biarin, gratis dan ueennakk ini. Hehehe.) Kubikin lama dalam melulurin area x, kubikinnya libidonya memuncak lebih cepat. Kupercepat sapuanku. Kuselingi dengan sodokan-sodokan memasuki celahnya.

“Aauuhh.. Auuhh.. Auuhh.. Ruuss..”

Mulai kepanasan dia. Basah. Kuremas-kuremas pantatnya yang montok putih mulus. Lalu kujulurkan tangan kananku menuju punggung. Kuusap sejenak terus menukik melesak ke bawah, teteknyalah sekarang sasaran sentuhanku.

“Buussyyeet.. Ruuss.. Pentil.. Ooh.. Ya.. Yaa.. Pentilku diusap.. Ussaaph.. Ahh “

Aku merambat naik dan kukangkangi dengan sedikit merapat. Tidak kontak ketat. Gesekan-gesekan burungku yang masih dalam sangkar celana sengaja kuarahkan ke pantatnya. Kujilati pinggang, punggung, pundak, leher, belakang telinga.

Dan, “aahh balikk..” Nyonya membalikkan badannya.

Sebenarnya aku sudah enggak tahan mengulum bibirnya. Penisku sudah demikian kencangnya. Tapi ya sabar dah. Belum ada perintah selain menjilat sih. Kumulai menjilati leher depan, turun ke ketiak yang licin, ke lengan, telapak tangan, jari, ke dada. Di sekitar itu aku berlama-lama. Kuputari gunung kembarnya bergantian. Kiri-kanan. Kiri-kanan. Diselingi mengisep pentilnya.

“Auh.. Auh.. Auhh.. Ah.. Ahh”, tangannya mulai menjambak rambutku dan kadang ditekan-tekannya kepalaku agar teteknya mendapat kenikmatan paripurna. Sesek napas juga sih kalau kelamaan. Kucek selangkangannya. Woow, tambah basah. Kupegang tangan satunya lalu kuarahkan untuk mulai mengusapi dan memencet rudalku. Menurut dia.

“Kulum, Dear” Dengan menjatuhkan berat badanku sementara kakinya sudah mulai mengangkang, tangan kiriku keselipkan dibawah punggungnya, tangan kananku memegang tetek kanannya, maka kuserbu bibirnya tanpa ampun. Saling memilin lidah kami. Saling tumpah ludah kami. Sambil kusodok-kusodokkan burungku yang masih tersimpan dalam sangkarnya tepat di area tempiknya (memiawnya). Gemes aku ingin memasukkan. Tapi ada kenikmatan juga ketika menyodok namun terhambat.

Meskipun agak sakit juga. Sensasi begini kadang lebih mengasyikkan ketimbang main masuk langsung. Terus kukulum, kuhisap, kujilat, ambil napas, lalu serbu lagi. Seperempat jam kami beradu mulut dan bibir. Setelah mengambil nafas sebentar kukulum hidung bangirnya. Kujilati. Aku hobi juga mengulum dan menjilati hidung-hidung yang mancung begini. Kadang kumasukkan (tentu saja tidak masuk, bego) lidahku ke lobang-lobangnya. Kakinya yang kanan mulai membelit, menumpangi kaki kiriku.

“Lepass baaju dann celanamuu..”

Kulepaskan ikatan ragawi kami. Turun dari ranjang untuk menelanjangi diriku. Polos. Kunaiki ranjang lagi. Kutempelkan penisku mengarah ke bawah memiawnya sehingga dalam posisi masih bebas di luar liangnya. Kutindih lagi. Kunikmati setiap inchi tubuh halus mulusnya melalui kontak tubuh kami yang penuh. Kalau bisa tidak ada yang lolos. Kulanjutkan dengan adu ciuman. Kujilati dagunya, pipinya, kukulum kupingnya. Mendongak-dongak dia. Desahnya semakin kacau. Jepitan kakinya sudah dua sekarang. Tiba-tiba tangannya merogoh burungku. Ditekan-tekannya ke arah bibir liang.

Lalu, “slep..” Masuklah burungku. Kubiarkan berdiam diri dulu. Aku masih menikmati kontak total begini sambil menggeliat-geliat. Kuingin menikmati tekanan tetek-teteknya di dadaku lebih lama. Kuingin menikmati gesekan-gesekan antar paha, gesekan-gesekan antar perut, gesekan-gesekan antar kulit. Kupejamkan mataku agar indera sentuhku bekerja dengan sempurna dalam memberikan sarafku kenikmatan sebuah persetubuhan.

“Sooddook..” Tanpa rela kumelepaskan belitanku mulai kupompa memiawnya dengan melengkung-lengkunkan pinggulku. Tangan kiriku menyusup di bawah punggungnya menggapai pinggir luar tetek kanannya, tangan kananku menyusup ke bawah menjangkau ujung memiaw belahan belakang.

Kujawil-jawil. Kaki-kakinya merangkul kaki-kakiku semakin erat. Digoyang naik turun pantatnya seirama dengan maju mundurnya sodokanku. Nafas-nafas kami dalam dan berat dalam mendukung kerja persetubuhan. Erangan-erangannya meningkahi sodokanku yang kubikin dalam-dalam. Sedalam mungkin. Suara kecipak cairan memiawnya mengiringi maju mundurnya penisku yang memenuhi liang memiawnya. Penuh. Diameter rudalku tak menyisakan sela. Padat dan kesat. Itulah mengapa nyonyaku jadi keranjingan.

“Cepetin.. Cepetin.. Nyoddookknyaa.. Aah.. Ahh..”

Aku terus menghujaminya bagaikan antan penumbuk padi yang terus bertalu-talu berirama konstan. Kuingin melesak lebih dalam lagi. Lebih jauh lagi. Urat-urat rudalku pasti sebesar-besar kabel listrik kalau bisa dilihat.

“Edaann.. Teruss.. Banggsaatt.. Jembbuut.. Konttoll.. Aahh.. Aahh.. Aahh.. Ayoo.. Genjott.. Teruss.. Teruss “

Kejorokan nyonyaku sudah tidak asing lagi di telingaku ketika persenggamaan sedang mendaki puncak. Akan menambah daya hentak dan meluapkan sensasi-sensasi paling primitif sang nafsu yang dimiliki makhluk hidup. Dengan cepat dan kasar kubalikkan tubuhnya tengkurap lalu buru-buru kusodokkan lagi rudalku ke memiawnya melalui belakang. Kubelit lagi dirinya. Kususupkan kembali kedua tanganku menjangkau tetek-teteknya secara menyilang. Kuremas-kuremas dengan kasar. Kususupkan kepalaku di samping lehernya. Kuendus dan kuhisap leher jenjangnya yang wanginya telah pudar karena leleran keringat.

“Plak.. Plok.. Plak.. Plok..” bunyi pantatnya beradu dengan selangkanganku. Kurangsak. Klitorisnya lebih mudah kugasaki dari belakang. Kupercepat tonjokan-tonjokan ke klitorisnya. Semakin menggila dia.

“Bajingann.. Sopirr.. Dassarr.. Teruss.. Yah.. Yah.. *******.. Kamuu.. Adduh.. Ennakk.. Uahh.. Uahh.. Auhh.. Ahh.. Eaarghh.. Mmpphh.. Ooh..”

Semakin cepat kedut-kedutan memiawnya memijiti rudalku. Dan, “aahh.. Hh.. Aku keluaarhh.. Russ.”

Mengejang dia dan terangkat pantatnya kuat-kuat. Namun masih saja kugasaki sampai beberapa detik akhirnya menyemburlah pancaran magma dari rudalku.

“Jrrott.. Jroott.. Crrott ” Liangnya kupenuhi dengan semburan-semburan maniku. Lemas. Masih kutumpangi dia. Tersengal-sengal nafas kami. Kugesek-kegesekin hidungku ke lehernya.

****

Awal bagaimana akhirnya kami memadu asmara begini yaitu ketika setelah mengantar anak-anaknya sekolah. Ketika berangkat mengantar anak-anaknya sekolah nyonya duduk sama yang kecil di belakang. Yang gede di depan di sampingku. Mereka kelas 5 dan kelas 2. Cewek semua. Pada jalan pulang nyonya duduk di depan. Dia memintaku untuk tidak langsung pulang. Dimintanya aku masuk tol dalam kota. Kami berputar-putar beberapa kali.

Rupanya sudah agak lama dia sebenarnya ingin curhat. Berhubung nyonyaku membatasi pergaulannya sejak menikah demi suaminya, maka pergaulannya jadi amat terbatas. Sebatas keluarga dan para pembantu-pembantunya, termasuk aku sebagai sopirnya. Sehingga ketika nggak tahan untuk bercurhat maka akulah yang tersedia untuk menjadi sasaran tumpahan emosinya. Lebih mudah dan lebih terjaga kerahasiaannya karena dilakukan di luar rumah, sambil keliling-keliling seperti sekarang ini. Rupanya jatah dari tuan baik dalam bentuk perhatian maupun keintiman dirasanya kurang. Nyonya memaklumi kesibukan tuan, namun sebagai wanita yang masih kuat kebutuhan emosi dan biologisnya menuntut jatah yang normal ketimbang cuma sebulan sekali atau paling banter 2 kali. Tidak terus terang sih ngomongnya, tapi diserempetin.

“Kamu sama isterimu berapa kali dalam sebulan berkasih-kasihan, Rus?”

“Seminggu sekali atau ya bisa dua tiga kali, Nya.”

“Wah bahagia sekali dong isterimu ya.”

“Ya namanya kewajiban suami untuk membahagiakan isteri mau gimana lagi.”

Lalu diam seperti melamun. Waktu aku mau oper gigi persneling rupanya tanpa sengaja tanganku menyinggung pahanya. Baru kusadari rupanya nyonya duduknya agak mepet ke tongkat persneling. Aku minta maaf. Nyonya diam saja. Seerr juga aku sebenarnya. Tapi aku mana berani memikirkan kejadian barusan. Entah ini sudah putaran yang ke berapa tapi nyonya masih minta diputerin lagi. Kalau ada yang tahu berapa kali kami muterin Jakarta pasti mikir ini orang mau jalan-jalan tapi maunya irit ya. Sekali bayar tol tapi puas muter-muter. Ketika mau pindah gigi lagi aku sebenarnya sudah agak sungkan-sungkan tapi harus kulakukan karena aku sudah mengurangi kecepatan.

Semoga sudah geser duduknya. Eh lhadalah, kesenggol lagi. Busyet ini nyonya kayak nggak peduli atau sengaja. Sempet kurasakan tadi kalau yang kesenggol bukan kain, lebih halus dari itu, pura-pura nengok spion sebelah kiri maka dengan sudut mataku kucoba cari info apa yang sebenarnya kusenggol tadi apakah benar kulit manusia. Nyonyaku ikut nengok melihat spion kiri. Kesempatan dalam waktu sedetik kulihat ke lokasi persenggolan tadi.

Benar. Deg. Ternyata pahanya yang kesenggol tadi. Wah rok nyonya kok telah tersingkap. Sadar nggak ya dia. Kubiarkan. Ternyata rok yang dipakai ada belahan tinggi di sisi kanan, dan kini belahannya ternyata telah menyibakkannya diri sedemikian rupa sampai.. Pangkalnya. Deg. Deg. Wah. Eh secepat kilat nyonya membalikkan kepalanya ke arahku dan ada senyum tipis. Matanya menatapku tanpa sepatah katapun. Terus kembali lurus menatap jalan di depan.

“Nggak apa-apa kok” Modar kowe. Meriang panas dingin sekarang hawa tubuh yang kurasakan. Sebagai lelaki bangkitlah keberanianku mencandainya.

“Nggak apa-apa gimana, Nya?”

“Nyenggol-nyenggolnya tadi itu.”

“Maaf gak sengaja, Nya.”

“Sengaja juga nggak apa-apa.”

“Ah nyonya, mana berani.”

“Lho, inikan dikasih ijin. O enggak mau ya sama aku? Ya sudah kalo gitu”

“Wadduh Nya, mana ada lelaki yang sebodoh itu. Nyonya itu cantik banget. Saya minder di dekat nyonya, sungguh.”

“Ah masak sih.”

Tiba-tiba tangan kiriku diraihnya dan disentuhkan ke pahanya. Yang kesenggol tadi, ingat? Ehhm, kutatapnya dia. Saya balasannya. Mulai berani kugerakkan tangan kiriku yang beruntung itu, lebih menyerupai mengelus. Nyonyaku mulai bersandar. Agak dimajukan duduknya sehingga pahanya semakin mudah kujangkau. Coba kutelusuri menuju pangkal. Merem dia. Agak ke dalam lagi. Lalu sampai pangkal.

“Ah.” Lenguhan pendeknya keluar. Kuusap-usapnya pangkal pahanya, tempat sang memiaw bersemayam. Mendesah dia. Tiba-tiba tangan kanannya menerobos ke pangkalanku juga.

“Oh, gede punyamu, Min.”

“Bagilah dirimu denganku selain istrimu, maukan Rus?”

Aku diam. Semua ini terjadi mendadak. Lalu aku nafsu dan mengangguk. Dan kami terus saling mengusap sampai bocor bersama. Sebenarnya sejak kejadian itu dia menyatakan menyesal karena telah berbuat sejauh itu yang tidak terbayangkan sebelumnya. Dia berjanji untuk tidak mengulanginya karena akan menyakiti hati suaminya dan isteriku kalau ketahuan nanti. Aku setuju. Tapi waktu jua yang akhirnya mengalahkan kami sesuai kodrat alam yang minta dipenuhi.

Akhirnya kami mengulanginya dan mengulanginya lagi sampai akhirnya benar-benar alat vital kami beradu. Pernah aku sarankan untuk mencari gigolo-gigolo saja yang tampan dan keren daripada aku yang hanya bagian dari kumpulan manusia kasar, jelek dan rendah. Dia hanya menggeleng. Mungkin dia ingin kerahasiaannya lebih terjaga kalau berhubungan dengan satu orang saja. Orang terdekatnya. Apakah demi status sonya atau martabatnya atau nama baiknya. Entahlah. Atau takut menjurus ke arah kecanduan, cenderung ingin mencoba-coba berbagai jenis pria. Entahlah. Atau memang sudah tercukupi kebutuhannya.

Entahlah. Atau memang bagian dari fantasinya, mencoba ekstrimitas, menikmati dunia-dunia kasar. Entahlah juga. Kalau aku jelas, sulit menghindari daya pikat wanita dari kelas yang jauh di atasku dan memiliki kecantikan yang bagaikan putri dari langit. Lalu kapan lagi. Hehe…
READ MORE - Supir Yang Beruntung

Total Tayangan Halaman

 

blogger templates