Tampilkan postingan dengan label Obat MujaraB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Obat MujaraB. Tampilkan semua postingan

Rina adalah seorang guru sejarah di smu. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa anak. Kata orang dia mirip Demi Moore di film Striptease. Tinggi 170, 50 kg, dan 36B. Semua murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya.
Suatu hari Rina terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Anto harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Anto juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.
Bagi Rina, kedatangan Anto ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini.
“Sudah selesai Anto?”, Rina masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Anto selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.
“Hampir bu”
“Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..”
“Iya..”
“Bu Rina, Saya sudah selesai”, Anto masuk ke ruang tengah sambil membawapekerjaannya.
“Ibu dimana?”
“Ada di kamar.., Anto sebentar ya”, Rina berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.
Begitu ia keluar, mata Anto nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Rina membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.
“Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”
Muka Anto merah karena malu, karena Rina tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.
“Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”
“Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”
“oo…, begitu to?”
“Anto kamu mau menolong saya?”, Rina merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
“Apa Ibu?”, tubuh Anto bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Rina yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.
“Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.
“Tapi tapi…, Saya”.
“Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.
Muka Anto langsung saja merah mendengar perkataan Rina”Iya”
“Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Rina kemudian duduk di pangkuan Anto. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Rina yang agresif karena haus akan kehangatan dan Anto yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Rina yang mengeras. Lidah Rina menjelajahi mulut Anto, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.
Setelah puas, Rina kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.
“Lepaskan pakaiannmu Anto”, Rina berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
“Ahh cepat Anto”, Rina mendesah tidak sabar.
Anto kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.
“Anto…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,
Dengan gemetar Anto meletakkan tangannya di dada Rina yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Rina yang montok itu.
“Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Anto melakukan apa yang gurunya katakan.
“Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.
Rina tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, “Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.
Tubuh Rina menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.
“Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Rina mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.
Anto semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Anto makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.
“mm…, nakal kamu”, Rina tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.
“Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.
Anto menurut saja. Duduk diantara kaki Rina yang membuka lebar. Rina kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.
“Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Anto memasuki vaginanya.
“Hangat Bu..”
Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?”
“Iya..”
“Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”Pelan-pelan jari Anto mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.
“Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Rina mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Anto.
“Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Anto tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.
“Oohh…, Antoo…, mm”, tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Tangan Anto semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.
“Ooaahh…, Anntoo”, Tangan Rina mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.
“Hmm…, kamu lihai Anto…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.
Anto menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.
“Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Rina segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Rina. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Anto merintih keenakan.
“Ahh…, enakk…,enakk”, Anto tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Rina. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Rina.
“oohh Ibu…, Ibbuu”
Muncratlah cairan mani Anto di dalam mulut Rina, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.
“Hmm…, manis rasanya Anto”, Rina masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.
“Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Rina sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.
“Anto…, biar Ibu minum dulu”.
“Tidak…, nikmati saja ini”, Anto yang masih tegang berat mendorong Rina ke kulkas.
Gelas yang dipegang rina jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Rina kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.
“Ibu…, sekarang!”
“Ahhkk”, Rina berteriak, saat Anto menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.
“Antoo…, enakk…, ohh…, ohh”. Tubuh Rina bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Anto satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.
“Ibu menikmati ini khan”, bisik Anto di telinganya
“Ahh…, hh”, Rina hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.
“Jawab…, Ibu”, dengan keras Anto mengulangi sodokannya.
“Ahh…,iyaa”
“Anto…, Anto jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Rina telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.
“Uuhgghh”, penis Anto yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Rina.”Ahh”.
Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.
Setelah kejadian dengan Anto, Rina masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Rina adalah jika Anto kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.
Ketika Rina berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Anto, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.
“Bu Rina salam dari Anto”, Reza melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.
“Terima kasih, boleh saya masuk”, Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu mobilnya.
“Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Anto.”
Langkah Rina terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.
“Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.
“Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Anto”, Reza tersenyum penuh kemenangan.
“Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Rina.
“Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.
Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Rina langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.
Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Rina segera menuju pintu itu, ia mengira Anto yang datang. Ternyata ketika dibuka
“Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Rina agak jengkel dengan muridnya ini.
“Boleh saya masuk?”.
“Tidak!”.
“Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.
“!!”dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.
“Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV. “Pantas aja Anto senang di sini”.
“Apa hubunganmu dengan Anto?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Rina bertanya.
“Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.
“Jadi artinya”, Kali ini Rina benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa.
“Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Anto, mau?”, Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Rina.
Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.
Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya.
“Bagaimana Bu, lebih besar dari Anto khan?”.
Reza ternyata lebih agresif dari Anto, dengan satu gerakan meraih kepala Rina dan memasukkan penisnya ke mulut Rina.
“Mmpfpphh”.
“Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu…, nikmat kok”
Rupanya nafsu menguasai diri Rina, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan.
“Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Rina, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Rina merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Reza sudah hendak keluar.
“oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.
Cairan mani Reza muncrat di mulut Rina, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.
“Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”, Namun Rina tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.
“Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.”
“Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.
Setelah ia di dalam, Rina tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya.
“Sini saya teruskan”, ia mendengar Reza berbisik ke telinganya. Tangan Reza segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Rina juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya.
“Gilaa…, besar amat”, pikirnya. Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Rina, erangan kenikmatan pun keluar.
“mm oohh”.
Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Rina.
“Reza…, aahh…, aahh”, Tubuh Rina menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.
“Enak Bu?”, Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.
Rina hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Rina agar membungkuk. Kakinya di lebarkan.
“Kata Anto ini posisi yang disukai Ibu”
“Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Rina menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.”
“Ugghh…, innii…, innii”, Reza medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Rina. Rinapun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.
“Adduuhh…, teruss.., teruss Rezaa…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza. Tangan Reza mencengkeram pundak Rina, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya.
“Oohh Rina…, Rinnaa”.
Rina segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.
Rina masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Rina, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.
“mm capek…, mm”, bibir Rina mendesah saat pentilnya dipermainkan. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya.
“Rezz aahh”, Tubuh Rina bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya.
“Bu…, balik…, Reza pengin nih”
“Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Rina bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza. Reza meraih payudara Rina dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang
“Adduuhh…, owwmm”, Rina mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Reza.
“Bu Rina nikmat lho vagina Ibu…, ketat”, Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Rina tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu.
“Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”. Gerakan Rina makin cepat menerima sodokan Reza.
Tangan Reza beralih memegangi tubuh Rina, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy style”, melainkan kini Rina menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.
“Ooww..”, Teriakan Rina terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Rina yang makin becek.
“Ayoo…, makin dalam dalamm”.
“Ahh.., aahh…, aahh..”, Rezapun mulai berteriak-teriak.
“Mau kelluuaarr”
Rina sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang vaginanya. Rina kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.
“Bu Rina…, sungguh luar biasa, Coba kalau Anto ada disini sekarang”.
“mm memangnya kamu mau apa”, Rina kemudian merebahkan dirinya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting Reza.
“Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”
Rina tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.
Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Rina harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia memanggil Anto untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.
Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Anto muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.
“Bu, Anto kangen lho”.
“Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Rina berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.
“…………..”, Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Rina merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.
“Tapi Anto masih boleh berkirim surat kan?”.
Rina bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, “Iya…, boleh…, boleh”.
“Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Rina mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV.
Diluar Anto meminum es teh yang disediakan Rina dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.
Lalu Anto menyusul Rina ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.
“Ganti pakaian itu Nto..”, Rina menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.
Ketika Anto sedang mencopot celananya Rina sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Anto juga tengkurap di samping Rina.
“Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.
“Belum tuh…”, Mata Anto tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.
“mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.
“Thanx..”, Anto kemudian mengecup pipi gurunya.
Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Rina kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Anto. Anto kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Rina dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Anto kemudian menciumi tengkuk Rina, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.
“aahh…”
Setelah puas, Anto kemudian memberi isyarat pada Rina agar duduk di pangkuannya.
“Bu, biar Anto yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Anto di telinga Rina. Rina yang telah duduk di pangkuan Anto pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.
“Akhh…”, Rina memejamkan matanya.
“Anto…, jilatin vagina ibu…”
Anto kemudian merebahkan Rina, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Anto kian bernafsu.
“oohh…, teruss…, teruuss…”, Rina bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Anto dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.
“Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Anto menjilati pentil clitoris Rina, dengan penuh semangat.
“Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..”
“Anto…, massuukk”.
Kaki Rina kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Rina yang becek.
“mm…”, Rina menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk.
“Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Anto sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Rina mempermainkan puting Anto. Dengan gemas dicubitnya hingga Anto berteriak.
“Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Anto makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.
“aa…”.
Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Rina terkejut, tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.
“mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati mereka. Rina yang hendak berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina rina.
“Nikmati saja…”
Reza kemudian mengangkangi Rina, penisnya berada tepat di mukanya.
“Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Anto menghentakkan gerakannya. Saat Rina berteriak, saat itu pula penis Reza masuk.
“Ahh…, nikmat..”, Rina merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Anto dengan puas menggarap vaginanya.
“uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi kepala Rina, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.
Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Rina.
Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina Rina, “Berdiri menghadap tembok Bu!”
Rina masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Anto keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani anto menetes ke lantai.
“mm…, Nto…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Rina. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Rina.
“Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”.
Anto dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Rina saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Saat Rina merintih-rintih menikmati permainan mereka, Anto merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.
Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.
“ooww…”, Tubuh Rina yang disangga Reza menegang, kemudian lemas. Anto menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Rina dan tembok. Dipindahkannya tangan Rina ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Reza.
“Anto…”, Lagi-lagi Rina mendesah saat penis Anto masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang.
“Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….”
“aa.. Aa… Aa”.
“oohhkk…, kk…, kk..”, Rina berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Rina. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.
Malam itu merupakan malam yang liar bagi ketiga insan yang akan berpisah itu. Malam yang tidak bisa mereka lupakan untuk selamanya.

Cerita sex kali ini tentang seorang tante yang bener-bener hot. Langsung baca aja sendiri deh ceritanya.!!! hehehe
Waktu pesta natal keluarga tahun 1997 di kampung halaman semua keluarga ngumpul.
Pokoknya natal tahun itu semarak banget, semua keluarga gue yang di indonesia
dan manca negara pada dateng. Ditengah-tengah pesta natal itu, gue ketemu sama
salah satu tante sepupu gue, dia anaknya adek kakek gue dari bokap,namanya wiwi
umurnya kira-kira 31 tahun. Dulu waktu gue SD dia udah SMA kelas satu, dia
pernah pacaran sama salah satu oom ade nyokap gue. Dulu dia emang terkenal
karena kecantikannya. Tapi emang keluarga bokap gue terkenal CW-nya cakep-cakep,
dan Tante Wiwi adalah salah satu dari yang terbaik, artinya cantik muka dan
body-nya. Dan sekarang waduh, makin ciamik, dada melimpah gue kira-kira 36-C,
pinggang ramping dan pinggulnya kalo kata orang kampung gue songgeng alias
montok dan nongol, lehernya jenjang, kulit kuning langsat, rambut ikal sebahu
warna hitam legam, alis tebal, dan yang bikin gue lherrrrrrr adalah bulu di
tangan dan kakinya, mmmmmhhhhhhh. “Eh, siapa ya namanya …..eeeeeeee…….o iya Dede
ya ? waduh apa kabar, selamat natal ya”, sapanya. itulah sapaan pertama yang gue
dapat dari Tante Wiwi. “Baik tante, selamat natal juga !”, jawab gue, dan kami
saling ber salaman dan sun pipi, serrrrr wangi parfum dan halus kulitnya tercium
jelas sama gue. “iya makasih ya, sekarang udah selesai belum kuliahnya ? tante
sekarang pindah ke Indonesia lho !”.”mulai kapan dan kenapa tante, emang ‘gak
kerasan tinggal di Belgi ?”tanya gue. “Januari ini, bukan gak kerasan tapi kamu
tahu dong, tante sampe sekarang kan belum punya anak, kata dokter oom dan tante
kecapean, jadi tante sama oom sepakat untuk sementara kami ke Indonesia dulu, ya
….itung-itung istirahat lah.”. “o gitu, iya lah tante, biar lebih semarak kalo
ada si kecil.” jawab gue. Belagu ya gue, kaya orang tua ! “De, sepulang ke
jakarta nanti bisa engga kamu bantu tante nyari rumah ? soalnya oom kan masih
sibuk ngurus ke pulangan kami, jadi kemungkinan sehabis tahun baru oom kembali
lagi ke Belgi, kamu ada mobil kan ?”.”Boleh tante, kalo soal kendaraan sih
ada.”.”Ok, makasih ya sebelumnya.”, jawab Tante Wiwi.
Singkat cerita, gue balik ke jakarta ‘n gue janjian sama Tante Wiwi buat nyari
rumah. Gue jemput dia di rumah salah satu tante gue, dan kami jalan. “Kemana nih
kita tante ?”, tanya gue. “Enaknya kemana ya de, tante dan oom pengen yang
suasananya ‘gak terlalu rame, yang tenang gitu, dan kalo bisa udaranya masih
bersih dan aksesnya gampang.” “Wah kalo gitu dideket tempat Iwan aja tante, di
cibubur kan banyak perumahan tante, apalagi di seberang toll.”. “Ya udah, kita
kesana aja.” Gue arahin mobil gue kearah toll menuju lokasi. Cari-cari seharian
akhirnya Tante Wiwi naksir di salah satu komplek-nya ciputra group. “Gimana de
menurut kamu ?’. “ya terserah tante dong, bagusnya tante tanya oom dulu.”, “iya
deh nanti malem tante tanyaain.”. Gue anterin Tante Wiwi pulang.”Entar tante
hubungi kamu ya De, soalnya kalo jadi rumah yang ma oper kredit tadi, kita
kayaknya kudu nyari furnitur dan kelengkapan rumah, gak ganggu kamu kan ?”.
“Enggak lah tante, lagian kuliah juga masih kosong. “Makasih ya.”, jawab si
tante sambil sun pipi gue, serrr. Pagi jam 7 telfon berdering dan Tante Wiwi
kabarin kalo suaminya setuju dengan rumah pilihan kemarin, dan dia ngajakin
nyari peralatan rumah tangga, karena akad jual beli baru dilaksanain Senin
minggu depan. Kami jalan ke arah jl. Fatmawati, karena di sana emang banyak toko
dan show room meubel. Siangnya kami makan siang sambil ngobrol-ngobrol. “Gimana
tante menurut penilaian tante ?”, tanya gue.”gimana ya, bagus-bagus semua sih,
tapi kan tante udah pegang referensinya, jadi kalo nanti tante mutusin pilih,
tante tinggal telfon.”. “o..”,jawab gue singkat.”De, Jum’at besok kamu ikut
week-end ya, soalnya Tante Een ngajakin, refreshing katanya, ajak Iwan
juga.”.”Boleh juga tuh tan, tapi kalo Iwan diajak di rumah kelamaan kosong tan,
khawatir !”. “Terserah deh kamu atur aja.”
Besoknya kami berangkat ke puncak buat week-end. Iwan ditinggal. Di villa yang
cukup gede dengan 4 kamar, halaman luas. Kolam renang, plus tempatnya yang masuk
kedalam dan dibukit, itu membuat suasana asyik banget. Jam 10 malem selesai
makan di Simpang Raya kami langsung kembali ke villa. Gue pake jacket, sambil
ngerokok, gue duduk di teras belakang. Gak lama muncul Tante Wiwi pake kimono
handuk, abis mandi keliatannya. “Dingin-dingin gini koq mandi sih tan ?”, tanya
gue.”Iya abis lengket sih, lagian kan ada water heater.” katanya sambil
ngeringin rambut dia angkat satu kakinya dan dinaikin ke kakinya yang lain. Ala
mak, gue bisa ngeliat paha mulusnya. Setelah kering rambutnya Tante Wiwi masuk,
gue ngikutin di belakangnya. Gue ke dapur buat bikin kopi. Abis bikin kopi gue
bawa kopi ke ruang tengah. Pas lewat depan kamar Tante Wiwi gue ngeliat
pemandangan yang sangat aduhai. Pintunya yang ngebuka dikit bikin gue bisa
ngintip, bener-bener yang gue ceritain tadi diatas dia yang lagi siap-siap pake
baju, baru pake CD sementara dadanya masih terbuka membuat toketnya yang gede
bebas terpampang.
Buru-buru gue berlalu, dan bergabung sama Tante Een dan Oom Bambang serta
anak-anaknya yang lagi nonoton tv. Ngobrol sebentar Tante Een minta izin buat
ngelonin anak-anaknya, sementara Oom bambang minta izin buat istirahat. Wal
hasil tinggal gue yang nonton tv, gue pindah duduk ke kursi panjang yang tadi
didudukin sama Oom Bambang dan Tante Een biar gue nontonnya nggak miring.
Kira-kira 5 menit gue nonton sendiri, Tante Wiwi keluar sambil bawa segelas
jeruk panas dan duduk di samping gue. Mhhhh aroma wangi Tante Wiwi segera
menyeruak memenuhi seisi ruangan. Tante Wiwi saat itu pake kimono sutra warna
merah cerah, yang bikin gue horny adalah dadanya nampak ‘gak pake apa-apa di
dalemnya. Kira-kira jam 12 malem gue pamit istirahat. “Ya udah, di matiin aja
tv-nya tante juga mau istirahat.”. kami jalan beriringan menuju kamar
masing-masing, kamar gue depan-depanan sama kamar Tante Wiwi dibagian belakang,
kamar gue dibelakang kamar anak-anaknya Tante Een sementara Tante Wiwi
dibelakang kamar Tante Een. Pas ngelewatin kamar Tante Een terdengar suara-suara
aneh. Gue noleh kearah Tante Wiwi, dan Tante Wiwi naro telunjuknya di depan
bibirnya. “Ssssttttt, jangan berisik, kamu ambil kursi organ kesini, kita
intip.” Katanya sambil senyum. Gue anggukin kepala. Gue ambil kursi itu dan gue
taruh perlahan-lahan di depan pintu kamar. Tante Wiwi diluar dugaan segera naik
untuk menyaksikan adegan apa yang tengah berlangsung, dan gue yang di bawah
dengan jelas dan gamblang menyaksikan kemulusan betis tante wiwi plus bulu-bulu
halus-nya yang lebat. Titit gue gak kuat dan pelan tapi pasti mulai ngaceng.
Tante Wiwi gak lama mulai meletakkan tangannya didepan permukaan selangkangannya
dan mengusap-usapkan telapak tangannya disana. Ngeliat gelagat begitu gue gak
buang-buang kesempatan, gue raba betis indahnya, dan diluar dugaan Tante Wiwi
gak bereaksi, malahan dia ngerenggangin kakinya dan gue liat tangannya mulai
dengan agak kasar ngusap permukaan selangkanggannya sambil mulutnya mengeluarkan
suara desisan,”Sssssssssssssssshhhhhhhh”. Ngeliat Tante Wiwi mualai naik gak
cuma tangan gue yang ngusap betis indahnya, tapi juga bibir dan lidah gue. Gue
telusuri betisnya turun kebawah, sampe punggung kaki nya, gue pindahin ke
kakinya yang lain dan gue jelajahi juga. Desisan Tante Wiwi mulai berubah jadi
erangan, dan tangannya enggak cuma beraksi di permukaan selangkangannya, tapi
juga tangannya yang lain mulia ngeremes toketnya sendiri. Sementara aksi gue gak
cuma di betis kepala gue udah mulai menyusup kebalik kimononya, jadilah aksi gue
sekarang menelusuri daerah pahanya. Setelah aksi bibir dan lidah gue mendekati
daerah selangkanganya, tangan Tante Wiwi yang tadi dipake ngegosok
selangkangannya sekarang pindah ke kepala gue. Dia teken kepala gue dan
usap-usap rambut gue, sesekali dia jambak rambut gue sambil ngerapetin kakinya.
Gue jilatin buah pantatnya yang ranum sambil kedua tangan gue beraksi ngeremas
buah pantat doi yang lain sementara tangan gue satunya lagi gue pake buat
ngebelai daerah selangkangannya. Gue pindahin aksi gue buat ngegarap buah
pantatnya yang lain. Gue sibakin CD mini Tante Wiwi, gue renggangin kakinya, dan
gue nikmati belahan pantatnya.
Setelah gue mulai sesak napas ‘n kegerahan gue keluarin kepala gue dari balik
kimononya. Gue geserin kaki Tante Wiwi supaya dia bisa geser, dan gue naik.
Sejurus kemudian terpampang didepan mata gue pemandangan yang bikin gue makin
horny. Tante Een di bawah lagi megap-megap sambil narik-narik rambutnya sendiri,
dia angkat kedua kakinya dipundak Oom Bambang,sementara Oom Bambang asyik mompa
Tante Een dari atas sambil mulutnya menikmati toket Tante Een yang lumayan
bagus, meskipun udah punya anak dua. Gua gak mau tinggal diem,gue lingkerin
tangan gue kepundak Tante Wiwi, dan langsung gue usap-usap bagian dadanya. Gak
lama tangan gue yang kiri myusul, gue susupin kebalik kimononya dan segera gue
dapetin segunduk daging yang teramat kenyal rasanya di tangan gue, dan Tante
Wiwi bales dengan gigit-gigit kuping gue. Lagi asyik ngetune putting toket kiri
Tante Wiwi, dia beranjak turun.
Dan ternyata yang dilakukan Tante Wiwi adalah ngelepasin iket pinggang
gue,ngelapas kancing celana jeans gue dan nurunin zipper-nya. Dia tarik jeans
gue selutut, tapi cuma jeansnya doang. Gak lama terasa hangat permukaan CD gue,
dan terasa juga lidah bermain di permukaan CD gue naik turun, terasa juga titit
gue digigitin naik turun, kayak oppi andaresta main harmonika.
Udah itu terasa CD gue diturunun juga sementara di dalam kamar posisi sudah
berganti, Tante Een memegang kendali naik turun sambil kedua tangannya megangin
tangan Oom Bambang yang lagi asyik ngeremesin toket gede Tante Een. Hangat dan
lembab terasa di palkon gue, pas pandangan gue turunin ternyata Tante Wiwi lagi
asik jilatin palkon gue, terus turun kebatang ****** gue naik turun, dan
akhirnya biji peler gue dikulumnya juga. Dikemotnya kedua biji peler gue. ada
perasaan mules sewaktu kedua biji peler gue di emut sama Tante Wiwi, abis mulut
Tante Wiwi itu mungil banget, jadi kalo disekaligusin jadi beradu satu sama
lainnya. Bosen ngulumin biji peler gue Tante Wiwi masukin batang peler gue
kemulutnya, di emutnya, disedotnya kenceng banget. Lalu Tante Wiwi maju mundurin
mulutnya, sambil tangan kirinya maenin biji peler gue, sementara tangan kanannya
meremas buah pinggul gue. Tante Wiwi lepasin isapannya, tapi palkon gue langsung
jadi sasaran, kali ini palkon gue di garuk-garuk pake gigi atasnya. Waduh,
rasanya sangat luar biasa ! geli, gatel, dan laen-laen rasa enak semuanya campur
jadi satu. Dari dalam kamar Tante Een dan Oom Bambang mengerang sangat keras,
dan rupanya mereka baru saja mencapai puncak gunung bersama-sama.
Gak kuat gue kelamaan berdiri, gue angkat kepala Tante Wiwi, gue turun dan gue
benerin posisi celana gue, gue tarik tante wiwi gue dekap dia dipelukan gue dan
langsung gue serbu bibir mungilnya yang udah merekah menantang buat di gasak.
Tante Wiwi bales serbuan gue dengan gak kalah semangatnya. Lidah kami menjelajah
rongga mulut masing-masing lawan. Waktu lidah Tante Wiwi menjelajah rongga mulut
gue lidah itu gue gigit, gitu juga sebaliknya. Ternyata Tante Wiwi udah kecapean
dari tadi, ” De, kita pindah ke kamar yo ! “, ajaknya. Gue sih nurut aja. Gue
serbu lagi bibirnya, gue angkat tubuhnya gue gotong kekamarnya. Gue taruh dia
diatas kasur, dan tanpa buang waktu gue lucutin pakean gue sendiri. Selanjutnya
setelah gue bugil gue naek ke ranjang dan bibir tante wiwi kembali gue nikmati.
Tangan Tante Wiwi gak tinggal diam digenggamnya ****** gue sambil diusap dan di
kocok perlahan dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya peluk gue. Gitu
juga gue gak mau kalah, sementara tangan kiri gue nyanggah beban tubuh gue,
tangan yang kanan gue ajak buat jalan-jalan diatas dada Tante Wiwi. Didalam
kamar baru tahu gue bahwa Tante Wiwi adalah jenis manusia yang senang melepaskan
perasaan horny-nya dengan sebebas-bebasnya. Buktinya sewaktu toketnya gue remes
dan putingnya gue pilin dari mulut yang masih gue kulum, gumamannya terdengar
sangat keras. ” mmmmmmmmmmhhhhhhh ……….mmmmhhhhhhhhhggggggg”. apalagi sewaktu
lidah gue bermain di belakang telinganya, erangannya makin menjadi.
Tante Wiwi dengan tangannya ngebimbing gue untuk menikmati permukaan lehernya
yang jenjang dan ada sedikit lipatan lemaknya. Gue jilat dan gue kecup bagian
leher Tante Wiwi sampe gak ada jengkal yang tersisa. “uuuuhhhhhh……..
sssssssssshhhhhhh…….. mmmmmmhhhhhh”. Sekarang gantian. Tangan kanan gue dipake
nyangga tubuh gue sementara tangan kiri gue gue pake buat membelai,meremas dan
memilin bukit Tante Wiwi yang munjung dan udah keras dari tadi. Sekarang sasaran
gue adalah pundak Tante Wiwi, dan kedua siku gue gue pake buat nahan berat badan
gue, supaya kedua toket Tante Wiwi bisa gue remes bareng. Pada saat jelajah
lidah gue udah nyampe di ujung selepetan bima-nya, gue sibakin kimono tante wiwi
bagian dadanya, dan ……eng-ing-eng jelaslah sekarang didepan mata gue sepasang
toket terindah yang pernah gue liat,karena sebelumnya toket CW-CW gue kalah
bagus sama toket Tante Wiwi. Gue gak sabar gue langsung gigit putting-nya yang
sebelah kanan dan Tante Wiwi berteriak “aaaaaaahhhhhhhhkk….. ssssshhhhh………
aadddduuuhhh… ennnnhhhaaaaakkkkhh.” . Gue sedot pentil itu dengan keras, semakin
keras gue sedot semakin menjadi erangan dan teriakan Tante Wiwi. Habis sudah
kedua permukaan toket Tante Wiwi gue garap, Tante Wiwi dekap kepala gue di
belahan toketnya, sementara kedua lengannya nyanggah toketnya, hal ini membuat
muka gue tenggelam disela-sela toket-nya yang indah. Yang paling mengesankan
adalah sewaktu gue bikin cupang di bawah putting kirinya, Tante Wiwi berteriak
sambil ngejewer kedua kuping gue “Hah………ooooohhhhhhhhh……… ggggggghhhhhhh………
uuuussssssss …..aaaaaaaahhhhhhh”. sehabis itu jelaslah bekas cupangan gue di
toketnya. Setelah puas aku garap kedua buah toketnya, Tante Wiwi mwnurunkan
kepala gue, gua jilati permukaan perutnya, pas nyampe puser gue kecup dan gue
jilat pusernya sementara kedua tangan gue gue susupin dibelakang pinggul nya dan
segera gue remes abis kedua bongkah pantatnya. “Adddduuuuhhhhhhh Dddeee….kkamu
koq kayaknya uudaaaaaahhhh ppppeeengalamannnnn banget sssiiihhhhh”, begitu
erangan Tante Wiwi kira kira sewaktu gue kecup dan gue jilatin pusernya. Jilatan
gue terus turun kebawah, sebelim mulut gue nyampe di selangkangannya, CD mini
Tante Wiwi gue turunin pake kedua tangan gue, gue tarik lepas CD itu. Ya tuhan
rumput yang tumbuh disitu begitu lebatnya, sehingga gue nyaris gak bisa lihat
belahan memeknya !
Yang pertama kali adalah gue merumput disitu, gue jilatin jembut itu sampe rapi,
karena dari fakta yang gue liat kayaknya tante wiwi adalah salah satu jenis
manusia yang senang membiarkan jembutnya tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya
campur tangna dari luar. Setelah jembut itu rapi, aku kuakkan jembut yang berada
disekitar bibir memek Tante Wiwi, barulah sekarang gue liat belahan bibir memek
Tante Wiwi. Bibir memek itu ternyata masih bersih, belum menghitam. Ngeliat
pemandangan kayak gitu, kontan tangan dan bibir gue kompakan buat ngerubutin
Tante Wiwi punya memek. “Aaaaaaaahhhhhhh…….. aaaddddduuuuhhhhhhh……..
ssssshhhhhh……. aaaaaggggghhhhhhh……. yyeeeessssss…..
ttteruuuuuuuuussssssshhhhhhgggggghhhhhhh”.
Tante Wiwi teriak-teriak sewaktu gue masukin jari tengah gue ke memeknya dan ibu
jari gue menggesek itilnya dan lidah gue jilatin permukaan bibir memeknya
.”uuuuhhhhhhh…….. uuuuhhhhhhh…….. yyyaaaaaaaaa…….. ssssshhhhhhhhhh…..”. Desahan
dan erangan Tante Wiwi semakin menjadi ketika dengan ganas gue gigit-gigit
itilnya. Dan dengan gak kalah ganas Tante Wiwi ngejambak rambut gue , dia
desekin ke selangkangannya, sementara pinggulnya diangkat tinggi-tinggi sambil
bikin gerakan memutar. “Mmmmmmhhhhhhhyyyyyyymmmmmmm ………sssssshhhhhhhhhhh ……..
yyyyyaaaaaaaa ……”. Begitu terus dan terus Tante wiwi berputar dan
berteriak.”De….hhhhhh…..sini titit kamu kasih tante …….”, pintanya, dan
terjadilah pertempuran 69 yang sangat seru, karena Tante Wiwi dan aku sama-sama
rakus. Setelah 8 menitan bertempur 69 Tante Wiwi mengejan dan berteriak dengan
sangat keras, “Deeeeeeee……. aaaahhhhhh……… aaadddddduuuuuhhhhh……….
Tanttttttttteeeeeeee ……. gak …….. kuattttthhhhh …….. “, jeritan Tante Wiwi
disertai dengan merapatnya kedua paha, serta dicakar-cakarnya buah pantat gue. 1
½ menit Tante Wiwi menjepit kepala gue, sampe akhirnya dia terkulai, sementara
aku terus dengan aksiku menjilati setiap tetes air yang mengalir dari lubuk
vagina Tante Wiwi.” De udah sayanggggghhhhh ……. Addddduuuhhhhhh
…….geliiiiiiiiiii ……”
Tante Wiwi manjatuhkan diri dan terlentang pasrah sambil narik napas panjang
pandangan matanya menerawang ke langit-langit kamar. “De, kamu udah sering
melakukan yang kayak begini ya ?”, tanyanya sambil ngelirik ke gue. “Ah, enggak
juga tante, mungkin udah dari sononya kali.”, jawab gue sekenanya. “Gak mungkin,
buktinya ****** kamu tante sedot kenceng banget koq ****** kamu tenang-tenang
aja.”, sanggahnya. “Oh jadi tante pengen saya cepet nyampe klimax ?’. “Ya enggak
juga sih, ……. Ih kamu nakal ya !”, katanya sambil memiringkan badan dan
ngegelitikin gue. Lama kami bercanda sambil bergumul kayak anak kucing, capek,
kita berdua masing-masing diem sambil tarik napas dalem-dalem.
Ngeliat Tante Wiwi terlentang dengan kedua lengan dan paha terbuka, Gue yang
emang udah kesetanan gak tahan, gue kangkangin dia dan langsung gue arahin rudal
gue ke lobang memeknya gue entot ! ****** gue gue selipin disela-sela bibir
memeknya, perlahan-lahan gue tusuk dan……. “Ooooohhhhhhhhhggg ……..ehhhhhhhh ……….
“. ****** gue perlahan tapi pasti mulai amblas. Setelah amblas seluruhnya gue
tarik napas dalam-dalam dan kembali bibir Tante Wiwi gue lumat, sambil gue grepe
kedua toketnya. Setelah tenang aku mulai angkat perlahan-lahan batang ******
gue, pas tinggal kepalanya doang yang nyisa gue teken lagi, “uuuuhhhhh …… “,
kembali Tante Wiwi mendesah. Lama-lama kayuhan gue semakin lancar, maju mundur,
kadang-kadang gue puterin kayak orang lagi ngebor, dan Tante Wiwi mengerang
keras
“Hhhhhhhhhhmmmmmmm…….ooooouuuuuuuuughhhhhhhhhhh”. rupanya dia menyukainya. Gue
terus goyang, pas gue capek, Tante Wiwi ambil inisiatip. Dia peluk gue erat dan
berguling kesisi kanan. Sekarang dia naek turun diatas gue, “ooooohhhhhhh ….
Aaddddddduuuuuhhhhh taaaannnntttthhhhh ….tteeeerrrrruuussss”, erang gue sambil
tangan gue remes toket dia keras banget. “uhhh ….. uuuuuhhhh …. Uuuhhhh ….
Yyyyyeeeeessss …. Yyyyyeeeessss ‘, jeritnya sambil kedua tangannya
ngejambak-jambak rambutnya sendiri. Leleah naik turun tante wiwi peluk gue
sambil kiss gue, gue lingkerin tangan gue ke belakang, gue jamah bongkahan
pantatnya dan gue mulai tusuk dia dari bawah. ” Mmmmmmhhhhh …. Mmmmhhhh”, gue
tusuk terus. Gak lama Tante Wiwi bangkit dan kembali naik turun. Dia cengkeram
lengan gue kenceng banget, ngeliat keadaan kayak gitu gue langsung pro-aktif,
gue juga gak mau kalah, tusukan gue dari bawah gue tambah frekwensinya, dan
hasilnya ……….. gak lama Tante Wiwi menggenjot pantatnya dengan gila sambil
teriak-teriak, “aaaaaaahhhhh ….. oooohhhh ….. ooooohhhhh …. Tante mau
sssssssssaaaaammmmppppp ……..”, belum selesai ngomong gitu Tante Wiwi teken
keras-keras pantatnya kebawah, terasa otot-otot memeknya berkontraksi dengan
sangat keras, dia jatuhkan diri diatas badan gue. Dengan napas masih memburu dia
kecup dan lumat bibir gue,”Hhhhuuuhhhh, kamu hebat banget sih de, sama CW kamu
atau sama perek kamu biasanya hah ? “.”Enggak koq tante, ya baru sama tante aja
sekarang.”. “Alah, sama setiap CW yang kamu tidurin juga jawabanya pasti sama.”,
katanya sambil ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih-bersih Tante Wiwi
masuk lagi kekamar.
Didepan pintu kamar mandi gue sergap dia, gue angkat satu pahanya dan gue tusuk
sambil gerdiri.”Aduh kok ganas banget sih kamu !”, katanya setengah membentak.
Gue gak mau tahu,gue dorong dia ke dinding gue hajar terus memeknya dengan rudal
gue. Mulutnya gue sumbat,gue lumat dalem-dalem. Setelah Tante Wiwi mulai
terdengar lenguhannya, gue gendong dia sambil pautan ****** gue tetep di
pertahankan. Gue bawa dia ke meja rias yang berbentuk Consol, gue letakan
tantatnya diatas meja itu. Sekarang gue bisa lebih bebas ******* dia sambil
menikmati toketnya. Sambil gue ayun, mulut gue dengan sistematis menjelajah
bukit didadanya, dan seperti biasanya (dan ini juga yang biasanya dilakukan CW)
dia teken belakang kepala gue ke dadanya, dan gue turutin, abis emang enak dan
nikmat banget. “aaaaaahhhh ……….. ssssssshhhhh ……. Oooohhhhh …… uuuuuuuuggggghhhh
…… mmmmmhhhh.”, Tante Wiwi terus menceracau.
Bosen dengan posisi gitu gue cabut ****** gue dan gue suruh tante wiwi nungging.
Sambil kedua tangannya megangin bibir meja. Dalam keadaan nungging gitu Tante
Wiwi keliatan lebih aduhai ! bongkahan pantatnya yang kuning dan mulus itu yang
bikin gue gak tahan. Gue pegang ****** gue dan langsung gue arahin memeknya. Gue
gesekin ke itilnya, dan dia mulai mengerang nikmat. Gak sabar gue tusukin
sekaligus. Langsung gue kayuh, dan dalam posisi ini Tante Wiwi bisa lebih aktif
memberikan perlawanan, bahkan sangat sengit.”aaaahhhhhh Ddddeeeeee
ttttaaaaannnnnteeeee mmmmoooo ….. kkkeeeee lllllluuuuarrrrr lagggiiii……. “,
racaunya. Tante Wiwi goyangnya menggila dan gak lama tangan kananya menggapai
kebelakang, dia tarik pantat gue supaya menusuk lebih keras lagi. Gue layani
dia, sementara gue sendiri emang kerasa udah deket. Tante Wiwi mengerang dengan
sangat keras sambil jepit tool gue dengan kedua pahanya. Gue tetep dengan aksi
gue. Gue raih badannya yang keliatan udah mulai mengendur. Gue peluk dari
belakang, gue taruh tangan gue dbawah toketnya, dengan agak kasar gue urut
toketnya dari barwah ke atas dan gue remes dengan keras.”eennngghhhhh
…..oooohhhhh ……ohhhhhhh …….aaaaaaahhhhhhhhh”, gak lama setelah itu bendungan gue
jebol, gue tusuk keras banget, dan peju gue nyemprot lima kali didalem.
Dengan gontai gue iring Tante Wiwi kembali keranjang, sambil gue kasih
cumbuan-cumbuan kecil sambil kami tiduran. Dan ketika gue liat jam didinding
menunjukan jam 02.07. wah lumayan masih ada waktu buat satu babak lagi, gue
pikir. “Tante, memek dan permainan tante ok banget !”, puji gue. “Makasih juga
ya De, kamu juga hebat……..”. suatu pujian yang biasa gue terima !

Kejadian ini terjadi ketika Aku kelas 3 SMP, yah Aku perkirakan umur Aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enak-enak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya tante Erni ( biasa Aku panggil dia begitu ) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin Aku bergetar.
Tante Erni ini tinggal dekat rumah aku, hanya beda 5 rumah lah, nah tante Erni ini cukup deket sama keluarga Aku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumah Aku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah tante Erni ini lah yang bikin Aku cepet gede ( maklum lah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepat
).
Biasanya tante Erni kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atahu kadang-kadang celana pendek yang bikin Aku ser…ser…ser…Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang tv dan biasa juga Aku pura-pura nonton tv saja sambil lirak lirik. Tante Erni ini entah sengsaja atahu engenggak Aku juga enggak tahu yah.
Dia sering kalau duduk itu tuh ngangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser..ser lagi deh hmmm. Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengsaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih Aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur.
Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya tante Erni ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan ( wuih Aku suka banget nih ). pernah Aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi tante Erni malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya.
Nah dari situ Aku sudah mulai suka sama tuh tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh tante.Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa.
Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan mami Aku ngsajak Aku pasti tante Erni pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.
Ternyata mereka cerita hantu ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem pas waktu itu tante Erni mau ke WC tapi dia takut . Tentu saja tante Erni di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke wc sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman. Lalu tante Erni menarik tangan Aku minta ditemenin ke wc, yah Aku sih mau saja.
Pergilah Aku ke dalam villa sama tante Erni , sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar wc eh malah tante Ernin ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut
“Lex temenin tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup tante takut nih ” kata tante Erni sambil mulai jongkok .
Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga ” serrr..rr..serr.psstt” kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat tante Erni kencing dalem hati Aku kalau saja tante Erni boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmmmm. sampai-sampai Aku bengong ngliat tante Erni.
“Heh kenapa kamu lex kok diam gitu awas nanti ke sambet” kata tante Erni
“Ah enggak apa-apa tante ” jawabku
“Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihat nya ke bawah terus sih ” tanya tante Erni.
” Enggak kok tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek ? ” tanyaku.
Tante Erni cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama cdnya
“Kamu mau liat lex ? nih tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti tante enggak enak sama mama kau ” kata tante Erni
Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah deg deg an sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya vagina. Tante Erni membiarkan Aku memegang-megang vaginanya
“Sudah yah lex nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain kirain kita ngapain lagi ”
“Iyah tante ” jawab ku, Lalu tante Erni menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kita gabung lagi sama ibu-ibu yang lain.
Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badan ku enggak enak
” Lex kamu enggak ikut ? ” tanya mamiku,” Enggak yah mam aku enggak enak badn nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah mah ” kataku ” Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi ” kata mami
” Erni kamu maukan tolong jagain si alex nih yah nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin ” kata mami pada tante Erni ” Iya deh kak aku jagain si alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah aku mau bawa itu buat pulang besok ” kata tante Erni.
Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan tante Erni berdua saja di villa , tante Erni baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu
” Kamu sakit apa sih lex ? kok lemes gitu ? ” tanya tante Erni sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatanNya
” Enggak tahu nih tante kepala ku jug pusing sama panas dingin saja nih yang di rasa ” kataku.
Tante Erni begitu perhatian padaku maklumlah di usia perkimpoiannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.
” Kepala yang mana lex atas apa yang bawah ?” kelakar tante Erni padaku.
Aku pun bingung ” Memangya kepala yang bawah ada tante ? kan kepala kita hanya satu jawabku polos, Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman ” kata tante Erni sambil memegang si kecilku
” Ah tante bisa saja ” kataku ” Eh jangan2 kamu sakit gara-gara semalam yah ” aku hanya diam saja.
Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh tante Erni, pada waktu dia ingin membuka celanaku, ku bilang
” Tante enggak usah deh tante biar alex saja yang lap, kan malu sama tante ”
” Enggak apa-apa tanggung kok ” kata tante Erni sambil menurunkan celanaku dan cd ku.
Di lapnya si kecil ku dengan hati-hati , aku hanya diam saja
” Lex mau enggak pusingnya Hilang ? Biar tante obatin yah ”
” Pakai apa tan, aku enggak tahu obatnya ” kataku polos
” Iyah kamu tenang saja yah ” kata tante Erni
Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali ini merasakan yang seperti ini
” Achh…cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina tante Erni yang masih di balut dengan celana pendek dan cd tapi tante Erni hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing
” Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku
” Sudah kencingnya di mulut tante saja yah enggak apa-apa kok ” kata tante Erni ,
Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut tante Erni karena tante Erni tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya
” Hhgggg….achhh.. tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas vagina tante Erni yang kurasakan berdenyut-denyut.
Tante Ernipun langsung menghisap dengan agresifnya dan badan ku pun mengejang keras
” Croott….ser.err.srett ” muncratlah air mani ku dalam mulut tante Erni, tante Erni pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina tante Erni berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana tante Erni lembab dan agak basah
” Enakkan lex pusingnya pasti hilangkan ” kata tante Erni
” Tapi tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama tante nih soalnya tante….”
” Sudah enggak apa-apa kok, oh iya sperma kamu kok kental banget wangi lagi, kamu enggak pernah onani lex ? ”
” Enggak tante ”
Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina tante Erni
” Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih ” Aku jadi salah tingkah
” Sudah enggak apa-apa kok tante ngerti “katanya padaku
” Tante boleh enggak alex megang itu tante lagi ” pintaku pada tante Erni
Tante Erni pun melepas kan celana pendek nya, kulihat celana dalam tante Erni basah entah kenapa
” Tante kencing yah ? ” tanya ku
” Enggak ini namanya tante nafsu lex sampai-sampai celana dalam tante basah ” dilepaskannya pula celana dalam tante Erni dan mengelap vaginanya dengan handukku.
Lalu tante Erni duduk di sampingku”, Lex pegang nih enggak apa-apa kok sudah tante lap ” katanya, Akupun mulai memegang vagina tante Erni dengan tangan yang Agak gemetar, tante Erni hanya ketawa kecil
” Lex kenapa ? biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih ” kata tante Erni
Dia mulai memegang penisku lagi ” Lex tante mau itu nih ”
” Mau apa tante ”
” Itu tuh ” aku bingung atas permintaan tante Erni
” Hmm itu tuh punya kamu di masukin ke dalam itunya tante kamu mau kan ?”
” Tapi alex enggak bisa tante caranya ”
” Sudah kamu diam saja biar tante yang sajarin kamu yah ” kata tante Erni padaku.
Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina tante Erni yang di tumbuhi bulu halus
” Lex jilatin donk punya tante yah ” katanya
” Tante alex enggak bisa nanti muntah lagi ”
” coba saja lex ” Tante pun langsung mengambil posisi 69 aku di bawah, tante Erni di atas dan tanpa pikir panjang tante Erni pun mulai mengulum penisku
” Achhhh ….. hgghhhghhh. tante ”
Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina tante Erni tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina tante Erni seperti wangi daun pandan ( asli Aku juga bingung kok bisa gitu yah ) aku mulai menjilati vagina tante Erni sambil tanganku melepaskan kaus u can see tante Erni dan juga melepaskan kaitan bh nya , kini kami sama-sama telanjang bulat ,
Tante Erni pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu
” Kamu tahu enggak mandi kucing lex ” kata tante Erni.
Aku hanya menggelengkan kepala dan tante Erni pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat , ciumannya berlanjut sampai ke putingku dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras.
Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun di jilatinya sampai aku merasakan anusku masuk keluar.
Kulihat payudara tante Erni mengeras, tante Erni menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku di kulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara tante Erni. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina tante Erni, langsung tante Erni ku baringkan dan aku bangun langsung ku jilati vagina tante Erni seperti mnjilati es krim
” Achhh….uhh.hhghh.acch lex enak banget terus lex, yang itu isep jilatin lex ” kata tante Erni sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya , banyak sekali lendir yang keluar dari vagina tante Erni tanpa sengaja tertelan olehku
” Lex masukin donk tante enggak tahan nih ”
” Tante gimana caranya ? ”
Tante Erni pun menyuruhku tidur dan dia jongkok diatas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Erni naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan tante Erni pun mengejang hebat
” Lex tante mau keluar nih eghhhh….huhh achh ” kata tante Erni
Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina tante Erni. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina tante Erni mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan tante Erni sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak.
Tante Erni tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya
” Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang yah ” pinta tante Erni padaku
Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan tante Ernipun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi
” Achh … tante enak banget achhhh,….gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi
” Tante alex kayanya mau kencing niih ”
Tante Erni pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama tante Erni pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang nikmatnya.
Kamipun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi tante Erni menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan tante Erni yang hebat.
Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan tante Erni, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan tante Erni di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam tante Erni. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya permintaan tante Erni, tepat jam 4:30 kami menenggakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.
” Lex kamu sudah baikan ? ” tanya mami ku
” Sudah mam , aku sudah seger n fit nih ” kataku
” Kamu kasih makan apa Ni, si alex sampai-sampai langsung sEhat ” tanya mami sama tante Erni
” Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus ku kasih saja panadol ” kata tante Erni
Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobilpun aku duduk disamping tante Erni yang semobil denganku. Mami yang menyupir ditemani ibu herman di depan.
Didalam mobilpun aku masih curi-curi memegang barangnya tante Erni.
Sampai sekarangpun aku masih suka melakukannya dengan tante Erni bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan tante Erni. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali.
Kini tante Ernipun sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami tante Erni ternyata ejekulasi dini. Kinipun aku bingung akan anak itu. Yah begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL tante Erni bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan tante Erni yang nasibnya sama seperti tante Erni mempunyai suami yang ejekulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.
Label: Obat MujaraB
Subscribe to:
Komentar (Atom)