Tampilkan postingan dengan label cerita sex. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita sex. Tampilkan semua postingan
Mbak Tiyah yg Cantik
Awalnya aku pikir bersetubuh dengan wanita adalah hal yang biasa-biasa saja, atau kenikmatannya sama saja dengan waktu kita beronani dikamar mandi saat kita lagi butuh kepuasan, itu pendapatku waktu itu. Kebiasaanku beronani atau kata orang ” nyoli ” dimulai waktu usiaku masih 15 tahun ketika aku duduk dikelas tiga S M P. Telah menjadi kebiasaanku sepulang sekolah aku harus pergi kesawah untuk mencari sekarung rumput makanan dua ekor kambingku saat masih dikampung, kini aku tinggal di Jakarta bersama budeku. Memang kedua orang tuaku adalah peternak yang kurang sukses.

Karena terbentur utang yang tak kunjung lunas akhirnya hewan perliharaanya tersisa dua ekor lagi. Teman setiaku adalah wawan, rumahnya persis didepan rumahku hanya dibatasi sebuah jalan kecil yang menghubungkan kesebuah danau diantara rumah kami berdua. Waktu itu hari menjelang sore, aku bergegas berganti pakaian sehabis makan sore sepulang sekolah lalu ku ambil sabit yang terselip didinding dapur rumahku yang terbuat dari anyaman bambu, serta tak lupa kutarik karung yang tergeletak dibawah meja makan, kemudian kutaruh keduanya diatas sadel belakang sepeda kesayanganku sambil makan pisang aku bergegas kerumah wawan untuk meminjam asahan menajamkan sabitku supaya mudah menebas rumput, setelah sampai didepan pintu aku masuki rumahnya lalu kupanggil dia ” wan..” iya..jawab wawan dari kamar. ” pinjam asahnya dong wan “, sembari trus berjalan ” dibelakang ko, di kamar mandi, ambil aja, saya lagi ganti pakaian” jawab wawan dari kamar. ” cepatan wan..udah sore nih..” Pintaku ke wawan.

Aku lalu kedapur karena memang kamar mandinya ada diluar, dibelakang rumah. Kamar mandi dikampungku umumnya hanya terbuat dari terpal yang dililitkan diempat tiang yang terpancang ditanah, itupun hanya sepatas pinggul, pendek. Pabila kita mau mandi ya harus duduk supaya nggak kelihatan. Pintu kamar mandinya pun hanya di tutupi dengan handuk, sebagai simbol menandakan kalo didalam kamar mandi ada yang sedang mandi. Kubuka pintu dapur yang menuju keluar – kekamar mandi, memang kamar mandinya di keliling pohon pisang dan rambutan jadi kurang begitu jelas kalo terlihat dari pintu dapur rumah wawan. Setelah beberapa langkah mendekati kamar mandi byur..suara orang sedang mandi betapa kagetnya ketika kulihat kearah kamar mandi, aku pikir tak ada orang dikamar mandi karena tak ada handuk yang terjuntai dipintunya. Sungguh pemandangan yang spektakuler waktu itu, betapa tidak Mbak tiyah kakaknya wawan yang masih kelas 3 SMU Negeri 1 di kampungku itu sedang asik mandi tanpa sehelang benangpun yang menutupi indah tubuhnya. Dibawah kuncuran air yang tertampung dalam kotak segi empat terbuat dari semen yang digantung diatas kamar mandi ia asik membersihkan pantat dan pinggangnya yang ramping, karena ia membelakangiku ia tak tahu kehadiranku aku tertengun kuperhatikan dari ujung kakinya lalu naik kepahanya mulus, putih gempal ditumbuhi bulu lembut diatas lututnya, aku tak tahan pandanganku trus naik kearah pantat luar biasa padat dan berisi ujung pantatnya yang menyembul bergoyang ? goyang ketika Mbak tiyah mengoyangkan kepalanya yang sedang ia keramasi.

Dia membalikkan badannya, semetara aku telah bersembunyi dilebatnya pohon pisang kulihat payudaranya membusung keatas indah dan sekal berjuntai kesana kemari seperti balon yang terisi air, diujung payudara sebelah bawah ada daging kecil warna coklat muda yang agak menonjol dan astaga..!! pandanganku turun kebawah perutnya, ramping sekali dan pusarnya indah serta bersih ..apa itu.. disela-sela kedua panggkal pahanya ada tonjolan daging yang belah ditengahnya ditumbuhi bulu ? bulu halus hampir sampai lubang pusarnya. Aku tetap diam dibalik pohon pisang sembari mataku tak lepas dari pandangan kearah kamar mandi. Aku nikmati pemandangan itu sampai Mbak tiyah selesai mandi, baru aku mengambil asahan kemudian mengajak wawan pergi kesawah untuk mencari rumput.

Malam harinya pikiranku nggak bisa tenang, selalu terbayang dengan busungan kedua payudara dan bulu-bulu halus diselangkangan Mbak tiyah, sambil terbaring dikamar yang telah kukunci kucoba untuk memejamkan mata tetap saja terbayang, akhirnya pikiranku tak bisa tenang perlahan kumasukan jari-jari tangan kananku dibalik sarung, trus kebawah diantara kedua panggkal pahaku lalu tanganku kususupkan kebalik celana dalam merk Sony yang sedang kukenakan, kupegangi bulu-bulu dipangkal kemaluanku, walau baru tumbuh sedikit namun terasa kasar kutarik-kutarik perlahan-lahan bulu yang tumbuh disekitar pangkal penis, penisku menegang beberapa urat terasa menyembul dipinggir batang kemaluanku, kutarik tanganku kemudian kuludahi permukaan tanganku lalu kumasukan kembali kebalik sarung sementara celana dalamku telah kulepas tapi masih tersangkut dimata kakiku.

Ku urut pelan-pelan sembari kuremas-remas penisku, makin lama terasa nikmat sekali. Namun baru beberapa urutan genggaman tanganku pada penis terasa mulai seret dan panas karena ludahku mengering. Disamping ranjangku diatas meja belajar ada sebotol handbody lotion yang selalu kupakai sehabis mandi, ku ambil dan kutuangkan dipermukaan tanganku, ku oleskan diseluruh batang kemaluanku setelah itu ku genggam seraya kemudian posisi tubuh kuberbalik dan sekarang aku tengkurap sembari menggenggam batang kemaluanyang makin membesar kupejamkan kedua mataku seolah ? olah aku sedang menindih Mbak tiyah, kutekan perlahan-lahan pantatku sangat teratur naik turun, tanganku kubiarkan saja menempel dikasur sembari tetap menggenggam batang penisku.

Napasku mulai tersengal gerakanku semakin cepat ku kuremas ? remas batang kemaluanku kubayangkan kalau kemaluanku terjepit diantara selangkangan Mbak tiyah yang berbulu halus itu makin lama kurasakan makin “nikmat oughh.. Mbak tiyah.. enaakk..” desahku ada sesuatu yang terasa makin memuncak makin dekat kelubang penisku dan akhirnya “oughh..croott.. crott.. enakk Mbak tiyahh..”segumpal cairan warna kuning-kecoklatan agak kental keluar mengalir dari ujung penisku, aku terkulai lemas, kubalikkan tubuhku sekarang aku terlentang keringat mengucur disekitar dada dan wajahku, pelan ?pelan ku urut batang kemaluanku ke arah atas ku peras sisa ? sisa buih kenikmatan yang masih tersisa, mungkin aku lelah karena kegiatan itu ku ulangi sampai tiga kali malam itu sampai-sampai handbody lotionku habis..akhirnya ku tertidur pulas..

Tepatnya malam tanggal 17 Agustustus 1995 wawan datang kerumahku, lalu mengajakku main kerumahnya tujuannya untuk menyelesaikan pe-er bahasa inggris dari Bu guruku, memang pelajaran yang paling kusuka disekolah adalah bahasa inggris. Sesampai dirumahnya kulihat diruang tamu Mbak tiyah sedang tidur terlentang sambil menonton TV, ” kok sendiri mbak, Bapak sama Ibu pada kemana?? tanya ku kepadanya sembari kulirik buah dadanya menonjol dibalik t-shirt warna ungu yang sangat ketat melekat ditubuhnya serta memperlihatkan lubang pusarnya. ” lagi ke rumah saudara ko, ada yang nikahan di Jakarta ” ujarnya ” ada pe-er malem ini ko?”, tanya dia” iya mbak, pe-er bahasa inggris, Mbak mau bantuin??, ku pancing dia. ” nggak ah, filmnya bagus entar aja ko, coba aja dulu entar kalo nggak bisa Mbak bantuin deh ” jawab Mbak tiyah, ” iya deh mbak, saya permisi dulu kekamar wawan nggak enak sama wawan udah nungguin” kataku, padahal aku masih ingin mengobrol bersamanya. Dikamar aku sibuk menyelesaikan pe ?er dimeja belajar wawan sementara wawan malahan baca majalah diatas ranjang yang terbuat dari papan tapi diatasnya ada kasur busanya, pe-er kali ini membuat kepalaku benar-benar pusing, akhirnya setelah pukul 11 malam baru pe-er itu dapatku selesaikan, karena asiknya membuka dan menutup kamus sampai-sampai aku lupa pada wawan, kutengok kearah ranjang kulihat ia telah terlelap tidur. Kututup kamus dan kurapikan meja belajar wawan.

Kuselimuti dia, ahh lebih baik aku kedapur cari makanan pikirku karena rumah wawan sudah seperti rumahku sendiri, ketika ku melintas ruang tamu kulihat Mbak tiyah masih tidur terlentang didepan TV, hanya saja kini ia telah berganti pakain memakai baju tidur longgar bercorak bunga-bunga. ” Mbak belum tidur “, tanyaku ” belum ko, habis filmnya bagus, udah beres pe-ernya?” Mbak tiyah balik bertanya seraya ku duduk disampingnya tetapi aku menghadap ke TV sementara ia masih tidur-tiduran. ” mana wawan? “, tanya Mbak tiyah ” udah tidur dari tadi mbak, mungkin capek?” jawabku. ” ko kata wawan kamu pintar ngurut kepala ya?”, sembari Mbak tiyah menekan kepalanya seolah ? olah sedang pusing, atau memang pusing beneran aku tak tahu waktu itu. ” tolong pijitan kepala Mbak ko ” pintanya ” bisa sih sedikit mbak, kenapa?, kepala Mbak sakit, yang sebelah mana yang sakit Mbak ” sembari mulai kupegang kepalanya tepat diatas jidatnya, kutekan perlahan-perlahan.

Tapi pandanganku tetap ke arah TV, tapi sumpah enggak tahu pikiranku mulai porno, sementara dibalik celana hawaiku, penisku nggak bisa diajak kompromi makin menegang. Aku tetap memijat disekitar kening Mbak tiyah, kulirik ia ternyata matanya tertutup mungkin menikmati pijitan tanganku. ” enak ko, kamu pintar mijatnya” kata Mbak tiyah. Aku hanya tersenyum. ” udah ko, pijitin pinggang Mbak iya” tanpa menunggu persetujuan dari ku kemudian ia membalikan tubuhnya. ” sebelah sini ko ” Mbak tiyah memegang pinggangnya menjelaskan letak yang harus ku pijat. Ku pegang pigangnya, ku urut dari mulai dari atas kebawah sambil ku tekan perlahan-lahan permukaan pigangnya tapi hanya sebatas pinggulnya tak lebih dari itu, aku takut dibilang kurang ajar. Tapi beberapa kali tanganku tersangkut baju tidurnya. ” susah ya ko, kamu ngurutnya, sebentar ko biar bajunya Mbak angkat keatas ” Mbak tiyah pegang ujung bajunya yang menutupi punggungnya hingga pinggulnya kemudian ia tarik hingga sebatas tali branya, tapi Mbak tiyah masih dalam posisi tengkurap. Ia letakkan tangan yang sebelah kiri diatas punggungnya.

Aku benar-benar terpesona melihat permukaan kulit pinggul Mbak tiyah yang kamarin lusa hanya mampu kupandangi dari jauh kini ada di depan mataku, dapat ku sentuh dan kuraba. ” cepatan ko ” suara Mbak tiyah mengagetkanku. ” iya Mbak ” aku tergagap, kucoba tetap bersikap wajar ku tekan sebisa mungkin pikiran pornoku setelah sekian menit aku dan Mbak tiyah hanya diam sementara aku hanya mengurut dan Mbak tiyah sesekali mengeluh menahan tekanan tanganku, kucoba membuka pembicaraan ” kulit Mbak putih ya ” pujiku tetapi aku tetap mengurut dibagian pinggang Mbak tiyah pelan-pelan. Pijatanku kuarahkan kebagian bawah pertama kuberanikan memijat gundukan daging pantatnya, rasanya padat dan kenyal lalu kupegang dengan kedua tanganku kuremas-remas, aku hampir nggak bisa menguasai diri sepertinya Mbak tiyaHPun menikmati pijatan-pijatanku, desahan nafas Mbak tiyah makin jelas kudengar iramanya seperti orang sehabis lari pagi.

Tiba-tiba Mbak tiyah berbalik kini ia terlentang. Aku kaget setengah mati, mati aku..pikirku aku pasti akan dicaci oleh Mbak tiyah atas ulahku yang kurang ajar. Tapi aneh Mbak tiyah justru tersenyum melihatku. Mbak tiyah bangun dari tidurnya, kulihat matanya sayu, dan bibirnya setengah terbuka dan basah sangat mengoda. ” sini tanganmu ko ” Mbak tiyah meraih kedua tanganku, aku diam saja aku bagai terhipnotis hanya desah napasku makin tak teratur. Diletakkannya kedua tanganku diatas payudaranya, ia bimbing kedua tanganku untuk meremas kedua payudara dibalik bajunya. Aku tak tahan ku angkat ujung bajunya lalu aku berdiri dan kutarik keatas melewati kepalanya hingga akhirnya bajunya terlepas dari tubuhnya, aku duduk lagi dihadapannya kupeluk dia, kupegang tali pengait BH warna ungu dipunggungnya, kutarik secara paksa, “aduhh, pelan-pelan ko sakit” ketika tali BH itu terlepas secara paksa.

Kini payudara itu menyembul keluar, membusung indah ku pegang perlahan-lahan lalu kuremas-remas, “aughh..geli..enak..ko, auhghh pelan-pelan ko..” Mbak tiyah memegang lenganku semakin kecang pegangannya, mata Mbak tiyah kadang terbuka kadang tertutup. Ku pegang bagian bawah payudaranya kuangkat lalu kuarahkan mulutku kebagian puting payudara Mbak tiyah sebelah kiri, kumasukan kemulutku lalu ku gigit pelan-pelan, ” auhghh..enakk..ko..geli..ko, terus teruss enakk koo “, Mbak tiyah memeluk kepalaku, ia tarik rambutku sementara tangan kanannya membuka kancing celanaku lalu trus kebawah hingga masuk kebalik celana dalamku dan..auhh..ia pegang batang kemaluanku yang dari tadi telah menegang. Ia tarik kebawah celana hawaiku hingga terlepas, akupun tak tinggal diam ku pegang celana tidur Mbak tiyah kutarik hingga terpelorot sampai bawah.

Ku baringkan Mbak tiyah diatas tilam warna ungu kemudian kepalanya kuangkat lalu kuselipkan bantal dibawah kepalanya. Tubuhku merosot kesebelah bawah sementara kini posisiku diatas Mbak tiyah sedangkan kedua pahanya mengapit pinggangku, tubuhku makin kebawah. Kusentuh bagian vital Mbak tiyah trus kubelai rambut ? rambut halus disekitar lubang kewanitaanya kucium perlahan lalu kugigit bagian daging yang menyembul keluar sebesar biji sirsak berwarna merah, Mbak tiyah merintih..uaghh..kamu pintar koo.. sementara kedua pahanya mengapit kepalaku menahan geli bercampur nikmat, kurasakan kini liang yang ada dipangkal Mbak tiyah itu makin lama makin mengeluarkan cairan yang memenuhi lubang kemaluanya.

Posisiku kini berubah perlahan aku duduk didepan selangkangan Mbak tiyah ku pegang kedua pahanya Mbak tiyah kutaruh diatas lututku, kini didepanku terlihat jelas belahan liang kemaluan Mbak tiyah makin membelah hingga didalamnyapun terlihat jelas olehku karena terpaan sinar lampu diruang tengah itu, perlahan-lahan kumasukan jari tengahku kedalam lubang kemaluan Mbak tiyah baru kira ? kira satu cm ku putar ? putar jari tengah ku didalam kemaluan Mbak tiyah tepat diatas daging yang menonjol didalam liang itu.” Aughh..truss..ko..enak sekali..koo”,
Mbak tiyah merintih-rintih semetara kedua tangannya berputar kesana kemari meraih apa yang bisa ia pegang, ku lihat Mbak tiyah bagai cacing kepanasan menggeliat kesana ? kemari. Ia berusaha meraih batang kemaluanku. ” Jokoo masukin punyamu ko” suara Mbak tiyah terdengar parau akibat tekanan birahi yang kian memuncak. Ku genggam batang penisku yang sudah mengencang dari tadi lalu tanganku yang sebelah kiri merenggangkan paha Mbak tiyah, terlihat jelas liang kemaluan Mbak tiyah makin menganga, batang kamaluanku makin dekat dengan lubang selangkangan Mbak tiyah lalu kuarahkan tepat ditengah dan bluuss..” aauu..sakit koo jangan kuat ?kuat nekannya,” teriak Mbak tiyah.
” enaakk mbak, aughh punya Mbak tiyah enakk.. aku tak menghiraukan lagi teriakan Mbak tiyah. Awalnya lubang kemaluan Mbak tiyah terasa serat tapi lama ? kelamaan ada cairan yang mengalir hangat mengalir keluar dari rahim Mbak tiyah, hingga kini batang penisku dapat lancar keluar masuk kedalam lubang kenikmatan itu.
Cepat..koo..tekan yang kuat punya Mbak mau keluar.. rintihan Mbak tiyah makin menjadi-jadi..sementara dekapannya dipunggungku makin kecang auhghh cepatt koo yang kuat nusukk nya..” rintih Mbak tiyah..”. “aughh..mbak punya saya mau keluaarr ..enaakk..enaakk..mbakk,..saya ..sayang..mbak..auhghh..mbak kerluarr..enakk..enakk..mbak.. ”kugigit payudara Mbak tiyah, lalu ku sedot-sedot puting Mbak tiyah..ada sesuatu yang kian memuncak mendekati..” enaakk koo truss koo Mbak sayang joko juga..” dan akhirnya crott..crott..air maniku tumpah diatas perut Mbak tiyah..aku terkulai lemas ku kecup lembut bibir Mbak tiyah..mbak tiyah hanya diam dan tersenyum..puas walau disela matanya kulihat ada air mata.

Kulirik jam dinding ternyata tengah malam telah terlewati, ku kenakan kembali celanaku, sementara Mbak tiyah habis membenahi pakaian dan rambutnya yang acak-acakan lalu menuju makar mandi. Ku langkahkan kaki menuju kamar dan aku tidur disamping sahabat karibku wawan.

Sebulan setelah kejadian itu Mbak tiyah lulus sekolah kemudian atas saran kedua orang tuanya ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. Salam sayang ku buat Mbak tiyah yang cantik jika sempat baca cerita ini semoga engkau tetap sayang padaku “melati”mu.
READ MORE - Mbak Tiyah yg Cantik
Hubungan ku dengan ani berlangsung setelah kejadian di kamar kos ku, semenjak hari itu sifat ani dari seorang gadis yang cengeng menjadi gadis yang ceria, tegas, berani, percaya diri dan terutama centil, dan dia tetap baik, dan jujur serta tidak cemburu.


Ani gadis beliaku part 2

 Ani gadis beliaku part 2
pernah satu hari ani datang hanya dengan menggunakan celana pendek dan jaket dan tidak memakai cd dan bh, tujuan dia berpakaian seperti itu adalah untuk memberikan kejutan dan membangkitkan nafsuku menjadi lebih tinggi lagi.

suatu hari ani curhat dengan ku bahwa dia dulu sering menjadi bulan-bulanan anak senior di sekolahnya, salah satunya adalah nia yang menjadi ketua geng kelompok penganggu tersebut.

tetapi semenjak bergaul dengan ku ani sudah tidak pernah diganggu lagi, hal ini dikarenakan ani semakin percaya diri.

karena ani sudah tidak bisa dijadikan kekesalan anak2 geng disekolahnya, gengnya mencari korban lain dan ternyata mereka salah korban, korban yang mereka pilih adalah adik dari anak2 preman didekat kos ku.

suatu hari ani melihat nia diganggu oleh preman2 yang sering nongkrong dekat kosku, ani berniat menolong dan berhubung ani dekat dan mengenal gw dan gw mengenal bos dari preman2 itu melepaskan nia karena mereka menganggap nia juga kenalan gw. karena nia kapok dengan kejadian tersebut, dia tidak pernah mengganggu anak2 lain lagi, dan mereka berdua menjadi sahabat yang cukup dekat.

suatu hari ani mambawa nia ke kos untuk dikenalkan pada ku, gw sedikit terkejut dengan kunjungan itu dan ani mengenalkan gw sebagai pacarnya dan tentu saja hal ini mengejutkan gw dan nia.

bodi nia jauh lebih bagus ketimbang ani dimana bodi nia jauh lebih montok, dengan dada yang masih kecil tapi padat, bentuk badan yang sintal, serta bokong yang montok dan padat, menurut gw memeknya sudah pasti tembem dan sudah pasti seret dan sempit.

gw menegak air liurku dan penis gw menjadi setengah berdiri meliat bodi yang dimiliki oleh si nia. dan perubahan ini di cermati oleh ani. setelah ngobrol sebentar dengan nia, dia minta ijin untuk pulang.

“kakak dikaaaaaa………” tanya ani dengan manja
dari nada suaranya gw tau kalo ani sedang nafsu dan dia menyimpannya dengan baik dihadapan nia

“kenapa ani?kamu lagi gatel ya memeknya?
” iya nih kak, gatel banget, masukin donk penggaruknya, biar ilang gatelnya dan gw bisa tidur dengan tenang malam ini”
berhubung gw lagi nafsu karena melihat bodi temennya akhirnya gw menutup pintu dan kamar kos ku. dan gw ke kamar mandi karena gw pengen kencing begitu gw keluar dari kamar mandi si ani sudah telanjang dan tiduran ditempat tidurku, sambil membuka kedua paha mulusnya dan memperlihatkan memeknya yang merekah basah karena nafsu yang telah dia tahan dari sekolah.

melihat pemandangan itu penis gw yang udah setengah berdiri menjadi berdiri dengan penuh, gw buka baju dengan terburu-buru dan menjilati memek yang mengundang pria untuk menjilatnya

“aahhh….kak….. isep yang kuat kakk….”
“lidah kakak enaaakkk banget……..”
disela-sela acara menjilat gw masukin jari tengah gw kedalam memek ani
mendapat perlakuan seperti itu kontan membuat ani menjerit keenakan dan membuat ani mengejang dengan hebatnya. gw biarin ani untuk menikmati puncaknya sambil mengelus penis ku sendiri.

ani tidak diam melihat itu dia pun bergerak untuk menghisap penis gw yang udah tegak dengan maksimum.

basah dan hangatnya mulut ani membuat gw udah ga tahan untuk mengenjot tubuh kecil.

dengan tidak sabar gw menyuruh ani untuk tiduran, agar gw dapat memulai acara tusuk menusuk, gw arahkan penis gw ke memeknya, pelan tapi pasti penis gw udah masuk semuanya

“oooouuuugggghh…….ssssssst tttttttt” erang dan desis kami berdua
kontol kakak emang yang paling enak” erangnya
“emangnya km pernah pake yang lain? tanya gw dengan binggung
“pernah dimasukan pake jari kak, sebanyak apapun jari yang ani masukin ke memek ani, tidak ada yang menandingi enaknya kontol kakak dika, ani sudah bernafsu dari tadi malam, sudah tidak sabar menikmati kontol kak dika”
sedikit bangga gw mendengar pengakuannya dan ini makin membuat gw bernafsu

setelah 5 menit mengenjotnya dari posisi tidur

“kak, ganti posisi yuk, ani mau diatas, ada servis yang mau ani tunjukan”
akhirnya kami pun berganti posisi gw tiduran ani berusaha memasukan penis gw kedalam memeknya

dengan menggigit bibirnya ani memasukan penis gw kedalam memeknya, melihat parasnya seperti itu birahi gw menjadi semakin tinggi. begitu semuanya sudah pada tempatnya, tiba2 ani bertanya pada gw

“kak, kakak senang ya ma kakak nia? tadi ani liat kontol kakak sedikit membesar begitu melihat tubuh kak nia”
“iya ni” jawabku dengan jujur, kami tidak pernah berbohong satu sama lain
“ani pengen kakak janji, kakak ga akan melupakan ani” kata ani dengan mata yang sedikit sendu
“kakak ga akan ngelupain ani koq, tenang aja ya” jawab gw sambil bangun untuk mencium keningnya
“kakak janji ya”
“iya ni, kakak janji”
“kalo gitu, ani akan bantu kakak dika untuk bisa menikmati tubuh indah kak nia”
sebelum gw bisa menjawab pernyataannya, ani sudah mengenjot sambil merapatkan memeknya, mendapat perlakuan itu badan gw menggigil karena keenakan.

“gilaaaaa….enaaaakkkk aniiiii……dimana loe belajarnya” erang gw
rupanya posisi ini membuat kami tidak dapat menahan gejolak orgasme kami berdua

“ahhhhhhhh………”teriak kami berdua
kami sama2 mendapatkan puncak kenikmatan

hari itu berakhir dengan janji ani kepadaku bahwa dia akan membuat gw menikmati tubuh indah nia

seminggu setelah janji ani kepadaku untuk dapat menikmati tubuh indah nia, hari minggunya ani mengajak gw jalan2, ani sekaligus mengajak nia
“hari yang tepat untuk menggenapi janji ani pada kakak”
“sabar ya kak, kakak akan dapat menikmati nia sore ini”
tapi jangan lupain ani ya” kata ani ketika dia menelpon

setelah janjian dengan ani dan nia, kami bertemu di kos gw, dari sana baru kami akan pergi jalan2, sekitar jam 10 siang, dua bidadari gw muncul, ani datang dengan pakaian paling seksi, rok mini, dengan tank top putih, sedangkan nia datang dengan pakaian yang biasa2 aja, kaos merah dengan motif hati, serta celana pendek yang sedikit ketat sehingga bokongnya yang montok tercetak jelas. setelah mereka tiba di kos gw ani tidak segan2 mencium gw dengan hotnya, ciuman tersebut diikuti dengan permainan lidah yang panas, dalam hati gw sadar, kayaknya ini adalah taktik yang dilancarkan oleh ani untuk membantuku untuk mendapatkan nia, dengan membuat nia terangsang melihat permainan kami, oleh karena itu gw melayani permainan ani juga dengan panasnya.

“ahhh….ohhh” desah kami berdua karena nafsu sudah mulai menjalar di tubuh kami.

melihat tingkah laku kami, nia cuma bisa melongo dengan mata yang terbuka lebar karena terkejut. ani melepaskan ciuman kami sambil berkata pada nia

“kak nia, kakak santai aja dulu ya, ani mau melepas kangen ma kakak dika karena km udah seminggu tidak bertemu, kak nia maen komputer dulu atau baca komik aja dulu” bohong ani. gw tau kalo ani bohong karena selama seminggu ini ani selalu datang ke kos gw untuk minta jatah sexnya

“ok deh ni, tapi gw ga nyangka kalo kamu yang biasanya kalem di sekolah, tapi bisa liar kalo ketemu ma kak dika”

“jelas liar kak, kak dika kan pacar ani, lagi pula ani sudah ngerasain gimana enaknya nge-sex, hehe” timpal ani seenaknya

“hah? jadi loe udah pernah?ma kak dika ya?

“iya kak, ya udah kakak istirahat dulu sana”
“ani mau ngelepas kangen”

singkat kata, gw menyalakan komputerku untuk nia, walaupun gw tau kalo itu tidak akan berguna nanti. ani langsung melepaskan semuanya bajunya, ternyata di balik bajunya ani tidak memakai pakaian dalam, gw dan nia yang melihat hal tersebut sama2 terkejut

“ani dari rumah emang udah ga pake ya? tanya gw
“iya kak, enak ga pake apa2 didalam, biar cepat nafsunya, lagi pula enak kak ga pake apa2, dingin,hehehe”

“emangnya km gw malu kalo diliat orang lain?lagi pula baju dan rok yang gampang terliat” tanya gw

“biarin diliat orang kak, ani senang kalo diliat orang lain, tapi yang boleh jamah n menikmatinya hanya kakak dika seorang”

“anak ini bisa jadi calon wanita exebisionis” batin gw

gw hanya bisa menghela nafas mendengar alasannya, tapi logika gw udah ga gitu jalan melihat pemandangan didepan gw dan masih ada gadis belia yang dapat gw nikmati sebentar lagi, entah kenapa gw merasa yakin dengan strategi yang dilancarkan oleh ani untuk membuat nia terangsang dan ikut menikmati permainan kami nantinya.

akhirnya kami mulai permainan kami dan benar saja, nia tidak meyentuh komputer yang kunyalakan untuknya, sepertinya dia penasaran dengan permainan kami.

gw dan ani memulai permainan kami dengan acara ciuman2 yang hot dan liar, ciuman ini tidak saja menaikan nafsu kami tapi juga menaikan nafsu nia yang tadi cuma bisa melihat, nia melihat ciuman kami berdua dengan muka yang merah padam.

tiba2 ani melepaskan ciuman gw, dan pada saat gw hendak protes karena gw menikmati ciuman yang panas ini ani bertanya pada nia

“kak nia sudah pernah ciuman belom?
“udah donk” balas nia cukup lama
kayaknya dia sedang melamunkan sesuatu
“pernah ciuman seperti ini ga” bales gw karena gw tau ini akan mengarah kemana
“errrrr…..be…..lom…. kak”
“sini kak, biar kak dika yang ngajarin”
“gak mau ah…malu gila”
gw dekatin nia sambil berkata ” untuk apa malu, yang disinikan cuma kita bertiga, ga ada yang akan ngelaporin koq tenang aja”
“tapi cuma ciuman aja ya”
gw tidak jawab langsung gw cium dengan mesra dan makin lama makin panas
“emmmm…….ssssstttttttt t” desah nia dibalik ciuman kami, nafsu yang tertimbun tadi sekarang keluar dengan lancar

ketika tangan gw bergerak menuju untuk mengelus buah dadanya, tiba2 ani datang memisahkan kami, hal ini dilakukan ani supaya gw ga bergerak terlalu jauh dan merusak rencana yang telah direncanakannya, kadang2 gw salut dengan cara berpikir ani, dia sudah dewasa secara logika.

“udah2, sekarang giliran gw” kata ani

sekilas gw melihat bagaimana ekpresi nia yang masih mau melanjutkan ciuman kami yang panas, gw melihat tanda2 nafsu yang ditunjukan oleh nia yaitu nafas yang memburu, dada yang naik turun, dan posisi paha yang mengapit memeknya tanda sudah gatal pingin digaruk. tapi gw berterima kasih pada ani karena menghentikan tangan gw yang hendak merasakan buah dada nia, karena hal ini akan merusak rencana kami berdua

kami melanjutkan permainan kami berdua dengan panas, gw menyentuh dada ani dan meremasnya dengan ganas, mencium puting ani yang sudah keras karena nafsu, buah dada ani menjadi padat karena nafsu ani sudah sampai diubun2

“kak dika………geli kak…..ta….piiii…..ennnnn aaaaak bannget”
“yang keras isepnya kak….cupang susu ani….”
“kak dika, memek ani gatel banget…”
“mau dijilat atau ditusuk sekarang ni?
“dijilat kak….ani sudah lama tidak merasakan jilatan lidah kakak”
tanpa lama2 gw langsung menidurkan ani di tempat tidur, dengan kepala ani menghadap nia, gw lakukan ini dengan harapan dia bisa melihat semuanya

“ouugghhhh….kak enak banget….jilat terus kak…jangan berhenti……kak nia sini donk kak”
tanpa canggung lagi nia mendekat,”a..da apa ni?tanya nia dengan suara gemetar karena nafsu yang sudah tidak tertahan lagi

“buka celananya kak…ani mau jilat memek kakak, kasihan kakak tidak ada yang nemenin….”

tanpa ada keraguan nia membuka celana pendeknya, dan tanpa disuruh dia juga membuka baju, bh dan cdnya

nia sudah dalam genggaman kami berdua, nafsu sudah menguasai nia. dan gw terkejut secepat ini kah nia dikuasai oleh nafsu, alasan mengapa ntar lain kali gw jelasin.

“gimana caranya ni?
“nia jongkong dimulut ani dengan memek nia dimulut ani, biar ani yang bekerja nanti”

penis ku sudah tidak tahan lagi, akhirnya gw berdiri dan mengarahkan penis gw didepan mulut nia, karena nia sudah tinggi nafsunya, bau precum yang keluar dari penisku malah membuat dia langsung menghisap penisku, masih canggung karena blom bisa, tapi nia tidak pernah menggunakan giginya tanpa diberitahu, anak ini seorang natural dalam urusan isap menghisap

“gilaaaaaa…..nikkkkmmmma t banget memek gw”erang nia karena dijilat oleh ani

“aniiiiii…….pipiss nihhhhhhhhh” teriak nia karena mendekati puncaknya
“arrrgggghhhhhhhhhhh…… .” teriak nia karena mendapatkan orgasmenya yang pertama

tanpa basa basi gw langsung menarik nia untuk tiduran dan mengarahkan penisku kearah memek nia, cukup sulit memasukannya karena memek nia yang masih perawan.tapi karena nia yang sudah memuncak nafsunya membuat memeknya basah dan sedikit terbuka sehingga hanya sebentar kemudian penis ku masuk sepenuhnya

“oooohhhhhh……….” erangku dan nia begitu penisku masuk sepenuhnya kedalam liang kenikmatan nia

gw sedikit terkejut karena tidak ada rasa sakit yang dirasakan oleh nia malah dia mengerang keenakan, jangan2 anak ini sudah tidak perawan lagi, karena penasaran gw mengeluarkan penis ku dan melihat kearah memek nia dan gw melihat darah yang keluar dari memek nia

“masih perawan koq, tapi koq ga sakit ya si nia? batinku binggung, akhirnya teori nafsu tinggi menjawab semua itu

karena nafsu gw yang sudah tinggi, pikiran tentang teori tersebut hanya berkelebat sebentar di benakku dan gw melanjutkan tugas gw untuk menikmati dan memuaskan nafsu nia

“ani, kamu jongkok dimulut nia, biar dia bisa belajar menjilat memek kamu”
ani menurut dan jongkok di mulut nia

dan gw mengenjot memek nia dengan sedikit liar karena nafsu gw yang sudah tidak terbendung lagi

“ahhhh….eggghhhhh…..ouuugg hhhhh” desah kami bertiga karena keenakan

“kak, ani mau pipis nih……lidah kak nia hebat banget, ga kalah dari lidah kak dika”

“arrrrrrggggggghhhhhhh……”e rang panjang ani karena orgasme
ga lama kemudian giliran nia yang orgasme
“kaaaaaakkkkk…..niiiiaaaaaaa aaa pipissssss” erang nia orgasme
“ennnaaaakkkkk…bangggget ttt kak dika”
ani dan nia sudah mencapai puncaknya sedangkan gw masih blom dapat, karena gw tidak ingin menguras tenaga nia terlalu banyak, gw memilih ani untuk mencapai orgasme gw

“ni… kak dika masukin ya”
“i…yyyyaaaa kak, ani blom puas”
setelah 10 menit mengenjot memek ani akhirnya gw menyudahi permainan ini dengan menembakan sperma gw ke dalam memek ani

hari minggu itu gw mendapatkan perawan baru yaitu nia dan menambah koleksi gadis belia ku yang akan memuakan nafsuku

satu hal yang gw ketahui dari ani, dia mandul, karena selama ini gw selalu mengeluarkan sperma gw kedalam memeknya, tapi dia tidak pernah hamil. gw tau ani yang mandul karena gw pernah menghamili seorang tante yang menjadikan gw sebagai gigolonya.karena penasaran gw mambawa ani ke dokter kenalan gw yang sama2 suka menikmati daun muda dan mendapat konfirmasi bahwa ani benar2 mandul dan gw dapat dengan tenang mengeluarkan sperma gw didalam memeknya kapan pun gw mau


READ MORE - Ani gadis beliaku part 2
Apakah aku seorang lesbian? Ah.. Ini pertanyaan yang tidak akan pernah bisa aku jawab. Pertanyaan ini timbul sejak aku masih duduk dibangku SMA kelas 3, dan berawal ketika aku bermain dirumah kawanku.. Renita.

Seorang Lesbiankah Aku ?
Waktu itu.. Aku dapat dikatakan sebagai salah satu primadona disekolahku, banyak teman-teman cowokku yang suka padaku.. Tetapi semua kutolak secara halus, bukan karena aku tidak tertarik.. Tetapi aku sudah mempunyai cowok.. Dan cowokku itu sudah kuliah disalah satu PT Negeri.

Dikelas aku duduk sebangku dengan Renita.. Ia berasal dari Jabar, kulitnya putih sama dengan aku, rambut panjang hitam, dengan bentuk tubuh proposional sama dengan aku.. Sekilas orang melihat.. Kami akan disangka kembaran.. Bedanya hanyalah.. Rambut dia belah samping.. Sementara aku pony, selain itu Renita orangnya ceria.. Sementara aku pendiam.

Hari itu.. Hari sabtu, sepulang sekolah kira-kira jam 13, Renita mengajakku untuk bermain dirumahnya.. Karena tidak ada acara.. Akupun menerima ajakan itu..

Dan ini bukan yang pertama kali aku bermain dirumahnya.. Karena sering juga aku dan teman-teman yang lain main kerumah Renita, tetapi hari ini hanya aku saja yang diajak oleh Renita. Rumah Renita termasuk mewah juga.. Maklum karena bapaknya direktur utama disalah satu perusahaan ternama. Setibanya dirumah Renita atau Reni.. Panggilan akrabnya, mengajakku langsung kekamar nya yang berada dilantai dua, memang kamar Reni cukup besar.. Ada meja belajar berikut rak buku, ada seperangkat stereo tape, TV, vCD, dan lantainya beralaskan karpet seluruh ruangan, tempat tidurnya.. Cukup besar.. Aku tidak tahu ukurannya berapa.. Tapi mungkin dapat dikatakan ukuran double bed.. Kali.

Tiba didalam kamar.. Tentunya setelah melepaskan sepatu diluar pintu, akupun langsung duduk diatas karpet..

“Ren.. Ada majalah baru enggak..?” tanyaku.
“Ah.. Belum beli sih” sahutnya.
“Kita karaoke aja yuk.. Mau enggak?” sambung Reni.
“Boleh-boleh aja” sahutku, memang akupun juga senang nyanyi karaoke.

Lalu Reni pun membongkar-bongkar koleksi vCDnya.. Sementara aku duduk bersila memperhatikan apa yang dilakukan Reni, tiba-tiba..

“Oh iya.. Nia.. Ada film bokep nih.. Mau lihat enggak?” serunya,
“Dapat darimana film itu Ren..?” tanyaku balik.
“Tadi pagi gue ambil dari kamar si tony”, sahutnya.. Tony adalah kakaknya Reni.
“Boleh juga deh..” sahutku.

Lalu Reni memuter film itu dan duduk diatas karpet disebelahku, kami sama-sama duduk bersila menghadap TV 21 inch.. Sembari menyender ke ranjang. Selama menonton film bokep itu.. Kami sering tertawa cekikikan.. Tidak tahu apa yang lucu.. Mungkin hanya untuk menetralkan suasana aja.. Karena jujur aku terangsang juga melihat adegan dalam film bokep itu.

Ketika ada adegan lesbian dalam film.. Kami berduapun jadi terdiam.. Dengan mata mengarah kelayar TV, ketika kulirik.. Ternyata Reni pun jadi serius melihat adegan demi adegan dalam film itu..

Aah.. Uhh.. Ahh..

Terdengar rintihan dari dalam TV.. Diam-diam aku pun mulai gelisah.. Entah kenapa aku menjadi sangat tertarik sekali melihat adegan lesbian itu.. Sebentar-bentar aku meluruskan kedua kakiku.. Lalu bersila lagi.. Sementara Reni pun juga tampak mulai gelisah.. kadang-kadang dia memiringkan badannya kesamping.. Dan ketika aku bersila lagi.. Tanpa sengaja lututku menyentuh lutut Reni.. Tetapi Reni diam saja.. Dari sudut mataku aku dapat melihat Reni semakin serius menontonnya.

Tiba-tiba.. Reni membetulkan letak duduknya dan bahu kamipun saling bersinggungan. Aku diam saja.. Tidak lama kemudian.. Reni menaruh tangannya diatas pahaku, aku sedikit tersentak kaget.. Aku melirik ke arah Reni.. Tampak dia masih tetap asyik menonton..

Aahh.. Uuh.. Ahh..

Terdengar rintihan dari TV.. Dan tampak adegan semakin syurr.. tiba-tiba aku merasa tangan Reni itu mulai sedikit demi sedikit bergerak meraba pahaku.. Jantungku segera berdetak keras.. Segera aku memegang tangan Reni itu.. Terasa dingin tangan Reni itu.. Mungkin karena AC didalam kamar itu cukup dingin.. Lalu aku melirik lagi ke arah Reni.. Dan dia pun melirik juga ke arahku.. Aku tersenyum.. Diapun ikut tersenyum.. Aku menoleh ke arah dia.. Diapun menoleh ke arahku.. Sehingga kami saling pandang

Perlahan-lahan.. Aku merasakan Reni semakin memajukan wajahnya ke arah wajahku, entah kenapa aku pun berbuat hal yang sama sehingga kening kamu saling bersentuhan. Aku dapat merasakan hembusan nafas Reni yang tidak teratur ke arah wajahku, dan mungkin Reni juga dapat merasakan hembusan nafasku.. Hingga.. Hidung kami saling bersentuhan.. Lalu tanpa sadar aku meremas tangan Reni.. Dan iapun tersenyum.. Akupun tersenyum juga.. tiba-tiba Reni mengecup bibirku.. Akupun membalas mengecup bibir Reni.. Dia mengecup sudut bibirku sebelah kiri.. Aku pun melakukan hal yang serupa.. Dia mengecup sudut bibirku yang kanan.. Aku pun membalasnya.. Lalu Reni tersenyum.. Akupun tersenyum.. Tiba-tiba Reni menjulurkan lidahnya menjilat bibirku.. Mendesir darahku.. Dan akupun membalasnya.. Hingga tidak tahu siapa yang memulai duluan.. Akhirnya kami saling berciuman.. Terasa lidah Reni memasuki mulutku.. Dan menari-nari menjilati dalam mulutku.. Akupun juga melakukan hal yang sama.. Dengan nafas memburu kedua bibir kami saling bertaut..

Ooh.. Ahh.. Uuhh..

Terdengar suara dari TV, kami pun berhenti berciuman.. Reni tersenyum padaku.. Akupun tersenyum juga..

“Kita gila yaa..” seru Reni.
“Memang..”sahutku.
“Baru kali ini aku mencium perempuan” tambahnya.
“Aku juga” sahutku.
“Enak enggak?” tanyanya.
“Mhmm.. Enak.. Kamu?”
“Enak..” jawabnya.

Lalu aku mengecup bibirnya.. Dan kami berciuman lagi.. Akupun bergerak untuk berlutut dan Renipun melakukan hal yang sama.. Kuisap lidah Reni.. Dan dia membalas mengisap lidahku.. Dengan bibir saling bertautan akupun berusaha berdiri.. Demikian juga Reni.. Hingga akhirnya kita berdua berdiri.. Dan Reni memelukku.. Akupun membalas memeluk Reni dengan erat.. Cukup lama.. Kami berpelukan dan berciuman ketika..

Ooh.. Yess.. Oohh.. Yeess..

Terdengar suara dari TV, kami pun segera menoleh ke arah TV.. Lalu saling berpandangan lagi.. Lalu aku mengajak Reni naik ke atas ranjang.. Dan diatas ranjang itu kita berpelukan lagi.. Segera bibir kita saling bertautan lagi.. Kusedot air liur Reni.. Dan dia membalas dengan hal yang serupa.. Kukulum lidah Reni dalam mulutku.. Dan gantian dia mengulum lidahku dalam mulutnya.. Kami pun semakin erat berpelukan.. Guling kesamping.. Balik lagi.. Dan seterusnya..

Hingga akhirnya tubuh Reni tepat berada diatas tubuhku.. Kemeja Reni dan rambutnya tampak acak-acakan.. Demikian juga dengan pakaianku dan rambutku..

“Nia.. Nggkk..” seru Reni.
“Kenapa Ren..?” sahutku.
“Kamu.. cantik” serunya.
“Kamu juga”
“Kamu cantik”
“Kamu juga”
“Aku suka” seru Reni.
“Aku juga” sahutku.

Lalu Reni menjulurkan lidahnya.. Akupun juga ikut menjulurkan lidah ku hingga bersentuhan.. Ooh.. Nikmatnya.. Kami saling menjilat lidah masing-masing, lalu aku membalikan tubuh Reni sehingga kini aku berada diatasnya.. Lalu aku bergerak kesamping.. Dan duduk berlutut disisi kanan Reni, ku lihat rok Reni sudah tersibak naik.. Hingga kelihatan CD nya yang berwarna putih itu.. Lalu aku meraba paha Reni.. Aahh.. Reni mendesis dengan mata setengah terpejam.. Tangankupun terus naik ke atas hingga menyentuh tepian CD Reni.. Tampak oleh ku CD Reni sudah basah.. Dan saat itu aku yakin CD ku juga sudah basah.

Lalu aku menyusupkan telunjukku kebalik CD Reni dan segera menyentuh bulu-bulu kemaluan Reni.. Reni rada sedikit mengelinjang.. Kugerak-gerakkan telunjuku itu hingga menyentuh kemaluan Reni.. Oohh.. Reni mengeliat.. Sembari merenggangkan kedua pahanya, segera aku merasakan cairan kental dari vagina Reni..

Tiba-tiba Reni mengerakkan tangan kanannya ke atas dan memegang payudara ku yang sebelah kiri.. Dan tanpa disuruh segera dia meremas-remas payudaraku itu.. Oohh.. Aahh.. Aku mendesah merasakan nikmat.. Ooh.. Ren.. Rintih ku sembari menciumi paha Reni.. Yang putih mulus itu, Reni mengeliat lagi.. Kujilati paha Reni hingga lidahku menyentuh CD nya..

Aahh.. Nngkk.. Ahh.. Rintih Reni..

Lalu satu persatu kancing kemeja ku dilepasnya akupun segera beralih.. Ikut melepas kancing kemeja Reni.. Setelah itu kita berdua melepas kemeja kami bersama-sama.. Lalu bra kami pun kami lepas.. Reni pun memandangi payudaraku.. Sembari tersenyum..

“Nia..” serunya
“Mhmm”
“Payudara kamu gede yaa”
“Kamu juga” sahutku sembari mengelus-elus payudara Reni, lalu aku menciumi payudara Reni..

Oohh.. Reni mengelinjang lagi.. Akupun lalu mengisap-isap kedua puting payudara Reni, Reni hanya mengeliat-ngeliat saja keenakan.. Oohh.. Niaa.. Oohh.. Rintih Reni, tiba-tiba Reni menarik tubuhku hingga aku menindih tubuhnya.. Oohh.. Terasa hangat payudara Reni ketika dada kami saling bersentuhan.. Kamipun saling tersenyum.

Lalu tangan Reni turun kebawah dan melorotkan rok seragam sekolahku.. Akupun segera membantunya.. Hingga rok ku telepas dan kulempar ke atas karpet, lalu aku melorotkan rok Reni dan melempar juga ke atas karpet.. Kini tampak tubuh mulus Reni yang berbaring dihadapanku.. Kuperhatikan dari unjung rambut sampai ujung kaki Reni..

“Nia..”
“Ngk..”
“Jangan gitu dong” seru Reni.
“Kenapa..” sahutku sembari tersenyum padanya.
“Aku kan malu..” sahutnya dengan muka rada cemberut.
“Aku juga” sahutku.

Lalu Reni menarik tubuhku.. Dan kembali kami saling berpelukan.. Rupanya kami berdua sudah mencapai puncak rangsangan.. Bepelukan.. Berciuman.. Berguling kesana kemari sembari berpelukan.. Oohh.. Nikmatnya

Kini aku berada pada posisi dibawah.. Dan tubuh Reni menindih tubuku.. Lalu ia menciumi leherku.. Ouuhh.. Geli.. Akupun mengelinjang.. Dengan mata setengah terpejam.. Terus Reni beralih kedadaku dan dengan ganas mulai menjilati kedua payudaraku.. Ooh.. Aaakkhh.. Oohh.. Renn.. Renn.. Desahku dengan tubuh mengelinjang keenakan.. Apalagi ketika Reni mulai mempermainkan puting payudaraku dengan ujung lidahnya..

Aahh.. Bergetar hebat tubuhku merasakan nikmat itu.. Lalu jilatan Reni makin kebawah.. Kebawah.. Dan berhenti dipuserku.. Dan segera lidahnya bermain diatas puserku. Ooh.. Aku kembali mengelinjang.. Tapi tidak hanya sampai disitu.. tiba-tiba Reni memegang tepian celana dalam ku dan melorotkan CD ku itu hingga terlepas.. Lalu tampak dia memperhatikan kemaluanku yang terpampang di depan wajah nya.. Dielus-elusnya bulu2 kemaluanku yang masih sedikit itu.

Jantungku berdetak keras.. Aku merasa tegang.. Menunggu apa kira-kira yang akan dilakukan Reni.. Aaahh.. Desisku ketika Reni membenamkan wajahnya diselangkangku.. Oohh Renn.. Rennii.. Jeritku kecil ketika Reni mulai menjilati bibir vaginaku.. Nggkk.. Aakk.. Tubuhku mengelinjang hebat ketika lidah Reni mulai mempermainkan clitoris ku.. Kurapatkan kedua pahaku menjepit kepala Reni.. Tapi Reni tidak peduli.. Ia tampak asyik menjilati vaginaku.. Aku benar-benar merasa terbang.. Kedua tanganku hanya bisa meremas-remas sarung bantal.

Aku benar-benar merasakan nikmat luar biasa.. Baru kali ini aku merasakan dioral.. Nikmat sekali, dan akhirnya aku tidak bisa menahan nya lagi.. Sapuan lidah Reni pada vaginaku.. benar-benar membuat aku kelabakan.. Dan akhirnya aakk.. Ooh.. Reni.. Renii.. Aaakk.. Aku mengerang panjang dengan tubuh bergetar.. Kupegang kepala Reni dan kutekan kepala Reni hingga wajahnya terbenam diselangkanganku, rupanya aku telah mencapai klimaks.. Dan Reni terus saja menjilati cairan yang keluar dari vaginaku.. Oohh..

“Reni.. Ren..” seru ku dengan nafas masih memburu.
“Kenapa Nia..” jawabnya sembari tersenym padaku.
“Kamu.. Nakal ren”
“Kamu juga”
“Kamu..”
“Kamu juga”

Lalu aku menarik Reni ke atas tubuhku.. Dan wajahnya kini tepat dihadapan wajahku.. Tercium bau aroma kemaluanku dari mulut Reni.. Aku tersenyum.. Dan dia juga tersenyum.

“Gila Ren.. Aku belum pernah merasakan begini” seruku.
“Enak?”
“Enak.. Ren.. Enak” sahutku dengan nafas masih memburu.

Lalu kucium bibir Reni itu.. Dan dia membalas ciumanku itu.. Kupeluk tubuhnya dengan erat.. Dan kubalikkan tubuhnya hingga kini aku berada diatasnya..

“Gantian yaa.. Ren” seruku.
“Kamu mau..?” serunya.
“Mau..” jawabku.
“Benar?” tanyanya.
“Benar..” jawabku.
“Enggak jijik” tanyanya.
“Nggak” sahutku dengan tersenyum.

Padahal akupun tidak tahu apakah aku bisa.. Tapi rasanya kurang sempurna kalau aku belum memuaskan Reni.. Dan ini spontan aku lakukan. Lalu kupegang kedua tangan Reni.. Dan kupentangkan kedua tangan Reni kesamping.. Lalu aku mulai menciumi lehernya. Oooh.. Reni mengeliat keenakan.. Kuciumi.. Kujilati leher Reni.. Terus turun kedada.. Dan akhirnya ujung lidah ku bermain diatas puting payudara Reni.. Kulirik Reni.. Tampak dia memejamkan matanya.. Dan nafasnya juga mulai memburu..

Akupun terus menjilati dada Reni.. Terus kebawah.. Kebawah hingga kebagian pusernya.. Kujilati puser Reni itu.. Terasa beberapa kali tubuh Reni terhentak.. Ooh.. Niaa.. Aahh.. Desahnya, lalu aku beralih kebawah puser nya.. Tampak bulu-bulu kemaluan Reni yang masih jarang itu.. Dan bentuk kemaluannya.. Ouuhh.. Indahnya

Kujilati bibir kemaluan Reni.. Aaahh.. Reni mendesah. Terasa asin.. Tapi aku tidak peduli.. Kujilati terus.. Kupermainkan clitorisnya dengan ujung lidahku.. Ooh.. Nia.. Oohh.. Ampunn.. Ampunn.. Erang Reni dengan tubuh mengelinjang.. Mendengar erang Reni itu, aku tambah bernapsu.. Kujilati lagi belahan vagina Reni.. Yang masih virgin itu.. Dan hal ini membuat tubuh Reni tersentak-sentak.. Niaa.. Ampunn.. Nia.. Ampunn.. Erang nya.. Kedua tangannya segera mengacak-ngacak rambutku diremas-remasnya kepalaku.. Dan dicambak-cambaknya rambut ku.. Tapi aku menikmati.. Kusedot clitoris Reni.

Dan.. Aaakk.. Niaa.. Niaa.. Nggkk.. Reni mengerang panjang dengan tubuh mengejang.. Segera kedua pahanya menjepit kepalaku.. Dan seketika aku merasakan vagina Reni semakin basah.. Rupanya Reni telah mencapai klimaks.. Kujilati cairan itu.. Asin.. Tapi nikmat..

“Nia.. Niaa.. sudah Nia.. sudah..” seru Reni memelas.

Akupun tersenyum.. Lalu ia menarik tubuhku ke atas lagi dan dengan penuh gairan.. Dilumatnya bibirku.. Aku juga membalas melumat bibirnya.. Akhirnya kami berdua terbaring lemas bersebelahan.. Setelah beristirahat sejenak..

“Nia..” seru Reni.
“Mmhm..”
“Kamu nakal”
“Kamu juga”
“Kita sama-sama gila yaa” serunya.
“Sama-sama nakal” sahutku.
Lalu Reni menoleh padaku dan tersenyum.. “Kita mandi yuk”
Serunya, “Yuk..” lalu kami berdua bangun.. Tampak di TV sudah tidak ada gambar apa-apa lagi..

Kami mandi bersama.. Sembari becanda dan tertawa cekikikan.. Saling menyabuni dan saling iseng mencolek-colek.. Entah payudara entah keselangkangan..

Seusai mandi.. Ketika aku sedang mengeringkan rambutku dengan handuk.. tiba-tiba HP ku berbunyi..

“Halo.. Nia” terdengar suara cowokku.
“Halo sayank..” jawabku.
“Gimana nanti malam jadi enggak kita nonton?” serunya.

Akupun terdiam.. Kulihat Reni yang masih telanjang itu memandang ke arahku dengan penuh harap.

“Jangan nanti malam yaa” seruku.
“Loh kenapa..?” protes cowokku.
“Aku sekarang nginap dirumah Reni” seruku.

Tiba-tiba Reni menghampiriku dan merebut HP ku..”Hallo Mas” Serunya.. “Iya.. Nanti malam Nia nginap disini.. Boleh kan” serunya, aku hanya tersenyum saja memperhatikan itu. Lalu Reni menyerahkan HP ku itu kembali.

“Hallo..” seruku.
“Hallo.. Yaa.. sudah enggak apa-apa tapi besok siang aku jemput kamu yaa..” seru cowokku.

Setelah aku menutup telphon, Reni segera memelukku dan aku membalas pelukannya.. Oohh.. Indahnya.

Malam itu aku menginap dirumah Reni, kita makan malam bersama keluarga Reni.. Dan aku dipinjamkan daster oleh Reni. Dan malamnya sebelum tidur.. Kami meneruskan permainan sex kami, bahkan kami meniru beberapa adegan dalam film bokep yang kami tonton bersama.. Nikmat sekali.. Hingga akhirnya kami mencapai kepuasaan lagi, kelelahan dan tertidur sama-sama telanjang.. Dan saling berpelukan dibawah selimut.

Sejak kejadian itu.. Kami semakin akrab.. Di sekolah kami selalu bersama-sama.. Dan kami sering tidur bersama.. Entah dirumah Reni atau dirumahku.

Cowokku..? Ah.. Dia tidak mengetahui hubunganku dengan Reni.. Sampai sekarang.

Akhirnya akupun harus berpisah dengan Reni.. Dia disekolahkan oleh orang tuanya ke Jerman.. Sementara aku meneruskan kuliah disini.. Sampai saat aku menulis cerita ini.. Kami masih saling berhubungan surat.. Bukan itu saja.. Seminggu minimal 2x kami berkomunikasi via chating.. Tentu saja dengan voice dan webcam.. Sehingga kami bisa saling melepas rindu.. Oh.. Reniku.. Renitaku..

Apakah aku seorang lesbian??
READ MORE - Seorang Lesbiankah Aku ?
Cerita dewasa ini tentang keinginanku untuk menggagahi wasti anak pembantuku yang sangat montok, kejadian pertama bisa dikatakan gagal namun aku tidak menyerah karena kasihan “adik kecil” ku meronta-meronta ingin keluar dan masuk kedalam gua kenikmatan wasti. Simak kisah cerita dewasa berikut ini.


Saat ini aku kuliah di kotaBandung, di situ aku menyewa sebuah rumah kecil dengan perabot lengkap dan untuk pengawasannya aku dititipkan kepada Oom Rony, sepupu ayahku yang juga pemilik rumah untuk memperhatikan segala kebutuhanku. Oom Rony adalah seorang pejabat perbankan di kota kembang ini dan dia kuanggap sebagai wali orang tuaku. Sekalipun aku sadar ketampanan dan segala kelebihanku digila-gilai banyak perempuan, namun aku masih belum mencari pacar tetap. Untuk menyalurkan hobby isengku saat sekarang ini aku lebih senang dengan cewek-cewek yang berstatus freelance atau cewek bayaran yang kunilai tidak akan membawa tuntutan apa-apa di belakang hari. Begitulah, pada tahun keempat masa kuliahku secara kebetulan aku mendapat seorang teman yang cocok dengan seleraku. Seorang gadis berstatus pembantu rumah tangga keluargaku tapi penampilannya cantik berkesan gadis kota. Jadinya konyol, di luaran aku terkenal sebagai pemuda mahalan kelas atas tapi tanpa ada yang tahu justru partner tetap untuk ber-”iseng”-ku sendiri adalah seorang gadis kampung yang status sosialnya jauh di bawahku.

Sriwasti nama asli si cantik anak bekas pembantu rumah tangga orangtuaku, tapi lebih akrab dipanggil dengan Wasti. Sewaktu mula-mula hadir di tempatku ini dia memang meringankan aku tapi juga membuat aku jadi panas dingin berada di dekatnya. Pasalnya dulu aku pernah punya skandal hampir menggagahi dia sehingga dengan kembalinya dia kali ini dalam status istri orang tapi tinggal kesepian ini tentunya menggali lagi gairah rangsanganku kepadanya. Usianya 3 tahun lebih muda dariku, dia dulu dibiayai sekolahnya oleh orangtuaku dan ketika tamat SMA dia pernah beberapa bulan bekerja membantu-bantu di rumahku sambil berusaha masuk Akademi Perawat. Sayang dia gagal dan kemudian pulang kampung lagi untuk menerima lamaran seorang pemuda di tempat asalnya itu.

Waktu masih di rumah orangtuaku itulah aku yang tertarik kecantikannya, kalau pulang dari Bandung sering iseng menggoda dia, suatu kali sempat kelewatan nyaris merenggut kegadisannya. Sebab di suatu kesempatan Wasti yang memang kutahu menaruh hati padaku sudah pasrah kugeluti dalam keadaan bugil hanya saja karena aku masih tidak tega dan juga masih takut sehingga urung aku menodai dia. Kuingat waktu itu secara iseng-iseng aku sengaja ingin menguji kesediaannya yaitu ketika ada kesempatan dia kuajak ke dalam kamarku. Beralasan meminta dia memijati aku tapi sambil begitu kugerayangi dia di bagian-bagian sensitifnya. Ternyata dia diam saja tidak berusaha untuk menolakku, sehingga aku meningkat lebih terang-terangan lagi. Susunya memang menggiurkan dengan bentuknya yang membulat kenyal tapi aku masih mengincar lebih ke bawah lagi. “Was gimana kalau kamu buka dulu celana dalammu, Mas Dony pengen gosok-gosokin yang enak di punyamu,” bujukku dengan tangan sudah meraba-raba di selangkangannya.

Wasti tersipu-sipu dengan gugup ragu-ragu, meskipun begitu menurut saja dia untuk membuka celana dalamnya yang kumaksudkan itu.

“Ta.. tapi.. nggak apa-apa ya Mass..?” kali ini terdengar nada tanya kuatirnya.
Aku yang memang cuma sekedar menguji segera menenangkan dia.
“Oo tenang aja, nggak Mas masukin inimu cuma sekedar ditempel-tempelin aja kok..” jawabku sambil juga menurunkan celana dalamku memamerkan batangku yang sudah setengah tegang terangsang.

Kuambil tangannya dan meletakkan di batang kemaluanku meminta dia memainkan batang itu dengan genggaman melocok, ini diikuti Wasti mulanya dengan wajah kikuk malu tapi toh dia mulai terbiasa juga. Nampak tidak ada tanda-tanda risih karena baru kali ini dia melihat batang telanjang seorang laki-laki. Layap-layap keenakan oleh kocokannya sambil begitu sebelah tanganku juga ikut meremasi susu bergantian dengan bermain di liang kemaluannya. Lama-lama terasa menuntut, kuminta Wasti merubah posisi bertukar tempat, dia yang berbaring setengah duduk tersandar di kepala tempat tidur, dari situ aku pun masuk duduk berlutut di tengah selangkangannya.

Dalam kedudukan ini tangan Wasti bisa mencapai batanganku dan melocoknya tepat di atas liang kemaluannya sementara kedua tanganku yang bebas bisa bermain dari kedua susu sampai ke liang kemaluannya. Lagi-lagi Wasti memperlihatkan air muka khawatir karena dikira aku sudah akan menyetubuhinya tapi kembali kutenangkan dan menyuruh dia terus melocok dengan hanya menggesek-gesek ujung kepala batang kemaluan di celah menguak liang kemaluan berikut klitorisnya.

Cukup terasa enak buatku meskipun memang penasaran untuk berlanjut lebih jauh, tapi begitupun aku bisa menahan emosiku sampai kemudian locokannya berhasil membuatku berejakulasi. Menyembur-nyembur maniku tumpah di celah liang kemaluannya yang terkuak mengangkang, tapi sengaja kutahan tidak kutusukkan di lubang itu.

“Huffhh pinterr kamu Was.. besok-besok bikinin lagi kayak gini ya?” kataku memberi pujian ketika permainan usai. Wasti mengangguk malu-malu bangga dan sejak itu setiap ada kesempatan aku ingin beriseng, dia yang kuajak dan kugeluti sekedar menyalurkan tuntutanku. Memang, sampai dengan saat itu aku masih bertahan untuk tidak mengambil keperawanannya karena masih terpikir status kami yang berbeda. Aku majikan dan dia pembantu, padahal dalam segalanya Wasti betul-betul seorang gadis yang mulus kecantikannya.

Dibandingkan dengan wanita-wanita cantik yang kukenal belakangan, Wasti pun tidak kalah indahnya. Tapi itulah yang namanya pertimbangan status padahal akhirnya aku toh bertemu lagi dan membuat hubungan yang lebih jauh dengannya.

Di kampungnya Wasti dinikahi Ardi seorang pemuda tetangganya, dia sempat beberapa bulan hidup bersama tapi ketika Ardi yang lulusan Akademi Teknik, minta ijin selama setahun karena mendapat pekerjaan sebagai TKI di suatu negara Arab, Wasti praktis hidup sebagai janda sendirian.

Begitu, untuk mengisi waktunya dia juga meminta ijin agar bisa mencari pekerjaan tambahan dan dia pun teringat kepadaku karena aku memang pernah menjanjikan hal itu kalau dia ingin mendapat tambahan pencaharian. Ardi setuju karena aku sudah bukan asing bagi mereka, maka sesaat sebelum Ardi berangkat ke Arab dia ikut mengantar Wasti meminta pekerjaan padaku.

Kedatangan Wasti untuk menawarkan tenaganya tentu saja tidak bisa kutolak tapi untuk tinggal bersama di rumah sewaanku jelas akan mengundang kecurigaan orang, dia pun kutawarkan tinggal sambil bekerja di sebuah tempat usahaku. Kebetulan aku memang mengusahakan sebuah Panti Pijat yang sebetulnya dimodali Oom Rony, sehingga kehadiran Wasti bisa membantu mewakili aku sebagai orang kepercayaanku dalam mengawasi tempat pijat itu. Wasti langsung setuju tapi waktu suaminya sudah berangkat meninggalkan dia barulah dia berkomentar bingung soal pekerjaan itu.

“Tapi.., aku bener nggak disuruh kerja mijet Mas?” katanya agak keberatan dengan tugas yang belum dimengertinya itu.

“Ya enggak dong, kamu di sana Mas kasih tugas utama sebagai pengawas tempat itu. Kalau soal mau belajar mijet sih boleh-boleh aja, malah bagus supaya Mas bisa kebagian rasanya juga,” kataku sambil tersenyum menggoda.
“Ngg.. gitu nanti ada yang ngajakin tidur aku, gimana Mas..?”
“Boleh, tapi minta ijin Mas dulu. Yang jelas Mas dulu yang pakai baru boleh dikasih yang lain,” kataku tambah menggoda lebih jauh.

Di sini Wasti langsung mesem malu-malu, tapi begitupun senang dengan tawaranku untuk mewakili aku mengawasi usaha tempat pijatku. Dia kuberi kamar di rumah yang kukontrak untuk usaha pijat itu tapi secara rutin seminggu dua kali dia datang membantu membersihkan rumahku dan mengambil baju-baju kotorku untuk dicucikannya.

Begitulah dengan adanya Wasti yang seolah-olah membawa keberuntungan bagiku, usahaku pun semakin bertambah ramai. Apalagi dia yang semula hanya bertindak sebagai tuan rumah setelah mulai belajar teknik memijat dan mulai mempraktekkan kepada tamunya, semakin banyak saja mereka yang datang mem-booking Wasti. Antri para tamu itu hadir dengan niat ingin mencicipi asyiknya pijatan sambil tentunya berusaha merayu agar bisa menikmati lebih dari sekedar pijatan si manis Wasti ini. Tetapi mereka belum sampai ke situ karena di bulan kedua kehadiran Wasti baru kepadakulah yang paling dekat dengannya saat ini, dia memberikan keistimewaannya.

Karena sudah pernah ada hubungan sebelumnya maka mudah saja bagiku untuk membuat kelanjutan intim dengannya, cuma saja setelah beberapa lama baru terpikir olehku untuk mencicipi dia. Waktu itu aku terserang muntaber dan sempat seminggu aku terbaring di rumah sakit dengan ditunggui bergantian oleh Wasti dan Indri kakak perempuanku yang sengaja datang dari Jakarta untuk mengurusi sampai dengan kesembuhanku.

Keluar dari rumah sakit dan setelah melihat aku sudah mendekati pulih kesembuhanku, Indri pun kembali lagi ke Jakarta dengan meninggalkan pesan pada Wasti untuk tetap mengurusi sampai aku betul-betul sembuh. Lewat lagi dua hari tenagaku kembali pulih seperti semula tapi seiring dengan itu mulai timbul lagi tuntutan kejantananku dan kali ini aku berencana akan menyalurkannya pada Wasti sebagai sasaranku yang paling dekat denganku saat itu. Ini karena aku selama dirawat olehnya merasa lebih akrab perasaanku dan berhutang budi sekali padanya.

“Tau nggak Was? Apa yang pertama-tama mau Mas bikin kalau udah sembuh bener dari sakit ini?” tanyaku mengajak dia ngobrol menjelang kesembuhanku.
“Apa tuh kira-kira Mas?”
“Mas kepengen begini..” kataku sambil memberi tanda ibu jari dijepit telunjuk dan jari tengahku.
Wasti langsung ketawa geli mendengarnya.
“Hik, hik, hik.. Mas Dony yang dipikir kok itu dulu. Emang puasa berapa hari ini udah kepengen banget sih?”
“Justru itu, kepingin sih jangan bilang lagi tapi coba tebak siapa nanti yang bakal Mas ajak tidur?”
“Hmm siapa ya? Mas sih banyak ceweknya mana Wasti tau siapa orangnya?”
“Orangnya ya kamu Was.”
“Ngg kok malah aku, kan masih banyak yang cakep lainnya Mas..” Wasti kontan tersipu-sipu malu seolah tidak percaya denganku.
“Yang Mas pilih emang kamu kok, sementara jangan dulu dikasih ke yang lainnya ya!” kataku sambil menarik dia mendekat kepadaku.
“Kasih siapa Mas, kan katanya harus ijin Mas dulu?”
“Makanya itu nanti Mas yang pakai dulu. Kasih Mas ya?”
Kali ini kususupkan tanganku ke selangkangannya mengusap-usap bukit kemaluannya dan diterima Wasti dengan mengangguk sambil menggigit bibir malu-malu.

Dia sudah bersedia dan ketika tiba saatnya, aku sengaja mengajaknya keluar menginap di hotel karena aku ingin betul-betul bebas berdua dengan dia. Maklum di rumah sewaanku masih kukhawatirkan Indri ataupun keluargaku dari Jakarta akan muncul sewaktu-waktu sehingga tidak terlalu aman rasanya. Segera aku pun bersiap-siap dan membuka lemari untuk mengambil uang tapi ide nyentrikku mendadak timbul ketika terpandang sweaterku yang tergantung di situ. Kuminta dia memakai sweater itu tapi tanpa mengenakan apa-apa lagi di balik itu, ini memang diturutinya tapi sambil meringis geli ketika sudah naik ke mobil duduk di sebelahku.

“Mas ini ada-ada aja, masak aku cuma disuruh pakai kayak gini sih?”
“Kamu biar cuma pakai gini tetep keliatan manis kok Was,” kataku membesarkan hatinya.
“Tapi kan lucu Mas, di atasnya anget tapi di bawahnya bisa masuk angin..”
“Maksud Mas Donny begini supaya pemanasannya bikin cepet tambah kepengennya. Sambil nyupir gampang megang-megangin kamu..” jelasku dengan menjulurkan tangan ke selangkangannya sudah langsung merabai liang kemaluan telanjangnya.

Wasti tersipu-sipu tapi toh menurut juga ketika aku meminta dia menaikkan kedua kakinya ke atas jok sehingga liang kemaluannya lebih terkangkang lebar, lebih leluasa tanganku bermain di situ. Dia dari sejak dulu memang tidak pernah membantah apapun permintaanku. Mengusap-usap bukit yang cuma sedikit ditumbuhi bulu-bulu kemaluannya serta meremas-remas pipi menggembung dari bagian kewanitaannya yang menggiurkan ini, terasa kenyal daging mudanya itu. Dipermainkan begitu tangannya otomatis terjulur ke kemaluanku membalas memegang seperti dulu ketika dia masih sering bermain-main dengan milikku, tapi cuma sebentar karena segera dicabut lagi.

“Lho kenapa nggak diterusin?”
“Nggak ah, nanti keburu muncrat duluan. Mas kan udah puasa beberapa hari pasti sekarang udah kentel susunya, kan sayang kalau keburu tumpah di luar nanti Wasti nggak kebagian.”
“Lho kan dipanasin dulu botolnya nggak apa-apa. Siapa tau kelewat kentel malah nggak mau netes airnya nanti?”
“Masak nggak mau keluar Mas?”
“Oh iya lupa, kalau diperes-peres pakai lubang sempit ini memang pasti keluar sih. Tapi sambil dikocokin yang enak nanti ya?”

Rangsangan selama perjalanan sudah mulai memanaskan gairah birahi kami, ketika tiba di hotel kelanjutannya semakin membara lagi. Di hotel yang kupilih, Wasti sudah kusuruh masuk ke kamar duluan sementara aku masih menutup pintu mobil sebelum kususul dia di situ. Kubuka sekalian bajuku hingga telanjang bulat sementara dia masih berlutut di sofa yang menempel dekat jendela, pura-pura memandang ke luar mengintip lewat gordyn jendela. Segera aku merapat dari belakangnya langsung membuka sweater satu-satunya penutup tubuhnya, begitu sama telanjang bulat kupeluk dia merapatkan punggungnya ke dadaku dan mulai mengecupi lembut lehernya dengan diikuti kedua tanganku bermain masing-masing meremasi susu dan bukit kemaluannya.

“Maass.. botolnya kerasa udah keras bener..” katanya mengomentari kemaluanku yang sudah mengencang menempel di atas pantatnya.
“Iya, udah ngerti dia sebentar lagi bakal ditumpahin isinya ke lobang ini,” jawabku singkat.

Kupondong dia dan membaringkan di atas tempat tidur langsung kudekap dan mencumbui dengan kecupan-kecupan seputar wajahnya dan usapan-usapan tangan di sekujur tubuhnya. Kenangan lama terungkit, gemas-gemas sayang rasanya dengan tubuhnya yang mulus lagi cantik ini. Ingin kulampiaskan emosi nafsuku tapi seperti takut dia kesakitan oleh tenagaku, jadinya setengah keras setengah tertahan serbuanku. Remasan tangan kuganti saja dengan permainan mulutku, tanpa menghentikan kecupanku yang mulai kujalari menurun ke leher menuju ke buah dadanya. Wasti selain mulus bersih juga tidak berbau keringatnya sehingga enak untuk kucium-ciumi dan kujilat-jilati.

Tiba di bagian susunya, kedua bukit daging yang putih membulat bagus lagi kenyal ini segera kukecap dengan mengisap berganti-ganti masing-masing pentilnya. Mengenyoti bagian puncaknya, kungangakan lebar-lebar mulutku serasa ingin memasukkan banyak-banyak daging menonjol itu agar dapat kusedot sepuas-puasnya. Di dalam mulutku lidahku berputaran menjilati pentilnya, menggigit-gigit kecil membuat dia mengerang dalam geli-geli senang.

“Ssh ahngg.. geli Mass..” suaranya merengek manja membuat aku semakin gemas bergairah. Air mukanya mulai merah terangsang karena sambil begitu aku juga menambahi dengan mempermainkan liang kemaluannya. Menggosok-gosok klitorisnya dan mulai mencucukkan satu jariku mengoreki bagian mulut lubangnya. Ada satu yang istimewa dan menyenangkatu yang istimewa dan menyenangkitu dia mempunyai klitoris jenis besar yang jarang kujumpai pada kebanyakan kemaluan-kemaluan perempuan. Aku sudah lama mengenal bagian ini tapi masih juga seperti penasaran membawa aku merosot ke bawah untuk memperhatikannya lebih jelas.

“Ihh.. Mas ini mau ngeliat apa sih..?”
Wasti rupanya kikuk malu dengan perobahan mendadakku. Tangannya bergerak ingin menutup bagian itu tapi cepat kusingkirkan.
“Kok mau ditutup sih, kan Mas kangen pengen ngeliat itil gedemu kayak dulu Was?”
“Hngg.. punyakku jelek kok mau-maunya diliat sih Mas..?”
“Kamu keliru, justru yang begini disenengin orang laki soalnya jarang ada..”
“Aaah Mas Dony menghibur ajaa. Apanya disenengin, jadi ketawaan malah..”
“Lho Mas sendiri udah keliling banyak cewek belum pernah dapet yang gini. Udah denger cerita dari orang-orang baru Mas penasaran lagi sama kamu Was..”
“Ngg abiiss Mas nggak dulu-dulu ngambilnya.. Sekarang udah keburu diambil Kang Ardi duluan baru Mas minta, kan Wasti nggak tega ngasihnya kalau udah bekas-bekas Mas..” timpal Wasti dengan air muka membayangkan kecewa.

Melihat ini buru-buru aku menghibur.
“Tapi nggak apa, biarpun gitu Mas Dony juga tetep seneng sama kamu kok. Sini Mas bikinin buat kamu.”

Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menunduk dan menyosorkan mulutku di celah itu. “Adduh Mass, Wasti nggak mau gitu..!” Kaget dia, ingin mencegah tapi kedua tangannya sudah lebih dulu kupegangi masing-masing tanganku. Sesaat dia membelalak seolah tidak percaya aku mau bermain begini dengannya tapi sebentar kemudian terhempas kepalanya mendongak dengan dada membusung kejang ketika tersengat geli kelentitnya kujilat dan kugigit-gigit kecil.

Sebentar kubiarkan dia tenggelam dalam nafsu berahinya sampai terasa cukup baru kulepas permainan mulutku. Karena sudah lebih dulu kuhisap kemaluannya maka ketika aku meminta dia sekarang menghisap batang kemaluanku langsung diikutinya dengan senang hati.

“Nggak usah lama-lama Was, kasih ludah aja biar Mas masukin sekarang..” kataku untuk tidak berlarut-larut dulu dalam permainan pembukaan ini. Wasti cepat mengikuti permintaanku dan sebentar kemudian dengan bantuan tangannya aku sudah menyusupkan batang kemaluanku masuk di liang kemaluannya. Begitu terendam kutahan dulu untuk menurunkan tubuhku menghimpit mendekapnya, mengawali dengan kecupan mesra di bibirnya untuk mengembalikan rangsang nafsunya yang sempat menurun oleh suasana tegang sewaktu menyambut batangku. Memang baru pertama kali buat dia tapi terasa ada kerinduan yang dalam baginya sehingga terasa hangat sambutannya.

Nikmatnya jepitan liang kemaluan mulai terasa meresap, maklum, biasanya belum sampai 4 hari saja aku pasti sudah ngeluyur untuk mencari partner isengku. Dengan sendirinya senggama penyalur kerinduanku saat ini ingin kurasakan dengan senikmat-nikmatnya tanpa perlu terburu-buru. Kebetulan lagi partnerku ini termasuk barang baru yang muda lagi menggiurkan, jadi harus kuresapi asyiknya detik demi detik agar betul-betul mendapatkan kepuasan penyaluran yang maksimum.

Setelah merasa cukup meresap asyiknya rendaman batang kemaluan dalam hangat liang kemaluannya, aku pun mulai memainkan batangku memompa pelan-pelan mencari nikmatnya gesekan batang.

“Ssshh Waas.. enak sekali memekmu.. sempitt rasanyaa..” Baru dua-tiga gesekan saja aku sudah gemetar memuji rasa yang kuterima. Mukaku jadi tegang serius saking asyik diresap nikmat, bertatapan sayu dengan matanya yang sama mesra namun tergambar sinar senang dan bangga di situ.

Makin kupompa makin meluap nikmatnya apalagi Wasti mulai menambahi dengan memainkan liang kemaluannya mengocok lewat putaran pinggulnya.

“Adduu Waass.. pinterr kammu ngocokknyaa.. tapi Mas kepengenn cepet keluarr diginiinn.. ssh mm..”

Sudah terbata-bata suara gemetarku bukan asal memuji tapi memang cepat saja aku dibuat tidak tahan oleh bantuan putaran kemaluannya. Kepala batangankan kemaluannya. Kepala batangankukkan cairan mani terkumpul di situ tinggal menunggu waktu untuk disemburkan saja. Segera Wasti kudekap lagi dengan sebelah lengan di lehernya sedang sebelah lagi menahan pantatnya, aku pun mengganti gerakan tidak lagi menggesek tapi memutar batanganku dan menekan dalam-dalam sambil mengajak dia bercium melumat hangat. Wasti menyambut ajakanku dengan balas mendekap, kedua kakinya naik membelit pinggangku erat-erat.

Seperti mengerti kalau batang kemaluanku sudah dikorek dalam-dalam berarti aku ingin mengajak dia berorgasme bersama-sama. Dia pun tidak menahan-nahan lagi.

“Ayyo Wass.. Mass keluarinn yaa..?”
“Iyya, iyaa Mas.. sama-sama..”
“Hhaaghh..! dduhhss.. adduhh Wass.. Mass kelluarr.. sshhgh.. ahhgh.. hghh.. aah .. aahshg duuh.. hoh.. hngg hmm..”

Baru saja ajakan berorgasmeku disahut Wasti aku pun sudah meledak mengaduh tiba di puncak kepuasanku. Bukan main! semprotan cairan maniku serasa dahsyat menyembur-nyembur, menumpahkan seluruh kerinduanku sepertinya panjang dan lama sekali diperas-peras oleh pijatan kemaluannya sampai dengan tetesan yang terakhir.

Aku sendiri tidak memperhatikan lagi bagaimana partnerku ini ikut berorgasme karena bola mataku sudah terbalik saking nikmatnya aku berejakulasi. Luar biasa, jujur kukatakan bahwa inilah saat orgasme yang paling enak sejak aku mulai bisa bersetubuh dengan perempuan. Kerinduan birahi nafsuku yang tertunda cukup lama menurut ukuranku ini betul-betul mendapatkan penyalurannya yang memuaskan sekali.

Begitu puasnya sehingga ketika tubuhku melemas Wasti masih tetap kupeluki dan kukecupi bertubi-tubi seputar wajahnya diikuti pujian tanda senangku.

“Minn, Was.. kamu kok enak skali sih.. Mas Dony rasanya puas bener numpahin kepengennya sama kamu..”
“Enak nggak main sama Wasti, Mas?” masih dia bertanya manja namun dengan nada bangga di situ.
“Hmmsshh eenaak bener deh.. Ini ibarat lagi laper-lapernya dikasih kue enak langsung pas bener kenyangnya.”

Wasti tertawa senang.
“Wasti sendiri juga puas Mas diminumin susu kentelnya Mas Dony..” katanya sambil membalas mengecupi bibirku.

Berlanjut lebih jauh tentang Wasti, ada suatu pengalaman Wasti yang ingin kuceritakan di sini sejak dia bekerja di panti pijatku, yaitu tentang keintimannya dengan Oom Rony.

Oom Rony memang doyan dipijat tapi merasakan dipijat seorang perempuan muda dia tidak pernah karena maklum dia takut dicurigai orang kalau pergi ke panti-panti pijat, selain itu Tante Yosi istrinya galak dan ketat mengawasinya. Maka ketika suatu kali dia kubawa ke sebuah panti pijat secara sembunyi-sembunyi Oom Rony langsung ketagihan. Itu sebabnya waktu kuusulkan untuk bekerja sama mengusahakan sebuah panti pijat milik temanku yang hampir bangkrut, Oom Rony segera setuju menyertakan modalnya atas namaku.

Dengan begitu dia bisa menyalurkan kesenangannya dipijati gadis-gadis muda karena cuma beralasan pergi denganku saja baru Oom Rony bisa aman tidak dicurigai Tante Yosi. Kami berdua diketahui Tante Yosi sering pergi memancing sebagai salah satu hobby kami. Dari mulai sekedar dipijat ternyata mulai meningkat kepingin beriseng dan gadis pemijat yang diincarnya justru Wasti. Alasannya karena Wasti sudah dikenalnya sebagai orang dalam di rumahku sehingga dia yakin Wasti tidak akan menuntut apa-apa padanya. Aku sendiri semula tidak mengira kalau perkembangan pijat-memijat itu jadi semakin jauh.

Hal ini baru kuketahui ketika suatu sore Mas Didik sopir sekaligus orang kepercayaan Oom Rony datang menjemput Wasti yang kebetulan sedang membersihkan rumahku, kudapati Wasti gelisah dan kurang enak air-mukanya.

“Mas, bilang aja aku sekarang udah nggak bisa, udah pulang kampung, lalu Mas nawarin temen-temen lain aja..” katanya membujuki aku di kamar sementara Mas Didik menunggu di ruang tamu.
“Lho tadi Mas ditelepon Bapak memang bilang kamu ada di sini kok, emang kamu kenapa..? lagi capek ya mijetin Bapak sekarang? Kalau capek nanti Mas yang ngomongin,” kataku menawarkan.

Bapak adalah menurut sebutan Wasti kepada Oom Rony.

“Nggak gitu Mas, tapi..” di sini dia berat untuk meneruskan dan memandangiku dengan malu-malu takut.

Aku paham ada sesuatu yang disembunyikan dan kubujuk dia dengan lembut sampai akhirnya Wasti pun mengaku bahwa meskipun sudah sering memijat tapi baru belakangan ini Oom Rony terangsang untuk mengajak Wasti ber-”iseng”. Permintaan ini berat karena Wasti merasa kikuk dan sungkan sekali kepada Oom Rony dan untuk itu dia berusaha menolak dengan yang terakhir kali dia memberi alasan sedang haid. Jelas alasan yang begini cuma mengulur waktu saja sehingga untuk yang berikut ini Wasti merasa tidak bisa menolak lagi. Itu sebabnya dia jadi gelisah serba salah terhadapku. Mendengar sampai di sini aku cuma tersenyum membuat Wasti jadi lega. Memang, baik aku maupun dia sebenarnya sama mengerti bahwa Oom Rony sebagai laki-laki wajar kalau sesekali kepengen ber-”iseng” di luaran. Cuma saja bagi Wasti dia berat karena dia takut aku tersinggung dan marah kepadanya. Begitu, agak beberapa saat kami terdiam mencari jalan keluar tapi akhirnya kuanjurkan Wasti untuk memberi saja.

“Iddihh Mas Dony kok malah nyuruh ngasih, gimana sih?!” nadanya terdengar agak kurang enak dengan usulku.
“Gini Was, kamu kan ngerti kalau Bapak susah mau ‘ngiseng’ begini di luaran. Kebetulan bisa ketemu kamu yang udah dianggap deket bisa nyimpan rahasia, kan nggak apa-apa kalau diikutin sekali-sekali. Dijamin deh Mas Dony nggak marah soal ini.”
Mendengar dari aku sendiri yang berbicara seperti itu hanya membuat dia terdiam berpikir sebentar tapi kemudian menyetujui anjuranku. Setelah mendapat ijin khusus dariku Wasti pun bersedia untuk pergi memijat Oom Rony di hotel tempatnya menginap.

Hotel itu adalah tempat rahasia Oom Rony dan tidak ada yang tahu kecuali Mas Didik yang membawa ke situ.

Kami bertemu lagi keesokkan harinya di panti pijat, rasa penasaran kubawa dia ke sebuah kamar untuk mendengarkan pengalamannya dengan Oom Rony sambil meminta dia memijati aku. Wasti yang ditanya soal semalam langsung menyembunyikan muka malunya di dadaku belum langsung menjawab.

“Lho kok masih berat nyeritainnya, kan Mas udah ngasih ijin? Gimana, kesannya asik atau nggak kan Mas kepengen tau?” tanyaku mendesak terus.
“Kesannya.. Aaa.. maluu aku Maass..!”
Wasti menjerit malu makin membenamkan wajahnya ke dadaku. Kutunggu beberapa saat sampai malunya mereda barulah dia mau bercerita pengalamannya malam tadi.

Seperti yang sudah dibayangkan Wasti, baru saja memijat sebentar bagian punggung Oom Rony sudah berbalik minta dipijat bagian depan. Di situ sambil mengambil tangan Wasti untuk memijati seputar selangkangannya dia mulai memancing-mancing jawaban Wasti tentang kesediaannya untuk memenuhi ajakan ber-”iseng”-nya waktu itu. Wasti meskipun merasa sudah tidak ada yang diberati tapi masih kikuk untuk mengiyakan langsung.

Dia hanya menggigit bibir malu-malu meskipun begitu tangannya bekerja juga menyusup di balik handuk yang dikenakan Oom Rony dan segera memijat daerah selangkangan yang dimaksud untuk merangsang kejantanannya. Jelas cepat saja batang itu naik menegang.

“Ihhng.. cepet bener bangunnya Bapak punya..” katanya mengomentari batang kemaluan kencang Oom Rony di genggamannya.
“Makanya itu, biar nggak tambah penasaran sebaiknya diselesaikan sama kamu Was?” jawab Oom Rony sambil merayapkan tangannya dari belakang pantat Wasti menyusup mengusapi tengah selangkangannya.
“Mmm.. tapi mesti dilicinin dulu Pak..” lagi-lagi Wasti tidak menjawab langsung, hanya mengambil cream pemijit dan melumuri seputar batang itu agar menjadi licin.
Sekarang Oom Rony mengerti bahwa Wasti sudah bersedia menyambut ajakan ber-”iseng”-nya, dia beraksi lebih dulu membuka belitan handuk yang dipakainya.
“Kalau gitu ke sini aja supaya nggak habis waktunya. Ayo buka dulu bajumu terus naik sini Nduk!” kata Oom Rony terburu-buru saking senangnya.

Wasti berhenti dan mengikuti permintaan Oom Rony untuk segera membuka bajunya. Tapi meskipun sudah terbiasa bertelanjang bulat di depan lelaki, tidak urung dengan majikan besarnya ini Wasti merasa kikuk sekali. Lebih-lebih waktu ditarik berbaring bersebelahan disambut masuk dalam pelukan Oom Rony yang langsung menyerbu dengan remasan gemas dan ciuman bernafsu di seputar lehernya, Wasti jadi risih karena merasa tidak pantas dengan besarnya perbedaan status di antara kedua mereka.

Sekalipun sudah dicoba memejamkan mata dan menghayalkan dia sedang digeluti salah seorang langganan “Oom Senang”-nya tapi tetap saja terbawa sebagai majikan besar ini sulit hilang, sehingga Wasti seperti kaku tidak berani bergaya manja-manja genit. Padahal Oom Rony sudah tidak perduli soal status dan jabatannya, juga tidak perduli dengan status lawan mainnya. Yang dia tahu saat itu ialah si gadis pembantu yang cantik ini begitu menggiurkan dalam penampilan polosnya sehingga Oom Rony yang sedang mendapat kesempatan menggelutinya pun tambah lebih bersemangat lagi.

Dari mulai kedua susunya, sudah habis-habisan masing-masing daging kenyal yang bulat montok itu diremasi dan disosor rakus mulut Oom Rony. Disedot-sedot bagian puncaknya sam-bil dikulum pentilnya digigit-gigiti kecil membuat Wasti menggelinjang kegelian, begitu juga seputar tubuh si cantik sudah rata dijelajahi rabaan tangan Oom Rony yang sibuk penasaran. Mendarat di selangkangannya bukit daging setangkup tangan itu pun diremasi gemas, jarinya mengukiri celah hangat mengiliki kelentit dengan gemetar bernafsu. Semakin Wasti meliuk erotis semakin merangsang nafsu Oom Rony sampai akhirnya dia tidak tahan berlama-lama lagi. Dia pun berhenti dan segera mengambil ancang-ancang untuk mulai menyetubuhi Wasti. Menangkap bahwa Wasti mungkin masih kikuk dengannya, Oom Rony meminta Wasti berbalik agar dia bisa memasuki dari arah belakang. Ini diikuti Wasti tapi belkang. Ini diikuti Wasti tapi belOom Rony sudah merapat menepatkan sendiri ujung batang kemaluannya dan langsung menekan masuk.

“Tapi.. lho, lhoo, lhoo..?!” Wasti sampai menjengkit dengan meringis bengong karena dia merasakan suatu kesalahan tusuk pada lubangnya. Bukan di lubang kemaluan tapi justru lubang anusnya yang disodok batang itu. Dan konyolnya baru saja dia akan memperbaiki sudah keburu keluar komentar Oom Rony. “Ssshhmm.. enakk Waass.. sempit sekali punyakmuu hhshh..” baru terjepit sudah langsung dipuji rasanya. Wasti jadi urung membetulkan karena dia kuatir Oom Rony tersadar dan malu hati, malah hilang selera nafsunya dan batal meneruskan permainan. Biar saja, mumpung suasana kamar remang-remang gelap mudah-mudahan sampai dengan selesai Oom Rony tidak menyadari kekeliruannya. Syukur, Oom Rony memang kelihatan bernafsu sekali terasa dari sodokannya yang gencar dengan tubuh gemetaran persis seperti anjing sedang dalam siklus birahinya. Maklum, dia betul-betul lapar sekali menyetubuhi partner muda seperti ini. Dan melihat ini Wasti menambahi dengan bantuan goyangan pinggulnya mengocok batang itu, maka tidak berlama-lama lagi sebentar kemudian terdengar tenggorokan Oom Rony menggeros tersendat-sendat ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan maninya. Itulah apa yang dialami Wasti ketika melayani Oom Rony semalam.

“Tapi urusannya sekarang gimana nih, semalem yang ini dipakai juga nggak, kalau nggak biar Mas Dony yang ngisi sekarang?” tanyaku menggoda sambil menyusupkan tanganku meremas langsung kemaluan telanjangnya. Wasti memang selalu bertelanjang bulat jika memijati aku.
“Main yang keduanya memang dipakai juga, tapi biarpun gitu asal yang mau ngasih lagi Mas Dony sendiri tetep aja Wasti penasaran Mas..” jawabnya dengan mulai bermain di kemaluanku.
“Kalau gitu pertamanya pakai yang depan dulu ya? Abis itu baru masukin yang di belakang, soalnya Mas Dony juga jadi nafsu deh denger ceritamu barusan.”

Wasti hanya mengangguk tersipu-sipu menyetujui permintaanku. Memang, permainan anus ini dipelajarinya dariku, jadi meskipun awalnya dulu dia kerepotan dengan batang kemaluanku tapi sekarang sudah terbiasa dengan ukuranku. Tanpa menunggu lagi dia pun segera mengencangkan batang kemaluanku. Dengan tekniknya yang terlatih dia pun mengerjai batangku.

Mula-mula dilocoki pelan dengan genggaman tangannya sampai setengah menegang, setelah itu diteruskan dengan kerja mulutnya yang mengulum dan mengisap, baru setelah tegang kaku dia pun memasang dirinya untuk siap kusetubuhi. Kalau sudah sampai di sini permainan asyik pun berlangsung sebagaimana yang sering kami lakukan berdua. Yaitu seperti keinginanku, mula-mula kuresapi pijatan lubang kemaluannya di batang kemaluanku tapi ketika menjelang tiba ejakulasiku, barulah kupindahkan ke lubang anus untuk menyelesaikan permainan dengan menyembur-nyemburkan cairan maniku di situ.

Rupanya Oom Rony setelah mendapatkan Wasti bukan sekedar ketagihan lagi tapi lebih dari itu dia ingin berlanjut memelihara Wasti sebagai “gendak” peliharaannya. Kedengarannya enak buat Wasti tapi begitupun dia selalu minta pendapatku dulu. Setelah berunding denganku akhirnya kuberi jalan bahwa Wasti bersedia tapi hanya selagi suaminya masih belum pulang saja. Syarat ini disetujui Oom Rony dan begitulah Wasti langsung menghilang dari Panti Pijat tanpa ada yang tahu karena sebenarnya dia sedang bersembunyi di rumah yang disewakan Oom Rony untuknya. Akan tetapi sekalipun suaminya sudah ada, hubungan Oom Rony dengan Wasti tetap berlanjut yaitu Oom Rony secara rutin memanggil Wasti dengan alasan minta dipijati. Pasalnya Wasti semenjak dipelihara sebagai langganan kesayangan Oom Rony kehidupannya bisa terjamin dimana Wasti diberi modal untuk membuka sebuah usaha percetakan.
Ini dianggap hutang budi bagi Ardi karena setelah pulang dari Arab Ardi tidak medapat pekerjaan lagi sehingga keluarga ini tergantung nafkahnya dari usaha percetakan itu.

Berlanjut pada hubungan itu mulanya Wasti dipanggil ke hotel seperti biasa tapi karena yang begini lama-lama justru mengundang kecurigaan Ardi maka Wasti mengusulkan sebaiknya Oom Rony datang ke rumahnya saja. Dengan berlaku seolah betul-betul akan dipijati tapi diam-diam berhubungan badan, cara begitu malah aman tidak akan dicurigai siapapun.

Oom Rony menimbang-nimbang ternyata usul Wasti benar dan begitulah hubungan unik ini berlangsung justru seperti dilindungi oleh Ardi. Awalnya waktu siang itu sementara kedua suami istri sibuk melayani percetakan di bangunan sebelah, Wasti memberitahu Ardi bahwa hari ini adalah jadwal pertama kedatangan Oom Rony, dia pun meminta tolong suaminya meneruskan pekerjaannya sendirian karena dia sebentar lagi akan menerima langganan tetapnya itu.

Ardi pun mengangguk dan mengambil alih tugas itu, “Udah tinggal aja Was biar Mas yang ngurus. Kamu cepet aja ganti baju nanti Oom Rony keburu dateng,” begitu jawab Ardi.

Wasti pun bergegas masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri, dia bisa lega untuk menerima Oom Rony yang datang sesuai jam yang dijanjikan. Singkatnya begitu Oom Rony muncul sudah langsung diajak ke kamar tidurnya, di sini mau tak mau perasaannya agak kurang tenang juga karena baru pertama inilah dia berterang-terangan melakukan kegiatan di rumahnya sendiri, tapi perasaan ini mulai terlupa ketika sebentar kemudian Oom Rony mulai sibuk merangsang mengecapi sekujur tubuhnya. Terus terang, kalau bukan karena uangnya sebenarnya bagi Wasti dari penampilannya laki-laki gemuk pendek lagi botak ini sama sekali tidak menarik ataupun menerbitkan seleranya. Tapi untungnya selain uangnya cukup royal, juga cara bermain seksnya bisa juga memuaskan Wasti sehingga Wasti cukup senang melayaninya. Cara merangsang mulutnya yang rakus diikuti menjilat-jilat rata sekujur tubuhnya mula-mula memang kurang “sreg” bagi Wasti kalau masih memulai pembukaan dari bagian atas. Agak jijik rasanya dengan ludah Oom Rony yang melengket di seputar wajahnya. Tapi kalau sudah menurun ke bawah baru terasa ada keasyikan yang membawa dia naik dalam birahinya. Cuma perlu sering diingatkan karena laki-laki ini suka kelewat gemas.

“Aahss Paakk.. jangan digigit keras-keras.. sakitt..” merintih Wasti tapi dengan muka geli senang, menahan kepala Oom Rony kalau terasa puting susunya tergigit agak sakit.

Oom Rony sadar lagi, buru-buru menekan emosinya untuk mencoba lebih halus, tapi biasanya tidak lama karena sebentar kemudian sudah terlupa lagi dia untuk kembali menggigiti gemas sekujur tubuh Wasti. Wasti sering kewalahan, biarpun sudah merengek-rengek dia dengan menggeliat-geliat meronta-ronta menolaki kepala botak Oom Rony dengan maksud ingin menghindari tapi Oom Rony malah tambah bernafsu kepada perempuan yang gayanya makin genit merangsang ini. Tambah bertubi-tubi dia menyerbu Wasti. Mau tak mau Wasti mengalah, sudah hafal dia kalau belum puas membuat mengenyoti gemas di bagian susunya, belum berpindah Oom Rony dari situ. Tapi kalau sudah bergeser ke bawah, caranya pun serupa juga.

Tidak hanya di atas, yang di bawah inipun dia sama rakusnya. Malah lebih lagi. Sebab tidak perduli kemaluan Wasti entah berapa orang yang sudah memakai, dia tetap bernafsu sekali menghisap dan menjilat-jilat sambil menyosorkan mukanya tersembunyi di selangkangan Wasti.

Wasti sendiri memang senang dirangsang begini, cuma lagi-lagi kalau terasa geli menyengat membuat dia refleks menolaki kepala Oom Rony, akibatnya sama, gigitan-gigitan gemas langsung mendarat di bagian seputar bukit kemaluannya. Malah lebih bertubi-tubi karena Oom Rony lebih bernafsu dengan bukit kemaluan Wasti yang baginya begitu menggiurkan sekali karena Wasti sering mencukuri bulu-bulu kemaluannya agar lebih merangsang langganannya. Jadi kalau bisa digabungkan suara-suara yang sedang terjadi, maka di bangunan sebelah suara riuh pegawai-pegawai percetakan yang sedang sibuk bekerja sambil bercanda akan berpadu rengekan manja sang majikan perempuan dalam kamar yang sedang merasa keenakkan bercanda dengan kemaluannya dikerjai mulut Oom Rony.

“He.. hehngg.. aahss diapain gittu.. gellii iihh..” merengek-rengek kegelian dia kalau terasa ujung lidah Oom Rony berputaran menjilati klitoris sesekali menyodok-nyodok pendek di pintu lubang kemaluannya, atau juga kalau gigitan-gigitan kecil Oom Rony di bibir dalam kemaluannya terasa seperti ditarik-tarik ke atas. Kepala botak Oom Rony yang menempel di selangkangannya dipermainkan seperti bola, kadang didekap diusap-usap kalau merasa keenakkan atau kadang ditolaki kalau geli terlalu menyengat.

Tapi Wasti tidak hanya bisa menerima, dia juga pintar memberi “asyik” pada lawan mainnya karena inilah salah satu yang membuat dia juga jadi perempuan kesayangan langganannya itu. Sebentar kemudian bertukar permainan dengan Wasti sekarang yang ganti menghisap batang kemaluan Oom Rony. Dengan pengalamannya yang banyak Wasti tahu persis bagaimana menyenangkan lelaki lewat permainan mulutnya. Teliti dan cukup lama dia menjilati sepanjang batang, menghisap-hisap kepala bulatnya, melocoknya sekaligus dan mengenyot-ngenyot kantung zakarnya membuat batang kemaluan Oom Rony yang tadi setengah mengeras sekarang bangun mengencang. Merasa sudah cukup barulah keduanya tiba di babak senggama.

Kembali Wasti mulai merasakan asyiknya bagian lubang kemaluannya dikerjai, kali ini disogok-sogok batang kemaluan Oom Rony. Ini yang dibilang meskipun tampangnya tidak “sreg” tapi Oom Rony cukup menyenangkan Wasti. Memang tidak besar tapi batang kemaluan lawannya ini cukup bisa bertahan lama kerasnya untuk Wasti terikut sampai di kepuasannya. Itu juga sebabnya meskipun di babak awal pembukaan rangsangan Oom Rony kurang disukai Wasti tapi kalau sudah sampai di bagian ini Wasti cukup senang bersetubuh dengan langganannya yang royal memberi uang itu. Terbukti mimik mukanya berseri cerah memainkan kocokkan lubang kemaluannya mengimbangi tarik tusuk batang kemaluan Oom Rony menggesek ke luar masuk lubangnya.

Seirama dengan bunyi “mencicit” putaran roda mesin cetak yang seolah kurang pelumasan di bangunan sebelah, di kamar ini papan tempat tidur pun bergerit oleh gerak putaran kemaluan Wasti mengocok batang kemaluan Oom Rony. Keduanya justru kebanyakan dilumas karena semakin lincir saja beradunya kedua kemaluan terasa dengan semakin cepatnya goyangan keduanya tanda sudah akan mencapai akhir permainan.

“Hshh.. ayyo Was.. Bapakk keluarr..” di ujungnya Oom Rony segera memberi tanda tiba di ejakulasinya.
“Ayyo Pakk.. sama-sama.. hhoghh.. dduhh..” Wasti cepat menyahut, dia pun segera menyusuli dengan orgasmenya.
Berpadu kejang tubuh mereka ketika masing-masing mencapai puncak permainan secara bersamaan. Oom Rony merasa puas dengan pelayanan Wasti, begitu juga Wasti terikut merasa puas dalam permainan seks bersama langganan tetapnya ini.

Akan tetapi bukan hanya Oom Rony saja yang bisa bercinta dengan Wasti di rumahnya itu tapi aku sendiri pernah mengambil bagian seperti itu dengannya. Sudah dua kali aku bertandang ke rumahnya sekedar untuk ngobrol-ngobrol, tapi pada kali ketiga aku datang bertepatan Ardi sedang keluar rumah, saat itulah kesempatan baik ini ingin dimanfaatkan Wasti.

Ceritanya waktu aku menumpang buang air kecil, Wasti menunjukkan kamar mandi yang berada di kamar tidurnya tapi rupanya dia menunggu dengan tidak sabaran lagi. Karena baru saja ke luar kamar mandi aku langsung ditubruk pelukan rindunya.

“Duh Mas Dony.. Was kangen banget deh, Mas nggak kangen ya sama aku,” katanya membuka serangan dengan menciumi seputar wajahku.
“Sama aja Was, tapi kan nggak enak masa dateng-dateng lalu minta gitu sama kamu. Lama nggak perginya Mas Ardi?”
“Dia lagi ngurus ke kantor pajak, pasti lama pulangnya kok..”

Sebentar pembicaraan terputus sampai di sini karena kami memuasi diri dulu dengan saling melepas rindu lewat ciuman bibir yang saling melumat hangat dengan posisi masih berdiri berdekapan di ruang tengah itu. Di situ rupanya kami sudah tidak sabaran menunggu karena sambil mulut tetap sibuk kuikuti dengan tanganku langsung bekerja melepas penutup badannya, ini dituruti Wasti bahkan sampai lolos hingga bertelanjang bulat di pelukanku.

Begitu terpandang tubuh mulusnya darah pun langsung panas menggegelegak. Hmm.. kuakui lekuk liku tubuhnya yang indah dan tetap tidak berubah sejak dulu nampak begitu menggiurkan dan memompa darah birahiku menaikkan rangsanganku. Masih ingin kunikmati pemandangan indah ini tapi Wasti yang sudah bertelanjang bulat di depanku seperti kuatir aku batal berubah pikiran, dia segera menarik aku lagi dalam pelukan untuk melanjutkan berciuman sambil dia juga membalas membantu membukai bajuku. Kali ini jelas lebih asyik, bergelut lidah bertempelan hangat kedua dada telanjang cepat saja membawa nafsu birahi naik menuntut, sehingga tidak bermesra-mesraan lebih lama lagi kami pun bersiap masuk di babak utama.

“Ayo Mass.. buka juga ininya..” berdesis suaranya sambil tangannya ingin merosot celanaku, tampak dia seperti ingin terburu-buru. Kuturuti permintaannya sebentar kemudian kami sudah sama telanjang masih melanjutkan berciuman merangsang nafsu yang tentu saja naik dengan cepat.Sekarang baru nyata kerinduan Wasti karena sambil masih sibuk bergelut lidah bertukar ludah, sebelah tangannya yang terjulur ke bawah sudah langsung beraksi meremas-remas gemas jendulan batanganku.

Diserang begini ganti aku juga membalas. Kedua tanganku yang semula merangkul pinggangnya kuturunkan meremasi kedua pantatnya dan memainkan jariku menggaruki bibir luar kemaluannya, mengukiri celah hangatnya membuat Wasti mulai menggelinjang terangkat-angkat pantatnya menempelkan jendulan kemaluannya ke jendulan batanganku.

Lama-lama tidak tahan, Wastipun tidak membuang-buang waktu untuk merendahkan tubuhnya dan langsung mencaplok kepala batangku, dilocoknya beberapa lama dengan mulutnya sekaligus membasahi dengan ludahnya. Setelah terasa basah licin barulah dia menegakkan lagi tubuhnya dan menunggu aku berlanjut untuk berusaha memasukkan di lubang kemaluannya.

Kuteruskan sesaat ciumanku dengan kembali mengiliki klitorisnya, sementara Wasti menyambut dengan juga melocok menarik-narik batang kemaluanku. Saling merangsang begini tentu saja membuat tuntutan birahi jadi naik tinggi. Merasa cukup, kutunda ciuman sebentar untuk membawa dia bersandar ke dinding di belakangnya, Wasti menurut hanya memandangi aku agak bingung.

“Nggak di tempat tidur aja Mas..?” tanyanya seperti kurang cocok dengan tempat yang kupilih.”Di sini dulu, sekali-sekali kita main berdiri kan bisa juga?” begitu jawabku menentukan keputusanku. Meskipun agak kurang “sreg” tapi dia juga sudah kepingin berat jadinya menurut saja ketika setelah kusandarkan ke dinding, kulanjutkan dulu dengan mengecupi mesra seputar wajahnya sambil tetap menghangatkan bara nafsu dengan bermain sebentar mengusapi kemaluannya, menggaruki klitorisnya.

Dia kuserbu dengan membuat tidak sempat protes lebih jauh karena segera ujung jariku merasakan licin basah liang kemaluannya. Batang kemaluan yang sudah dibubuhi ludah kudekatkan masuk terjepit di selangkangannya menenempel ketat di lubang kemaluannya. Begitu kena mimik mukanya langsung tegang rahang setengah menganga karena jika dua kemaluan yang sama telanjang sudah ditempel begini, hangatnya mau tidak mau menuntut untuk melibat lebih dalam.

Sinar matanya makin sayu meminta dan ini kupenuhi dengan mulai berusaha memasukkan batang kemaluanku. Kedua lutut kutekuk agak merendah dari situ kutekan membor ke depan ujung batangku sampai terasa menyesap masuk di jepitan lubang kemaluan Wasti, ini karena dia juga menyambut dengan menjinjit dan membuka lebar-lebar pahanya.

“Ahngg Mass Doonyy..” keluar erang senangnya sambil menyebut namaku. Seperti biasa dia selalu terlihat repot jika dimasukkan batangku, tegang serius mukanya sambil sesekali melirik ke arah pintu seperti masih kuatir kalau ada yang masuk mendadak sementara dia sedang sibuk dalam usahanya ini. Begitupun pelan-pelan tenggelam juga batangku ditelan lubang kemaluannya masuk dan sebentar kemudian terendam habis seluruh panjangnya. Aku berhenti sebentar untuk dia menyesuaikan ukuranku baru setelah itu aku pun mulai menikmati jepitan asyik kemaluannya di batangku.

Lepas dari sini kami berdua sudah langsung meningkat meresap nikmat sanggama tanpa perduli suasana sekitar lagi. Aku mengawali dengan memainkan batangku menusuk tarik ke luar masuk, sebentar kemudian diimbangi Wasti dengan memainkan pinggul mengocokkan lubang kemaluannya. Masing-masing sama berkonsentrasi pada rasa permainan cinta dengan di atas kembali saling melumat bergelut lidah, kali ini untuk melengkapi gelut dua kemaluan yang mengasyikan dalam posisi sanggama berdiri ini. Sambil begitu kedua tanganku pun meremasi sekaligus kedua susunya menambah enaknya permainan.

Wasti baru sekali kuajak main gaya begini tapi sudah langsung tenggelam dalam kelebihan rasanya. Terbukti baru disogok-sogok beberapa saat saja dia sudah tegang serius mukanya, tapi sebelum sampai ke puncaknya segera kuangkat dia berpindah posisi ke tempat yang lebih santai buat dia dan baru sekarang kubaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. “Wiihhss.. Mas Donny kangen aku kontolmu Mass.. sshh mantepp rasanya..” komentar pertama dengan nada suara bergetar terdengar senang seperti anak kecil baru diberi mainan. Saking rindu dan senangnya sampai mengalir keluar airmata bahagianya.

Tidak kusahut kata-katanya tapi dengan gemas-gemas sayang aku menindih untuk mengecup menggigit bibirnya dan dari situ kusambung dengan mulai memainkan batangku keluar masuk memompa di jepitan lubang kemaluannya. Inipun masih pelan saja tapi reaksinya sudah terasa banyak buat kami. Pinggulnya dimainkan membuat lubang kemaluannya berputaran memijati batanganku, hanya tempo singkat kami sudah meningkat dalam serius tegang dilanda nikmatnya gelut kedua kemaluan.

Airmuka kami sama tegang dan sinar mata sama sayu masing-masing hanyut meresapi jumpa mesra yang baru ini lagi kami lakukan setelah lewat cukup lama perpisahan keintiman kami. Menatap wajah si manis sedang hanyut begini tentu saja menambah rangsangan tersendiri yang membuatku makin meningkatkan tempo, sambil tetap meresapi asik yang sama pada gelut dua kemaluan kami.

“Enak nggak Was rasanya punyak Mas..” bisikku menguji di tengah kesibukanku, sekedar ingin tahu komentarnya.
“Hsh iya ennak sekalli Mass.. kontol Mas Donny palingg ennak dari semuanya.. hhssh wihh ker-ras sekalli.. ennaakk.. Adduuh Maas iya ditekenn gittu dalem bbanget hhshh.. Mass Donyy ennaak sekalii Maas..”

Wasti kuhapal memang type spontan terbuka, dipancing sedikit saja langsung keluar suaranya mengutarakan apa yang sedang dirasakannya. Jelas menyenangkan mendapat partner bercinta seperti ini, segera kutenggelamkan juga perasaanku menyatu dalam asyik sanggama sepenuh perasaan dengannya. Makin lama gelut kami makin berlomba hangat tanda bahwa masing-masing mulai menuju ke puncak permainan, sampai tiba di batas akhir kuiringi saat orgasme kami dengan menempel ketat bibirnya saling menyumbat dengan lumatan hangat.

“Hhrrh hghh.. nghhorrh.. sshghh.. hoorrhgh hhng.. hngnhffgh.. ngmmgh..” suara tenggorokan kami saling menggeros bertimpal seru mengiringi saat ternikmat dalam sanggama ini. Mengejut-ngejut batang kemaluanku menyemburkan cairan maniku yang juga terasa seperti diperas-peras oleh pijatan dinding kemaluannya. Sampai terbalik kedua bola mata kami saking enak dirasa tapi begitupun sumbatan mulutku belum kulepas menunggu sentakan-sentakan ekstasinya melemah. Baru ketika helaan nafas leganya ditarik tanda kenikmatan berlalu, aku pun melepas tempelan bibirku menyambung dengan kecupan-kecupan lembut seputar wajahnya.

“Hhahhmmhh Mas Ddony.. assyiknyaa.. keturutan kangenku sama Mas..” kembali terdengar komentarnya dengan masih saling berpelukan mesra.
“Mas sendiri juga kangen sekali sama kamu Was,” kataku jujur membalas perasaan hatinya.
“Bener?” tanyanya menguji dengan nada manja.

Tapi tetap menjepitkan otot-otot lubang kemaluannya di batanganku menunggu sampai terlihat aku mulai mengendor menghela nafas legaku, di situ baru dia berhenti dan membiarkan aku melepaskan batanganku dari lubang kemaluannya. Aku lega dan puas tapi air mukanya juga tampak berseri tanda senang telah berhasil memuaskan kerinduannya denganku.

Sejak dari hari itu berlanjut lagi hubungan lamaku dengan Wasti di setiap kedatanganku ke rumahnya tapi dengan alasan yang sama seperti Oom Rony yaitu pura-pura minta dipijat oleh Wasti. Hari itu aku datang ke rumahnya bertemu dengan Ardi yang sedang sibuk mencetak di bangunan sebelah, dia mempersilakan aku menemui Wasti di rumah induk.

Aku pun mengiyakan dan waktu masuk ke rumah kudapati Wasti di dapur sedang mencuci piring-piring dan gelas bekas makan siang mereka. Wasti menoleh dan tersenyum manis menyambut kehadiranku serta meminta aku menunggu dulu di ruang tamu. Timbul niat isengku menggoda, kurapati dia yang saat itu masih berdiri di depan meja cucian piring, langsung memeluk dari belakang mencumbui dia.

Mengecupi lehernya sambil kedua tanganku meremasi bukit susunya. Karuan Wasti menggeliat-geliat dengan muka malu-malu geli, ingin menghindar tapi mana mau kulepas begitu saja. Akhirnya dia diam saja membiarkan aku menggerayangi tubuhnya, dia sendiri tetap meneruskan mencucinya karena dipikirnya mana mungkin aku berani mengajak dia untuk waktu yang senekat ini.

“Mas Dony ini nggodain aku aja, paling-paling Mas juga udah ngiseng sama yang lain, sekarang kayak sudah kepengen lagi..?”
“Lha memang kepengen kok, sama kamu kan belum?” jawabku sambil mengangkat rok belakangnya, langsung melorotkan celana dalamnya.
Tentu saja Wasti jadi kaget karena tidak mengira bahwa aku betul-betul serius meminta.
“Heh Mas Dony! Ngawur ah, ini kan masih di dapur.. nanti aja di kamar Mas.. kalau di sini nanti ada yang liat gimana?”

Wasti masih coba memperingatkan aku agar mengurungkan kenekatanku tapi aku sudah tidak bisa menahan lagi. Malah sudah kulepas ritsleting celanaku membebaskan kemaluanku langsung menempelkan batanganku di selangkangannya.

“Kasih sebentar aja kan bisa Was, dari sini kan kita bisa ngeliat ke sebelah kalau ada yang dateng..” kataku meminta sambil menenangkan dirinya.

Kebetulan di dekat meja cucian piring itu ada jendela kaca darimana kami bisa melihat keadaan bangunan percetakan di sebelah.
“Ahhs Maass..!” Wasti kontan menjengkit ketika terasa batang telanjangku yang menempel di lubang kemaluannya itu sudah mulai naik mengencang.
Sempat bingung dia tapi dari semula ingin berkeras menghindar akhirnya Wasti jadi tidak tega juga, langsung melunak suaranya berbisik.

“Wih, wih Mass.. kok cepet banget sih keras bangunnya..?”
“Makanya itu.. Mas Dony masukin ya?”
“Iya tapi aku belum basah Mas..”
“Nanti Mas basahin sebentar..”
“Tapi jangan lama-lama ya, nanti keburu ada yang dateng malah tambah penasaran..”

Tanpa membuang-buang waktu aku berjongkok di belakang Wasti dan segera menyosor di lubang kemaluannya yang juga cepat memasang posisi agar lebih mudah, dengan membuka secukupnya kedua pahanya serta menunggingkan sedikit pantatnya. Sambil begitu Wasti sendiri terpaksa menunda dulu pekerjaannya dan menunggu dengan bertopang kedua tangan di tepi meja cucian sambil pandangannya terus melekat memperhatikan ke luar jendela kaca itu.

Niatnya memang semula hanya ingin sekedar memberi buat aku, tapi ketika terasa sedotan dan jilatanku di lubang kemaluannya ditambah lagi dengan satu jariku yang kucucukan menggeseki kecil di lubang itu, yang begini cepat saja membuat gairahnya terangsang naik. Cepat-cepat dia membilas kedua tangannya yang masih penuh sabun karena sesewaktu mungkin diperlukan untuk memegangi tubuhku.

Betul juga, tepat saatnya dia selesai membilas bersamaan aku juga selesai mengerjai liang kemaluannya. Segera kubawa batanganku ke depan lubang kemaluannya dan mulai menyesapkan masuk dari arah belakang, langsung saja sebelah tangan yang masih basah itu dipakai untuk memegang pinggulku, sebagai cara untuk mengerem kalau sodokkanku dirasa terlalu kuat. Tapi rupanya tidak. Biarpun sudah dilanda gairah kejantananku, tapi aku masih bisa meredam emosi tidak kasar bernafsu.

Selalu hati-hati sewaktu membor batangku masuk meskipun seperti biasa Wasti selalu menunggu dengan muka tegang. Dia baru melega kalau batangku dirasanya sudah terendam habis di lubang kemaluannya.

“Keras sekali rasanya Mas..?” komentar pertamanya sambil menoleh tersenyum kepadaku di belakangnya.
Kugamit pipinya dan menempelkan bibirku mengajaknya berciuman.
“Kalau ketemu lubangmu memang jadi cepet kerasnya..” jawabku berbisik sebelum menekan dengan ciuman yang dalam.
Kami mulai saling melumat sambil diiringi gerak tubuh bagian bawah untuk meresap nikmat gelut kedua kemaluan dengan aku menarik tusuk batang kemaluan, sedang Wasti memutar-mutar pantatnya mengocoki batanganku di liang kemaluannya. Inipun niat semula masih sekedar memberi bagiku saja, tapi tidak bisa dicegah, dia pun dilanda nikmat sanggama yang sama, yang membawanya terseret menuju puncak permainan bersamaku.

Dari semula gerak senggama kedua kami masih berputaran pelan, semakin lama semakin meningkat hangat, karena masing-masing sudah menumpukkan rasa enak terpusat di kedua kemaluan yang saling bergesek, sudah bersiap-siap akan melepaskannya sesaat lagi. Wasti tidak lagi bertopang di tepi meja tapi menahan tubuhnya dengan lurus kedua tangannya pada dinding depannya. Di situ tubuhnya meliuk-liuk dengan air muka tegang seperti kesakitan tertolak-tolak oleh sogokan-sogokan batanganku yang keluar masuk cepat dari arah belakangnya, tapi sebenarnya justru sedang tegang serius keenakkan sambil membalas dengan putaran-putaran liang kemaluannya yang menungging.

Masing-masing sudah menjelang tiba di batas akhirnya, hanya tinggal menunggu kata sepakat saja.

“Aahs yyohh Wass.. Mass sudah mau samppe..”
“IyaMass.. sama-samaa.. sshhah-hhgh.. dduhh.. oohgsshh.. hrrh hheehh Wass ayyoo.. dduuh Maass.. aaddussh hrhh..”

Pembukaan orgasme ini masing-masing saling mengajak dan berikutnya saling bertimpa mengerang mengaduh dan tersentak-sentak ketika secara bersamaan mencapai batas kenikmatan. Jika dihitung secara waktu maka permainan kali ini relatif cepat namun bisa juga membawa Wasti pada kepuasannya. Memang hampir saja terlambat, karena baru saja aku mencabut batang kemaluanku sudah terdengar langkah kaki seseorang akan masuk ke rumah induk. Ternyata memang Ardi yang datang.

Wasti sendiri tidak sempat lagi mencuci lubang kemaluannya, buru-buru dia menaikkan celana dalamnya untuk menyumbat cairan mani bekasku yang terasa akan meleleh ke pahanya dan selepas itu dia pura-pura kembali meneruskan mencuci piring yang sempat tertunda itu.
READ MORE - NgEntotin Anak PemBantuku

Total Tayangan Halaman

 

blogger templates